Share

Reuni

Author: Realia
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Vladivostok, Mei 2025

Xabi mengamati benda kotak dan pipih di tangannya, Ia masih belum percaya benda ini adalah sebuah ponsel. Tidak ada tombol bahkan tempat baterai yang bisa dibongkar pasang. Belum lagi kameranya, satu di depan dan empat di belakang. Telepon genggam terakhir yang ia miliki adalah Blackberry paling tipis yang ia beli setelah memenangkan turnamen Dota 2. 

Suster Agnes memandanginya tak kalah takjub. Ia heran kenapa Xabi bisa melupakan semua yang terjadi selama sepuluh tahun terakhir. Bahkan keberangkatannya ke Rusia sepuluh tahun silam juga telah terlupakan. 

Ia kembali memastikan apa saja yang diingat Xabi, mulai dari nama asli dirinya dan seluruh anggota keluarganya, tanggal lahir hingga daftar pertandingan game yang ia menangkan. Gadis kurus karena malnutrisi itu menjawab semuanya dengan benar. Namun, ketika ditanya tentang jenis pekerjaan dan jabatan yang dimilikinya saat ini, gadis itu mengeluh kepalanya sakit dan tidak mau menjawab. 

Ketika tiba giliran Xabi yang menanyakan perihal dirinya, suster Agnes bungkam. Ia hanya mengatakan bahwa bosnya yang bernama Okami akan datang dan menjelaskan semuanya. Terlalu rumit jika ia sebagai bawahan menjawab pertanyaan macam kenapa ia jadi kurus dan sulit berjalan, kenapa rambutnya berubah jadi gimbal, kenapa ia bisa berada sejauh ini dari keluarganya di Indonesia. 

Sebagai ganti tidak bisa menjawab ke mana sepuluh tahun masa hidupnya menghilang, suster Agnes mengajari Xabi menggunakan ponselnya. Bagaimana cara membuka kunci dengan sidik jari atau memindai retina, lalu membuka dan membalas pesan yang masuk. 

Xabi menunjukkan sebuah undangan di daftar email terbaru. Undangan ke acara reuni SMA yang diadakan secara virtual. Ia mengatakan keinginannya untuk hadir. Dengan teknologi masa kini, tentu saja hal ini sangat mungkin dilakukan tanpa meninggalkan Vladivostok selangkah pun. Namun, Xabi juga merasa malu jika bertemu dengan salah seorang teman yang pernah ditaksirnya. 

“Dia dapat beasiswa dan kuliah di luar negeri. Apa aku juga dapat beasiswa dan kuliah di sini ya?” Xabi berandai-andai sekaligus penasaran. 

Suster Agnes kembali berusaha menahan diri. Ucapan Okami saat di telepon terus terngiang-ngiang di telinganya. “Jangan ceritakan apa pun padanya. Bisa repot kalau dia salah paham dan kabur. Lebih repot lagi jika ternyata ia hanya pura-pura agar bisa melarikan diri dari tanggung jawab.” 

“Bolehkan aku hadir ke acara ini?” pinta Xabi. “Siapa tahu aku bisa mengingat beberapa hal setelah bertemu teman-teman sekolah. Perpisahan dengan mereka seolah baru terjadi kemarin.” 

Agnes mengangguk dan memindahkan Xabi ke kursi roda. Acara baru akan dimulai satu jam lagi. Namun, mereka jelas butuh persiapan. 

“Ayo, kita butuh ruang yang lebih luas untuk acara reuni ini.” 

Mereka meninggalkan ruang pribadi yang baru ditinggali Xabi selama tiga hari tiga malam. Kesehatan gadis itu cepat membaik dan ia makan cukup banyak. Agnes melihat semangatnya untuk pulih sebagai sesuatu yang membanggakan sekaligus mengkhawatirkan. 

