Share

Jeritan dari Dalam Pedang

Author: Bang JM
last update Last Updated: 2025-09-22 08:55:42

Darah menetes dari ujung pedang hitam itu, menetes perlahan ke lantai batu kuno yang telah retak karena pertempuran sengit. Li Yuan berdiri terengah, napasnya berat, matanya merah menyala oleh cahaya asing. Wu Xian, yang berdiri tak jauh darinya, hanya bisa menggertakkan gigi.

Pedang itu bergetar. “GRAAAHHH!” Jeritan aneh menggema, seperti ribuan jiwa menjerit serentak dari kedalaman kegelapan. Namun di antara jeritan itu, satu suara membuat Li Yuan hampir kehilangan keseimbangannya.

“...Li Yuan... tolong aku...”

Suara itu jelas. Suara yang ia kenal. Suara Shen Yao.

Li Yuan membeku, jemarinya yang menggenggam pedang semakin kaku. “Shen Yao...?!” serunya, suaranya pecah di tengah ruang kosong itu.

Wu Xian sontak melompat maju. “Li Yuan, jangan dengarkan! Itu jebakan! Pedang itu haus akan jiwa manusia. Ia memakan kenanganmu, mengubahnya jadi suara-suara yang kau percaya nyata!”

Na
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Ketika Dunia Menyebut Namanya Sendiri

    Tidak ada pagi. Tidak ada malam. Hanya keabadian yang retak, lalu perlahan-lahan membentuk warna.Langit yang tadinya kelabu kini berdenyut, seperti dada yang kembali diisi napas. Dari antara serpihan waktu yang berjatuhan, terbentuk awan berbentuk naga, mengalir perlahan ke arah timur.Di tengah pusaran cahaya itu, sosok perempuan berdiri—Lian Yue. Tubuhnya kini setengah transparan, seperti bayangan antara dua alam. Pedangnya menancap di tanah, menyatu dengan akar yang bercahaya biru.> “Apakah… dunia ini sudah bangun?”Suara lembut menjawab dari belakang. “Belum sepenuhnya. Tapi ia ingat.”Rai Shen muncul, dengan mata yang kini memancarkan dua warna: satu emas, satu hitam. Tubuhnya tampak setengah terbakar, tapi ia tetap tersenyum.“Dunia mulai menyebut namanya sendiri,” katanya pelan. “Itu berarti ia telah menerima keberadaannya.”Lian Yue menatap sekeliling. Pohon-pohon muncul satu per satu, tumb

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Dunia yang Tak Mau Bangun

    Cahaya putih itu tidak menghilang—ia diam. Tidak pudar, tidak memudar, tapi membeku. Dunia seolah berhenti di antara dua napas. Waktu kehilangan keberaniannya untuk melangkah ke depan.Lian Yue terbangun di tengah kehampaan. Tidak ada langit, tidak ada tanah, hanya hamparan cahaya putih sejauh mata memandang. Pedang di tangannya tak lagi dingin—ia berdenyut pelan, seperti jantung yang masih berjuang berdetak.“Rai…” ia memanggil lirih, tapi suara itu lenyap sebelum mencapai udara.> “Jangan sebut namaku.”Suara itu kembali, samar tapi tegas. Lian Yue berputar, dan di balik cahaya ia melihat bayangan seorang pria, nyaris transparan. Wajahnya tenang, tapi mata itu menyimpan kesedihan abadi.“Di mana kita?” tanya Lian Yue, gemetar.“Di antara mimpi dan ingatan,” jawab Rai Shen. “Tempat di mana dunia menolak bangun.”Lian Yue mengernyit. “Aku tidak mengerti. Dunia seharusnya sudah kembali setelah kau meny

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Saat Dunia Bermimpi Ulang

    Langit Azhun-Ra seolah baru saja dilahirkan kembali. Warna-warna yang dulu pudar kini memantul bagai lukisan baru. Namun di bawah keindahan itu, ada sesuatu yang ganjil — dunia seolah tidak tahu siapa yang menyelamatkannya. Semua orang merasa ada bagian dari sejarah yang hilang, tapi tak satu pun mampu menyebut nama yang lenyap dari waktu.Di menara Yunsu yang runtuh, pedang perak milik Rai Shen masih tertancap. Angin berputar di sekitarnya, membawa gema samar.> “Waktu tidak berhenti, ia hanya bermimpi ulang.”Seorang gadis berambut hitam berdiri di hadapan pedang itu. Matanya berkilau, tapi kosong — ia seperti baru bangun dari tidur panjang. Namanya Lian Yue, penjaga arsip Azhun-Ra. Ia menemukan menara ini setelah mendengar desas-desus tentang "suara dari masa lalu".Tangannya gemetar saat menyentuh gagang pedang yang dingin.“Siapa yang meninggalkannya di sini?” gumamnya.Begitu jemarinya bersentuhan, kilatan c

