Share

Bab 6

"Jurus jitu melawan pelakor supaya tidak kurang ajar ya memang kitanya harus tegas." Aku membahas seputaran tentang pelakor bersama Maya temanku. Dia baru saja mengalami apa yang aku alami, hanya saja Maya tidak sekuat aku, bodohnya dia malah langsung menyerahkan suaminya. 

"Sekarang Pelakor memang sedang merajarela, seperti sudah tidak ada pria single saja," ucap Ratna.

"Sebenarnya, ini semua tergantung mereka, mampu menahan hawa nafsu atau tidak. Tapi biarkan saja, aku tidak sebodoh itu menerima Mira. Setelah puas menjadikan babu, cepat atau lambat, semua surat-surat penting akan kuganti menjadi namaku. Kemudian, aku akan meminta cerai dari Lengga. Biar …. Jika sudah seperti ini, aku akan membuat mereka hancur, sehancurnya. Bermain cantik, butuh taktik," ungkapku pada kedua sahabatku.

"Gila! Sadis lu, Sint!" Ratna berucap sambil menengok ke arah Maya. 

"Laki-laki, jika sudah berani berselingkuh di belakang kita, tidak menutup kemungkinan dia akan mengulangi lagi. Selingkuh itu penyakit. Sekali dimaafkan akan keterusan, kecuali kehancuran yang mampu membuatnya kapok," geramku.

"Betul juga, seperti suamimu May, berapa kali dia selingkuh? Tapi kamu masih saja memaafkan. Sekarang kamu rugi sendiri kan?" cetus Ratna pada Maya. 

"Suami selingkuh memiliki watak tidak pernah puas dengan apa yang dia miliki. Oleh sebab itu, ketika dia meninggalkan istri dan anak untuk menikah dengan selingkuhannya, pada akhirnya, dia juga bisa kembali selingkuh dengan wanita lain.

Pria tidak setia, yang pernah mengecap manisnya selingkuh akan tergoda untuk mengulanginya." Terangku pada keduanya. Entah, aku menjadi sangat geram. Karena memang begitu kenyataannya.

"Biarkan saja, nanti dia juga akan di selingkuhi oleh suamimu, May. Sekarang buktikan pada Reno, kamu bisa bangkit tanpannya, kamu bisa dapat yang lebih dan lebih dari dia. Tunjukan prestasimu dan buat Reno menyesal. Satu hal, kalau perlu kau bekerja di kantor yang sama dengan Reno," lanjutku memberi semangat.

"Hah, betul juga ide Sinta. Kamu tunjukkan padanya, kalau kamu kuat dan baik-baik saja." Ratna kembali menimpali.

Maya masih terlihat tidak bersemangat dan pasrah.

"Jadi aku harus melamar pekerjaan di kantor tempat Reno bekerja?" tanyanya.

"Ho'oh. Betul itu. Biar nanti kubantu, ok?" ucapku menutup obrolan kami. Aku sangat mengenal pemilik perusahaan tempat Reno bekerja, kebetulan aku menjadi brand ambassador di sana. 

****

Mira, tidak ada rasa kasihan untuk dia, sepolos apa pun wajahnya. Kalau memang dia baik, tidak mungkin tega mendekati Lengga. Bukankah dia tahu kalau Lengga sudah beristri, lantas mengapa dia tidak menolak Lengga. Sakit hati aku dibuatnya. Aku akan membuat keduanya menyesal, untung saja aku pandai menyimpan sebuah rasa, perlahan akan kurebut semua kesuksesan yang telah dibangun. Pelakor, pelakor itu perempuan yang harus di musnahkan dari muka bumi, perusak, pengganggu. Bukan hanya pelakor, laki-laki bajingan yang telah berselingkuh juga wajib mendapatkan imbalan. 

Kau makan harapanmu untuk bisa menjadi nyonya dalam rumahku. Pelakor bersembunyi di balik keluguan, tidak berpengaruh pada saya Mira.

***

"Bagaimana, kapan kamu kembali ke Jakarta?"  Sebuah pesan dari Lengga nampak di layar ponselku.

"Besok, kamu kapan kembali?" balasku.

"Aku masih tiga hari lagi. Oke jaga dirimu."  tulisnya.

"Pa, gimana semua surat yang aku tinggal sudah di tanda tangani, balik nama jadi namaku?" tulisku mengingatkan.

"Amann …. "  Aku tidak lagi membalas. Yes, dasar bodoh. Nikmati perjuanganmu dari awal. Kasihan kamu Lengga, seharusnya sudah tidak perlu bersusah payah, ini harus kembali merintis bersama Mira. Doaku semoga sukses. Sabar, tunggu surat cerai dari pengadilan, Tidak ada lagi tuntutan harta gono gini. Enak saja, susah bareng sama saya, giliran sudah kaya, mendua! Dasar laki-laki luknut kurang iman dan tak punya pendirian. Kalian pelaku perselingkuhan, memang seharusnya diberi pelajaran, bikin gemas. Siapkan kuping untuk mendengar protes dari mertua nantinya. Hihihi masa bodo. Teringat nama Mira, aku menekan kontaknya dan mengirim pesan. 

"Mir, saya besok kembali, tolong rapikan kamar saya! Siapkan makanan! Ingat jangan sampai rumah berantakan! Kalau masih berantakan, uang jatah dari Lengga tidak akan sampai di tanganmu!" ancamku. Tidak lama muncul sebuah balasan.

"Sudah, Mba. Sudah rapi semua, ini Mira lagi pasang korden. Hati-hati di jalan ya, Mba, selamat sampai tujuan."  Mira mengirim foto dirinya dan korden yang sudah berhasil diganti. Hihihi rasain kamu! Emang enak. Ini belum seberapa, detik-detik perceraianku dengan Lengga, kamu akan kubuat semakin menderita. Berani menjadi duri dalam pernikahanku, rasakan sensasi panasnya. Dan kamu Lengga, berani menghianatiku, rasakan pembalasanku. Hahahhaha …  aku sungguh tertawa jahat. 

***

"Sinta! cekikikan sendirian. Kenapa gitu?" Ratna datang sambil menepuk pundakku. 

"Liat deh!" Aku menunjukan foto Mira dengan tumpukan korden.

"Hahhahaha … kelewatan lo!" cetusnya.

"Biar tahu rasa dia! Oh iya Maya mana?" 

"Di kamar lagi beres-beres. Kasian sedih terus." Aku dan Ratna menyusul Maya ke kamar untuk membereskan pakaian kami, karena esok akan kembali ke Jakarta. Sampai ketemu Mira …. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status