Home / Romansa / PAWANG HATI SANG TUAN MUDA / BAB. 14 Insiden Telat Bangun Pagi

Share

BAB. 14 Insiden Telat Bangun Pagi

last update Last Updated: 2025-09-15 10:55:44

Pagi hari di sebuah hotel mewah yang ada di Kota Dubai, suasana lobi dipenuhi dengan tamu yang bersiap-siap meninggalkan tempat itu. Nyonya Olivia dan Tuan Zay duduk di sofa dengan tampang cemas, sementara Raynard berdiri di samping mereka dengan ekspresi malas, sesekali melihat jam tangannya.

“Darling apakah kamu sudah mencoba menghubungi Rayner dan Deborah lagi?” tanya Tuan Zay dengan nada mulai kesal, melirik ke arah istrinya yang juga tampak gelisah.

“Iya, Dad.” jawab Nyonya Olivia sambil menghela napas panjang.

“Sudah berkali-kali, aku bergantian menghubungi Rayner dan Deborah tapi ponsel mereka berdua tidak aktif!”

Raynard mengangkat bahu. “Mungkin mereka terlalu lelah semalam. Biasa … pasangan mesum,” gumamnya setengah bercanda.

Tuan Zay terlihat menggeleng-gelengkan kepala, melihat jam di tangannya. Lalu dengan tegas dia berkata. “Pesawat kita akan berangkat sebentar lagi. Raynard, tolong kamu bangunkan mereka di kamar,” perintah sang ayah dengan nada tegas.

Raynard mendesah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 46 Zevan Sangat Kecewa

    Sore mulai turun saat Zevan keluar dari toko bunga Rebecca. Langit yang semula cerah perlahan tertutup oleh awan kelabu, seakan mencerminkan perasaannya yang muram. Pria itu berdiri sejenak di trotoar, menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri dari gelombang emosi yang berkecamuk dalam dadanya.Zevan menatap pintu toko bunga itu sekali lagi, berharap Rebecca akan berubah pikiran, berlari keluar dan memanggil namanya. Tapi itu tak terjadi. Yang terdengar hanya suara lalu lintas Kota Jakarta yang hiruk-pikuk, seolah mengejek keheningan hatinya.Dengan langkah berat, Zevan berjalan menuju mobil sedan hitamnya yang terparkir tak jauh dari sana. Setelah masuk, dia menutup pintu dengan kasar dan menghela napas panjang. Kedua tangannya mencengkeram setir, sementara pikirannya masih berputar pada percakapan barusan."Kenapa, Rebecca? Kenapa kamu selalu menjauh dan tak pernah teraih olehku?" gumamnya pelan.Zevan pun menghidupkan mesin mobil dan tanpa ragu menekan pedal gas. Mobilnya me

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 45 Rasa Penasaran Zevan

    Masih di dalam sebuah gerai es krim di sebuah mall di Kota Jakarta.Mall itu terus dipenuhi hiruk-pikuk suara pengunjung yang lalu lalang, pasangan muda yang tertawa bersama, anak-anak yang berlarian, dan aroma makanan dari berbagai restoran yang menggoda selera. Di salah satu sudut food court, seorang pria berusia matang dengan tenang, menikmati es krim bersama dua anak kecil.Zevan, seorang pengacara terkenal dengan penampilan rapi dan karismatik, menyendokkan es krim vanila ke mulutnya sembari tersenyum melihat Azrael dan Ailsa, dua bocah kembar berusia sekolah yang selalu ceria."Enak?" tanya Zevan sambil mengusap ujung hidung Ailsa yang belepotan es krim."Enak banget, Om Zevan!" sahut Ailsa dengan ceria.Azrael yang duduk di sebelahnya mengangguk. "Iya, aku suka yang rasa coklat. Om Zevan juga suka rasa cokelat?"Zevan terkekeh. "He-he-he. Sebenarnya, Om lebih suka kopi. Tapi kalau sama kalian, Om bisa suka rasa apa saja."“Ha-ha-ha. Om Zevan bisa saja, deh!”Kedua anak itu te

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 44 Hari Istimewa di Gerai Es Krim