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Anak Waktu dan Bayangan Pertama

    Langit Azhun-Ra berubah. Sejak peristiwa jam pasir berputar kembali, waktu tak lagi berjalan lurus. Pagi bisa berganti malam dalam sekejap, dan hujan turun dari arah bawah ke atas. Dunia sedang menata dirinya ulang, mencoba menyeimbangkan dua hal yang tak pernah bisa bersatu — ingatan dan bayangan.Rai Shen berdiri di puncak menara Yunsu, menatap ke bawah. Laut di bawah kota terapung itu berwarna perak, beriak seperti cermin yang memantulkan langit patah.Ia memejamkan mata, merasakan napas dunia di ujung jari.“Guru Wen Jue…” bisiknya lirih. “Aku bisa dengar mereka. Suara-suara yang lupa… mereka menangis.”Suara tua terdengar dari balik kabut waktu.“Bukan menangis, Rai. Itu gema dari masa depan yang belum terjadi.”Rai Shen membuka mata. Dari kabut itu, muncul Wen Jue — tubuhnya kini nyaris transparan, seperti roh yang menolak pergi. “Aku tak punya banyak waktu. Bayangan yang hilang… sudah mulai bangkit lagi.”“Bayanga

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Warisan dari Cahaya dan Bayangan

    Seribu tahun setelah Li Yuan larut menjadi cahaya, dunia Azhun-Ra menjadi damai. Laut tenang, gunung bernyanyi dalam kabut, dan naga-naga melayang di langit sebagai penjaga alam. Namun damai itu bukan tanpa bayangan.Di bawah kota terapung Yunsu, seorang anak laki-laki bermata abu-abu berdiri di tepi menara. Namanya Rai Shen, murid terakhir dari sekte Penjaga Waktu. Ia memandang langit, di mana bintang-bintang membentuk pola naga raksasa.“Guru selalu bilang,” katanya lirih, “setiap bintang di langit adalah kenangan seseorang. Tapi kenapa sebagian mulai padam?”Suara tua dari belakang menjawab, “Karena dunia mulai lupa lagi, anakku.”Rai Shen menoleh. Seorang lelaki renta dengan jubah hitam berdiri di sana — Wen Jue, masih hidup, namun tak lagi sepenuhnya manusia. Tubuhnya dikelilingi kabut waktu, matanya seperti kaca yang memantulkan masa lalu.“Li Yuan sudah pergi, Guru,” kata Rai Shen pelan. “Bukankah dunia seharusnya mengin

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Ketika Dunia Terbangun dari Mimpinya Sendiri

    – Cahaya putih itu bertahan lama. Begitu lama, hingga waktu sendiri seolah kehilangan arti. Tidak ada atas, tidak ada bawah, tidak ada suara. Hanya kesunyian yang terasa seperti napas dunia yang baru lahir.Lalu perlahan—sshhh—sebuah napas besar terdengar. Bukan dari manusia, melainkan dari dunia itu sendiri.Langit mulai merekah. Dari kegelapan, muncullah semburat ungu dan biru, seperti tinta yang meluas di air. Gunung-gunung terbentuk dari cahaya. Laut muncul dari butiran kabut. Angin mulai bergerak dengan arah yang pasti.Dan di tengah-tengah pusaran itu… Li Yuan berdiri.Ia terbatuk, tubuhnya separuh transparan. Bekas tebasannya terhadap Enlai meninggalkan luka di udara, tapi juga menulis sesuatu yang baru: aturan lahirnya dunia.Wu Xian muncul di belakangnya, tubuhnya masih diselimuti pecahan waktu.“Jadi… kita masih hidup?” katanya, menatap sekeliling dengan waspada.Li Yuan tersenyum samar. “Kita hidup… tapi mungkin bu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status