Kamar baru Xabi masih menghadap pemandangan laut atas permintaanya. Aula yang dimaksud Agnes berada di belakang sehingga mereka harus berputar dan melewati ruang pasien kemarin. Xabi sedikit bergidik saat mencium aroma infus dan mendengar napas-napas berat mereka. Agnes meletakkan tangan kanan di bahu Xabi sambil berkata, “Mereka baik-baik saja.” Seolah mencoba menenangkan. Xabi mengangguk dan berusaha abai hingga mereka tiba di depan sebuah ruangan yang gelap dan luas. 

Mereka tetap berada di dekat pintu. Agnes menunjuk sesuatu di tengah langit-langit ruangan. 

“Benda itu disebut Coove, bentuknya seperti kelereng dan mampu menampilkan hologram hingga tiga ratus enam puluh derajat. Berikan ponselmu, kita akan lihat apakah alat ini masih berfungsi.” 

Xabi menyerahkan ponselnya pada Agnes yang kemudian mondar-mandir dalam ruangan untuk menyalakan Coove. Beberapa saat berlalu dan hasilnya nihil, 

“Izvinite (maaf), Ruangan ini sudah lama tidak dipakai. Aku yakin ada kabel listrik yang putus sehingga alatnya tidak menyala.” 

Xabi mengangguk mengerti tapi ia tidak bisa menyembunyikan ekspresi kekecewaan di wajahnya. Agnes tersenyum melihatnya. 

“Aku punya beberapa alat ini di ruanganku. Ayo kita ambil dan coba di halaman.” 

Rasa senang Xabi mampu mengurangi rasa ingin protes atas penerangan di faslilitas kesehatan yang terlalu minim saat menuju tangga. Agnes memasukkan Xabi dan kursi rodanya di sebuah lift yang dioperasikan secara manual. Ruangan seluas satu kali satu meter itu turun ketika Agnes menekan tombol ‘Down’. Ia sendiri turun melalui tangga biasa di samping lift dan mengambil kembali Xabi yang sudah lebih dulu sampai. 

Setiap ruangan bahkan lift memiliki kunci dan Agnes selalu mengeluarkan kunci-kunci yang telah disatukan dari kantung jubahnya. ‘Terlalu ceroboh,’ pikir Xabi. Gadis itu agak kaget ketika melihat ruang kerja Agnes terbuka lebar, ia hanya masuk sebentar lalu mereka menuju halaman. 

Dari tempatnya berdiri, Xabi bisa melihat pintu gerbang dengan jelas. Namun, ia harus melewati ruang kerja Agnes jika ingin ke sana. Perawat yang enerjik itu meletakkan Coove di tengah-tengah halaman. 

“Yak! Tempat ini sudah cukup luas. Alat ini akan berfungsi maksimal karena malam telah turun, tapi kau hanya punya waktu sekitar satu jam hingga baterainya habis.” 

Alat berbentuk kelereng besar dalam mangkuk itu berputar lambat dan berpendar. Bola mata Xabi berkilauan melihat satu persatu hologram teman-temannya muncul. Yang ia lihat adalah tampilan utama para tamu yang hadir di lokasi. 

“Itu sudah cukup, spasibo (terima kasih),” sahut Xabi.  

“Kau bisa merubah tampilan dan bertemu dengan siapa pun dengan menggunakan ini.” Suster Agnes menyerahkan ponsel Xabi sebelum berlalu. “Aku ada di ruang kerja jika kau membutuhkan sesuatu. Selamat bersenang-senang.” 

Agak lama gadis itu terdiam dan hanya mengamati. Jangankan bergerak dan mengajak seseorang di sana bicara. Menekan ponsel untuk mengisi daftar hadir saja ia tidak berani. Ia takut salah menekan kursor lalu semuanya tiba-tiba menghilang. Para tamu pun kelihatan tak acuh padanya. Ada beberapa wajah yang terlihat familiar bagi Xabi. Kebanyakan mereka tampil membawa pasangan dan anak-anak. 