    Siang itu, Jakarta diliputi sinar matahari yang terik. Zevan memarkir mobil hitamnya di depan gerbang sekolah tempat Azrael dan Ailsa belajar. Dia melirik jam tangannya dan tersenyum tipis. Tepat waktu. Beberapa saat kemudian, dua anak kembar dengan seragam sekolah berlari menghampirinya. Azrael, si kakak, berlari lebih dulu sambil mengayunkan tasnya, sementara Ailsa mengikuti di belakang dengan tawa ceria. "Om Zevan!" seru Azrael penuh semangat. "Halo, anak pintar!" Zevan membungkuk dan membuka kedua tangannya. Azrael langsung memeluknya, diikuti Ailsa yang tersenyum malu-malu. "Bagaimana tadi di sekolah?" "Seru, Om!" jawab Azrael antusias. "Aku tadi cerita tentang kura-kura dan kelinci pakai bahasa Inggris di depan kelas!" "Dan aku ..." potong Ailsa sambil mengangkat tangannya. "Aku bisa baca cerita sendiri tanpa bantuan Bu Guru!" "Wah, hebat sekali kalian berdua!" Zevan mengacak rambut mereka bergantian. "Karena kalian sudah jadi anak-anak pintar, Om punya satu kejuta

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 43 Kesibukan Rebecca

    Pagi yang sibuk di Toko Bunga Rebecca.Sinar matahari pagi menyusup lembut melalui kaca besar di toko bunga milik Rebecca. Aroma mawar, lily, dan anggrek memenuhi ruangan itu, menciptakan suasana hangat dan menenangkan. Di balik meja kasir, Rebecca sibuk mengatur pesanan bunga untuk pernikahan yang akan diantarkan siang nanti. Rambut hitamnya diikat sederhana, dengan celemek bermotif bunga melingkar di pinggangnya."Mami, aku sudah selesai makan!" suara ceria bocah lelaki berusia sekolah memecah kesibukan pagi itu.Rebecca menoleh dan tersenyum. "Bagus, Azrael. Sekarang bantu adikmu ya. Jangan lupa lap mulutnya," perintah sang ibu.Di sudut ruangan, Azrael sedang duduk di kursi kecil dengan mangkuk berisi potongan buah di tangannya. Di sebelahnya, Ailsa, adik kembarnya, duduk dengan wajah polos dan mata berbinar. Bocah perempuan itu sedang mengunyah potongan apel yang disuapi kakaknya."Ailsa, ayo habiskan apelnya," bujuk Azrael lembut sambil menyodorkan sendok kecil."Nggak mau. Aku

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 42 Rayner Semakin Jaya

    Malam penuh harapan di Rumah Keluarga BrettMobil hitam dengan logo Brett Group di bagian pintu melaju perlahan memasuki halaman rumah mewah di kawasan Senopati Residence. Lampu taman menerangi jalan berbatu menuju pintu utama, memantulkan cahaya di cat mobil yang mengkilap. Sopir segera turun dan membuka pintu belakang.Seorang pria bertubuh tinggi dengan jas abu-abu elegan keluar dengan langkah tenang. Wajahnya menyiratkan kelelahan setelah perjalanan bisnis panjang, akan tetapi ada secercah kebanggaan dalam sorot matanya. Rayner baru saja kembali dari konferensi internasional di Singapura, di mana Brett Group dipuji atas terobosannya di dunia bisnis."Selamat datang, Tuan Muda Rayner," sapa sang asisten pribadi yang selalu setia kepadanya .Rayner Brett mengangguk dan tersenyum tipis. "Terima kasih, Asisten Emir."Pintu rumah terbuka lebar. Di ambang pintu, berdiri dua sosok yang sangat dirindukan oleh Rayner, ayahnya, Tuan Zay Brett, dan ibunya, Nyonya Olivia Brett."Rayner!" ser

  • PAWANG HATI SANG TUAN MUDA   BAB. 41 Terperangkap Dalam Kerinduan

    Hari-hari Deborah semakin suram sejak ayahnya, Tuan Riko, memisahkannya secara paksa dari suaminya, Rayner Brett. Kamar besar bergaya klasik dengan jendela berteralis besi terasa bagai penjara. Cahaya mentari yang masuk seolah-olah enggan, meninggalkan bayangan muram di dinding kamarnya.Deborah duduk di sudut kamar dengan wajah pucat dan mata sembab. Rambut panjangnya kusut, dan tubuhnya semakin kurus karena dia sering kali menolak untuk makan.“Rayner, aku ingin bertemu Rayner ....” gumam Deborah berulang kali.Di luar kamar, Endah, seorang bodyguard perempuan yang ditugaskan Tuan Riko untuk mengawasi Deborah, berdiri dengan raut wajah bimbang. Hatinya teriris melihat nona mudanya itu tersiksa. Setiap malam, dia dapat mendengar isakan tangis Deborah. Namun, perintah majikan harus ditaati olehnya mau tidak mau.Sore itu, setelah memastikan rumah sepi, Bodyguard Endah memberanikan diri masuk ke kamar Deborah. Dia membawa nampan berisi sup ayam hangat.“Nona Deborah,” sapa Bodyguard En

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status