“Heiii, pengkhianat negara!” Sebuah suara renyah membuyarkan lamunan Xabi. Gadis itu sedikit terperanjat tapi berusaha tetap tenang. Panggilan itu pasti bukan untuknya. 

“Eeh sombong ya!” sambung suara itu disusul bayangan seorang wanita cantik bertubuh mungil yang kemudian duduk di depannya. 

Mata Xabi membulat dan ia menutup mulut ketika mengatakan nama sahabatnya, “Nanda!!!” 

“Hehe… Masih ingat juga ternyata. Gimana Rusia?” sapanya sambil mengajak Xabi toss secara virtual. 

“Dingin,” sahut Xabi pendek. “Kok sendirian?” 

“Iih jangan ngingetin sama hal-hal yang nyebelin deh. Masih single tauk! Bawalah sini cowok bule barang satu atau tiga.” 

“Yee, serakah! Cintailah produk dalam negeri, hahahaha!” 

“Ngaca donk! Ngaca!” 

Perut Xabi terasa sakit ketika tertawa. Sebisa mungkin ia bersikap normal di hadapan sahabatnya. Ia bersyukur Ananda tidak sedikit pun menyinggung perubahan fisiknya. 

“Ngapain?” tanya Xabi melihat Ananda mengutak-atik ponselnya. 

“Ayo kita temuin pengkhianat negara lainnya!” 

“Eeeh! Tunggu, tunggu!” Xabi ingin mengatakan betapa ia tidak siap tapi terlambat, sebuah hologram pemuda berdiri tak jauh dari mereka. 

“Halo Pak Cik!” sapa Ananda. 

“Halo Ananda!” balas sang pemuda sambil melambai. “Eh, Amara! Apa kabar?” 

Xabi tersenyum mendengar nama kecilnya disebut. ‘Kabar baik dan tidak ingat apa-apa sejak pertemuan terakhir kita,’ jawabnya dalam hati. 

“Udah lama banget ya! Suaminya mana?”

Xabi masih tersenyum dan memperlihatkan jari-jari kurusnya. Tidak ada cincin di sana. 

“Oowh! Kerja terus sih ya!” 

“Nan, bisa tolong sumpelin mulutnya?” 

Tawa pemuda itu meledak sementara Nanda menyahut, “Iya nih rese! Udah bapak-bapak juga!” 

“Mau kenalan sama keluarga gue nggak?” tawar bapak-bapak yang terlihat masih sangat muda karena usianya memang sama dengan Xabi dan Ananda. 

“Boleh aja kalau mereka lebih waras dari pada lo, Syed!” 

Tampilan berikutnya adalah seorang wanita cantik berhijab dengan tiga putri imut yang masih kecil-kecil. Syed memperkenalkan istrinya, seorang Dato diraja Malaysia. Putri pertamanya berusia lima tahun, sedangkan si kembar masih tiga tahun. Xabi dan Ananda bersikap sopan di hadapan keluarga kecil itu dan kembali brutal setelah mereka pergi. Syed tetap tinggal. 

“Enak lo ya hidup di tanah orang! Awas lo kalau pulang!” ancam Nanda setelah mengatahui Syed bekerja sebagai eksekutif manager di sebuah kilang. Jabatan yang ia peroleh setelah bertahun-tahun mengabdi sejak lulus kuliah di negara itu.

“Ngapain pulang ke negeri para barbar. Sini Nan, dijamin gak bakal mau pulang. Kalau nggak percaya tanya aja Amara.” 

 “Aku pengen pulang.” 

“Hah?” 

Ananda dan Syed kaget mendengar jawaban Xabi. Gadis itu tak kalah kaget melihat reaksi teman-temannya. 

“Ada yang salah?” tanya Xabi. 

“Uuhm, nggak juga sih. Cuma dulu lo kan pernah bilang kalau nggak mau pulang sampai kapan pun,” sahut Ananda. 

“Dan sekarang kayaknya tujuan hidup lo udah tercapai,” sambung Syed. “Jadi gipsi.” 

Mereka tertawa lalu Xabi pamit dan mematikan Coove begitu saja. Bukan karena durasi yang dikatakan Agnes telah habis. Ia hanya ingin membiarkan kabut yang menyelimuti pikirannya perlahan menghilang. Agnes tidak bohong, ia kehilangan semua memorinya selama sepuluh tahun terakhir.  

Related chapters

  • PARALLEL   Seorang Gadis Tanpa Ingatan

    Vladivostok, Mei 2025Jalanan itu begitu lengang, para pejalan kaki yang berlalu lalang bisa dihitung dengan jari. Xabi duduk bersandar di sebuah halte bus mengamati toko-toko yang masih buka setelah matahari tenggelam. Sepintas kota itu mirip Jakarta dengan aroma berbeda. Ia sudah berada sejauh sepuluh kilometer dari fasilitas kesehatan. Setidaknya itu yang dikatakan pengemudi truk yang memberikan tumpangan gratis padanya.Gadis itu merasa tidak nyaman meninggalkan Agnes tapi apa yang baru didengarnya membuatnya memilih untuk lari. Sekitar dua jam yang lalu ia hendak mengembalikan Coove pada Agnes. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar perawat itu sedang berbicara dengan hologram yang duduk di depannya.Sang perawat tidak menyadari kehadirannya meski ia melihat ke luar langsung. Mungkin karena tertutup hologram pria yang bicara dengan suara berat itu. Xabi yang sempat melihat ke dalam sedikit memutuskan untuk tinggal dan menc

    Last Updated : 2024-10-29
  • PARALLEL   Sang Pemburu Harta Karun

    Vladivostok, Mei 2025Alternatif tempat kedua setelah rumah sakit adalah kantor polisi. Xabi berhasil masuk ke sana dengan lancar. Ia sengaja memilih tempat beraksi tak jauh dari kantor polisi di Nadibaide St. agar langsung digiring ke sana setelah ketahuan. Ia merasa bersalah pada si gadis manis, tapi apa boleh buat. Ia butuh tempat bermalam. Agnes benar-benar tak berperasaan mengusirnya malam-malam begini.Polisi yang sedang bertugas menyita semua barang-barangnya dan memasukkan gadis itu ke sebuah sel kosong. Hari sudah larut dan mereka memutuskan akan memproses kasusnya esok pagi. Xabi mencoba tidur sambil duduk. Ia berharap malam itu tidak terlalu dingin karena kaus dan celana panjang yang dikenakannya adalah baju untuk musim panas.“Hari yang melelahkan, eh?” sapa suara berat dari sel seberang. Nampaknya hampir semua sel kosong. Hanya dua ruangan paling dekat pintu depan yang saling berhadapan ini yang berisi.Xabi mera

    Last Updated : 2024-10-29
  • PARALLEL   Pertempuran di Vorkuta

    Vladivostok, Mei 2025Tiga hari terasa cepat bagi Xabi yang menghabiskan waktunya untuk berlatih berjalan. Kini ia mampu berjalan dengan batuan satu tongkat saja. Sedikit terlambat memang, tapi ia mendapati akun bank dalam ponselnya masih memiliki sejumlah uang. Beruntung semua passcode yang digunakan adalah sidik jari dan retinanya.Dengan uang yang ia miliki, Xabi mengganti tongkat kayunya dengan pedang tebu berhias kepala elang di bagian pegangan. Sebuah revolver kecil untuk berjaga-jaga tak luput dibelinya dari toko senjata yang sama.Xabi juga memotong habis bagian rambutnya yang gimbal dan menyisakan rambut bob hingga bawah telinganya. Andai matanya tidak sipit, ia akan terlihat seperti gadis Perancis. Sedikit tambahan daging di area wajah akan membuatnya terlihat kembali nomal.“Apa kau mencari seseorang, Mademoisele?” sapa Wayne dari lantai dua ketika Xabi masuk dengan penampilan barunya.“Ini aku,

    Last Updated : 2024-10-29
  • PARALLEL   Tamu Misterius

    Vladivostok, Mei 2025“Сила есть , (Sheelah yest)” ujar suara di seberang.Kalimat singkat itu seolah menjadi kunci sebuah kotak ingatan Xabi yang kemudian terbuka sehingga gadis itu otomatis menjawab.“Ума не надо . (umah ni nahda)”“Xavier?”“Vasily.”“Seagull atau Pandora Box?”“Tidak keduanya.”“Bagus, tetaplah berjalan.”“Kenapa?”“Assassin dari Seagull sedang menuju markas Pandora Box.” Telepon ditutup.Xabi hanya mengingat kata sandi itu, sisanya adalah informasi dari Agnes dan inisiatifnya sendiri. Vasily mengontaknya dan hal itu seharusnya dihindari.Kini gadis itu justru bimbang. Apakah ia harus meneruskan perjalanannya atau kembali dan memperingatkan Ravil? Tunggu, kalau hanya memperingatkan ia bisa menggunakan ponselnya. Namun, R

    Last Updated : 2024-10-29
  • PARALLEL   Penyihir Besar Orde Silverwing

    Аппети́т прихо́дит во вре́мя еды́(Ahpeteet prihohdit va vryemya yedy)“Nafsu makan datang dengan makan.”Vladivostok, Mei 2025Pertandingan absurd sore itu bermula ketika Xabi mengizinkan Vash masuk. Melihat penampilan dan cara bicara Vash, sulit dipercaya ia adalah seorang assassin. Dengan mudah Xabi membuka pintu karena baik Wayne maupun Ravil selalu membiarkan pintu depan tidak terkunci sebelum jam sebelas malam.“Isyanov kau di dalam?”“Lihat siapa yang datang! Kupikir kau sudah lari ke ujung dunia,” sambutnya dari lantai dua yang dibatasi beranda kayu. “Apa maksudmu hah? Melarikan diri seperti itu.”“Ada tamu yang ingin bertemu Wayne.”“Dia sudah pergi, katakan untuk datang lagi nanti.” Ravil tidak suka jika lawan bicaranya mengalihkan pembicaraan.&nbs

    Last Updated : 2024-10-29
  • PARALLEL   Perjalanan Ke Kota Mati

    Доверя́й, но проверя́й(daviryay noh praveryay)“Percaya tapi verifikasi”Vladivostok, Mei 2025Xabi tidur dengan keadaan kamar tanpa pintu dan Vash terikat di sudut kamar. Tentu saja tidurnya tidak nyenyak. Belum lagi ia mendapati Ravil sibuk melakukan sesuatu sepanjang malam. Persiapan untuk ke Vorkuta, katanya. Keesokan paginya Ravil pergi entah ke mana lalu kembali membawa makanan. Ah ya, tentu saja ia tidak bisa memasak karena dapur berantakan.“Bolehkah Vash makan bersama kita?” tanya Xabi saat Ravil memberikan jatah untuknya dan Vash.“Tidak bisa, dia sudah kalah dan aku tidak bisa membiarkannya kabur.”“Ты жульничаешь[1] (ty zhul’nichayesh), Isyanov!”“Berisik! Заткнись и ешь![2] (Zatknis’ I yesh’!)” hardik Ravil.Xabi membawa makanannya da

    Last Updated : 2024-10-29
  • PARALLEL   Sesama Warga Indonesia

    Ста́рый друг — лу́чше но́вых двух(Stahry drug luchsheh nohvyh dvukh)“Seorang teman lama lebih baik daripada dua teman baru.”Vorkuta, Mei 2025Jarak antara Vladivostok dan Vorkuta kurang lebih lima ribu kilometer. Setelah melakukan penerbangan selama dua puluh satu jam, Ravil dan seorang anggota Pandora Box lainnya bersiap hendak turun.“Apa kau bilang? Bekal makanan kita sudah habis?” tanya anggota yang baru dilihat Xabi untuk pertama kalinya. Menurut perkiraannya, pemuda itu pastilah Sergei.“Iya, Xavier yang menghabiskannya,” jawab Ravil santai membuat gadis itu terhenyak kaget. Ia memang makan hampir di sepanjang perjalanan, itu pun karena Ravil mengizinkan bahkan menyuapinya.“Kau ini! Nanti kita makan apa?” Sergei menepuk wajahnya sementara Ravil melirik Xabi. Ancaman akan memakan gadis itu akan segera te

    Last Updated : 2024-10-29
  • PARALLEL   Sang Ketua Kawanan

    Друг познаётся в беде́(Drug paznayotsya v byedye)“Kau akan menemukan teman sejati ketika kau mengalami kesusahan.”Vorkuta, Mei 2025Xabi, Vash, dan Sergei tengah menikmati daging kering yang disediakan Sergei ketika derik-derik sepatu itu mendekat. Vash yang menyadarinya lebih dulu dan berbisik, “Кто-тоидет[1] (kto-to idet).”Sergei buru-buru membereskan perlengkapannya tanpa mengeluarkan suara. Xabi hanya bisa berdoa semoga itu bukan Ravil. Kalau iya, gadis itu tidak akan segan-segan menghambur dan menggigit telinganya hingga putus. Sergei sudah siap dengan pistol dan belatinya ketika sosok itu berdiri di ambang pintu. Kedua pemuda itu sama-sama terkejut ketika sang tamu tak diundang menampakkan wajahnya dibalik topi lebar yang mengingatkan mereka pada warga Orok di pulau Shakalin.“Wayne!!” teriak Xabi. “Dasar Brengsek!!! Beraninya kau dan

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • PARALLEL   Cara Lain

    Firage Mountain, Juni 2025Lucifer tak habis pikir kenapa para Archangel bisa memiliki pasukan yang mampu menyaingi monster-monsternya. Sedangkan ia tahu persis seratus lima puluh pasukan yang mereka miliki masih berada di Twillight Valley. Perlahan tapi pasti, pasukan yang berada dibawah kendalinya tumbang dan musuh pun semakin mendekat. Ketika jarak antara mereka hanya terpaut jarak pandang mata, barulah Lucifer sadar apa yang tengah ia hadapi.“Necromancer!” desisnya lirih.Yang menjadi lawan game master kali ini adalah kumpulan nyawa-nyawa dari jiwa yang telah mati. Mereka beterbangan dalam bentuk separuh hantu separuh wujud asli ketika hidup. Meskipun Mikail belum menjadi Archmage, ia adalah seorang dark magician[1] yang bersembunyi di balik jubah putih. Orang penting nomor dua di Archangel itu bahkan bisa menggunakan jiwa orang-orang yang masih hidup. Jadilah ia menggunakan seluruh pasukan yang ia miliki unt

  • PARALLEL   Akhir Pertarungan

    Moscow, Juni 2025Begitu tiba di bandara internasional Vnukovo, Tara langsung melesat menuju apotik. Pemuda Indonesia itu mengatakan bahwa ia kehabisan obat yang biasa ia konsumsi ketika jetlag. Vash pun tidak punya pilihan selain mengikuti. Begitu tiba di konter obat yang sepi pengunjung, Tara menyerahkan secarik kertas pada sang pelayan bertubuh gempal yang terlihat sudah mengenalnya dengan baik.“Lama tak jumpa, Sergei. Aku pikir kau tidak akan ke sini dalam waktu dekat,” sapanya.“Tadinya aku juga berpikir begitu, Shasha.” Tara melempar senyum terbaiknya.Shasha melihat kertasnya sebentar, lalu melihat ke arah Tara dan Vash di belakangnya. Mata sang penjual obat seolah menanyakan sesuatu. Tara tetap tersenyum sambil mengangguk-angguk kecil.“Tunggu sebentar, aku akan mengecek persediaan.”“Okay!”Bagi

  • PARALLEL   Misi Tiga Orang

    Vorkuta, Juni 2025Ruangan itu begitu temaram dengan sedikit cahaya yang datang dari sela-sela atap. Para Ghoul berjalan pelan dan tak beraturan mengelilingi Cry yang duduk di atas gundukan koin emas dari dunia lain.“Percuma saja punya sebanyak ini kalau tidak ada partner untuk membangkitkan.” Pemuda itu mengeluh lirih. Ia menoleh ke arah serpihan-serpihan cermin yang berserakan di seantero ruangan. Kepingan-kepingan kecil itu mulai bergerak, berputar-putar lalu membentuk cermin baru dengan banyak retakan. Benda itu menghadap tepat padanya dan menampilkan pantulan diri yang perlahan berubah menjadi wajah Lucifer.“Kau masih saja bermalas-malasan,” ujar Lucifer.“Kau juga tidak ada perkembangan sama sekali,” balas Cry sambil tiduran di atas gundukan koin lalu melempar satu persatu koin pada wajah Lucifer. Hal itu tentu saja membuat sang raja iblis geram.&nb

  • PARALLEL   Para Penghubung

    Vorkuta, Juni 2025Tumpukan file di atas meja Okami terlihat lebih tinggi dari biasanya. Sejak kebangkitan Lucifer, kekacauan di Vorkuta memuncak. Meski bantuan berdatangan baik dari Pandora Box dan pemerintah, jumlah Ghoul yang berkurang belum menunjukkan angka yang signifikan seperti halnya berkas-berkas di meja kepala Seagull tersebut. Meski ia bukanlah tipe yang suka menunda pekerjaan, data-data dalam kertas itu menunjukkan betapa banyak jumlah prajurit yang berpartisipasi lengkap dengan anggaran konsumsi serta senjata.Okami tidak pernah menduga jabatan yang ia terima lima tahun lalu telah membawanya ke titik terendah dalam hidup. Pada awal pembentukannya, Seagull hanyalah unit kecil khusus yang bertugas mengawal program Vacuum. Operasi mereka tak jauh dari pengawalan para player hingga penutupan mulut para saksi yang tidak perlu.Meski bertugas mengawal, organisasi yang biasanya tak memiliki anggota lebih dari sepu

  • PARALLEL   Jalan Pintas

    Menara Trophaeum, Mei 2025Anak tangga selebar dua meter mengisi terowongan spiral yang kelihatanya mengelilingi bangunan menara. Menurut hemat Xabi, menara itu mulai berbentuk seperti cerobong asap mulai dari lantai dua puluh hingga puncak. Bagian bawah terasa seperti istana dari istana dongeng. Entahlah, Xabi belum sempat menelusuri jengkal demi jengkal semua bagian dan ruangan di sana.Xabi tak jua berhenti berjalan karena mendapati pintu-pintu tiap lantai sudah terbuka. Lumayan juga kemampuan orang ini bisa terus naik, pikirnya. Urielle yang juga berperan sebagai pendukung, terus mengalirkan energi agar teman-temannya, kecuali Xabi, tidak kehabisan tenaga.Akhirnya mereka berhenti di depan pintu lantai dua puluh satu dan yang menunggu di sana adalah sang Rhea, Florence.“Flo!” Urielle menyeruak maju. Ia membungkukkan badan sedikit lalu menyalami kedua tangan peri pendek tersebut. Tarm

  • PARALLEL   Menara Trophaeum

    Westminstone Mountains, Juni 2025Xabi terus menaiki tebing tanpa mempedulikan rasa sakit di jari-jari tangannya. Hatinya jauh lebih sakit setelah kepergian orang-orang yang dekat dengannya. Gadis itu mencoba fokus meraih satu persatu batu pegangan dan terus bergerak naik. Ada kalanya Vasily, Ravil, atau Gabriel melintas di pikirannya. Saat itu terjadi, ia akan limbung, kehilangan keseimbangan, kaki terperosok, atau hampir melepas pegangan.Pedang rantai Ramielle pernah menangkapnya sekali saat tubuhnya meluncur tertarik gravitasi bumi.“Fokus, Xavier! Fokus!” protesnya sambil berteriak.Beruntung bagi skuad Xabi yang masih terdiri dari Tarmielle dan Urielle, kali ini Ramielle ikut sebagai tenaga tambahan. Pedang besar di punggungnya bisa mengeluarkan rantai yang memudahkan mereka menaiki tebing.Tempat tujuan mereka masih jauh berada di atas. Pegunungan daerah barat

  • PARALLEL   Harga Nyawa-Nyawa

    Alzerim, Mei 2025“Gabby, bertahanlah!” Mikail duduk dan memegangi kepala sang ketua Archangel. Di hadapannya, Sephiria mengeluarkan cahaya dari tangan untuk mengobati luka-luka Gabriel.Xabi buru-buru mengambil tempat di sebelah Mikail dan memintanya bergeser sedikit.“Biar aku menangani ini.” Xabi gantian meletakkan kepala Gabriel yang hampir tak sadarkan diri di pangkuannya. Ia menggenggam erat tangan kiri ketua divisi pertama sambil mengeluarkan energi penyembuh. Berbeda dengan Sephiria yang menggunakan holly light untuk penyembuhan, Xabi menggunakan aliran energi agar sel-sel tubuh pasien cepat beregenerasi.“Tetaplah bersamaku, Gabby,” bujuk Xabi. Suaranya berubah panik. Denyut nadi Gabriel mulai melemah. Urielle menepuk punggungnya untuk menenangkan. Raphael meminta pasukan dan Archangels yang berkumpul untuk sedikit menjauh dan memberi sedikit ruan

  • PARALLEL   Maniak Perang

    Alzerim, Mei 2025Rombongan Xabi baru saja mencapai Dark Wood. Awalnya mereka hendak menuju Menara Trophaeum untuk mengumpulkan informasi berikutnya. Namun, arak-arakan monster ke arah Twillight Valey membuat mereka mengurungkan rencana.“Kita harus segera kembali, barisan monster ini cukup panjang dan kita tidak melihat barisan paling depan. Kita harus mendahului mereka,” saran Xabi. “Urie, segera kirim pesan pada Gabby agar mencegat mereka di Alzerim.”Terputusnya koneksi Vacuum dengan dunia nyata turut berperan dalam memutuskan segala jenis komunikasi antar player kecuali yang memang sudah menjadi kemampuan bawaan karakter. Contohnya, Urielle yang mampu mengirimkan pesan melalui pohon-pohon atau angin. Selesai mengirimkan pesan, Xabi meminta mereka duduk bersamanya di sapu terbang. Mereka memang sengaja tidak menggunakan kuda agar tidak menarik perhatian. Kini mereka h

  • PARALLEL   Perang Dua Dunia

    Frosting Wood, Mei 2025Hampir tidak ada ruang kosong di dinding kamar bundar Florence. Ada saja barang yang digantung atau ditempelnya. Mulai dari peralatan memasak, memancing, berburu, hingga makanan. Sebagai kaum peri yang melindungi hutan, Florence diprogram untuk bertahan hidup dan membantu para petualang menemukan jalannya di hutan yang telah membeku itu.Xabi dan kawan-kawannya menggantung mantel musim dingin mereka dan berkumpul di tengah-tengah ruangan untuk menghangatkan diri di sekitar api. Tuan rumah sedang membuat sesuatu yang baunya seperti sup daging.“Apakah itu kau?” tanya Urielle menunjuk pada sebuah lukisan wanita cantik bertelinga panjang di atas meja tulis. Lukisan itu berseberangan langsung dengan jendela yang saat ini ditutup. Di sebelah meja ada ranjang tempat sang Elf tidur.“Ya, itu aku dulu sebelum terkontaminasi energi negatif.”

DMCA.com Protection Status