Share

Pewaris Naga Ketujuh yang Terlupakan

Penulis: Bang JM
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-22 11:16:28

--

Hujan turun tanpa suara di lembah Sunyi, seolah takut menyentuh tanah. Kabut tipis membungkus pepohonan seperti tirai yang menutupi rahasia lama. Ardha dan Awan Jing berjalan perlahan, napas mereka terlihat dalam udara dingin.

Awan Jing mendesah panjang.

“Ardha… kenapa tempat ini? Tidak ada satu pun klan, sekte, atau catatan sejarah yang menyebut seseorang tinggal di Lembah Sunyi.”

Ardha menjawab tanpa menoleh, “Justru karena itu.”

Awan Jing mengerjap. “Apa?”

Ardha menghentikan langkahnya. Matanya menyipit, menatap pepohonan yang tampak biasa—tapi terlalu sunyi, terlalu tenang.

“Jika seseorang ingin menyembunyikan pewaris naga ketujuh,” ujarnya, “tempat yang paling aman adalah tempat yang tidak pernah dicurigai siapa pun.”

Awan Jing mengangguk kecil, meski jelas ia belum mengerti sepenuhnya.

Mereka menyusuri lembah beberapa saat. Tidak ada suara burung, tidak ada angin. Seolah dunia berhen
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Ritual yang Menghapus Langit”

    ---“Tanah masih bergetar setelah Jin Mian hancur menjadi serpihan cahaya hitam. Namun dunia tidak menunjukkan tanda-tanda pulih. Bahkan sebaliknya—retakan di langit menjadi lebih besar, bergetar seperti luka yang menolak menutup.Beilong menatap naik. “Tidak… tanpa Jin Mian, seharusnya ritual berhenti. Mengapa retakannya justru semakin melebar?”Chen Huan menyeka darah di bibirnya. “Karena dia tidak berbohong… gerbang itu sudah terbuka jauh sebelum kita menyadarinya.”Yue Xi memejamkan mata, menenangkan pikirannya. “Artinya… bahkan jika Jin Mian mati, naga ketujuh tetap akan mencari jalan keluar.”Li Yuan berdiri diam di pusat medan yang hancur—kepulan debu berkisar di sekelilingnya. Aura hitam-perak dari tubuhnya kini stabil, tapi masih sangat kuat hingga batu-batu kecil melayang sedikit di udara.Yao Ling melangkah hati-hati. “Li Yuan… bagaimana perasaanmu?”Li Yuan membuka mata.

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Kebangkitan yang Tak Diinginkan”

    “Angin menderu begitu keras sampai tubuh-tubuh para sekutu Li Yuan terdorong ke belakang. Tanah bergetar seperti gempa yang mendidih dari perut bumi. Di atas mereka, langit retak membentuk pola bercabang menyerupai tulang-tulang naga purba. Dari setiap retakan, kilatan gelap muncul, memantul bagai riak tinta di air.Li Yuan berdiri di pusat badai itu—atau mungkin lebih tepatnya, badai tersebut lahir dari dirinya. Aura hitam yang memelintir di sekitarnya berubah-ubah bentuk: kadang seperti kabut, kadang seperti sisik naga yang muncul dan menghilang kembali.Jin Mian menatap fenomena itu dengan mata kosong namun dipenuhi kegembiraan yang mengerikan.“Bagus,” katanya. “Semakin kau menolak, semakin naga itu mendorong keluar. Pada akhirnya, kau akan mewujudkan bentuk aslinya.”Li Yuan tidak menjawab. Napasnya tersengal, bukan karena kelelahan fisik, tetapi karena sesuatu di dalam dirinya sedang berusaha merobek keluar.Des

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Bayangan yang Tak Dapat Mati”

    “Angin di jurang itu berputar seperti pusaran yang mencoba merobek langit. Cahaya kehitaman yang membentuk retakan-retakan seperti akar petir menembus udara; masing-masing retakan memancarkan desis zraaak yang membuat bulu kuduk seluruh pasukan berdiri. Dari kejauhan, langit tampak seolah sedang runtuh.Li Yuan berdiri di tepi panggung batu kuno, napasnya berat, tubuhnya masih diliputi sisa-sisa aura hitam pekat yang ia paksa jinakkan. Di belakangnya, para sekutu—Yao Ling, Yue Xi, Chen Huan, dan Beilong—berjaga sambil menunggu instruksi.Namun dari balik kabut kental, muncullah seseorang yang seharusnya tidak lagi menghirup udara dunia ini.Langkahnya ringan, tetapi setiap jejak menimbulkan gema seolah ruangan itu mengingatnya.Jin Mian.Sosok berjubah perak itu berjalan perlahan ke depan, wajahnya yang tampan pucat tak memiliki setetes pun warna kehidupan.“Seharusnya kau… sudah mati,” ucap Yao Ling, suaranya

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Langit Kesadaran yang Mengambil Wajahmu

    - Langit Kesadaran selalu tampak tenang dari kejauhan—biru pucat seperti air yang tak pernah disentuh angin. Tapi ketika Ardha, Liuyan, dan Awan Jing mendekati batasnya, warna langit itu berubah. Pertama menjadi perak. Lalu bening. Lalu menghadirkan bayangan wajah mereka sendiri. Awan Jing menjerit kecil. “Kenapa wajahku nempel di langit?! Itu tidak normal! Itu menyeramkan! Itu… ya ampun, aku tampan juga sebenarnya…” Liuyan tak menanggapi. Matanya yang pucat langsung memusat pada pantulan dirinya di langit. “Langit Kesadaran tidak hanya memperlihatkan wajah,” katanya lirih. “It memperlihatkan pikiran terdalam. Ketakutan terdalam. Diri yang paling ingin kau sembunyikan.” Ardha menatap langit yang kini dipenuhi refleksi mereka—ratusan wajah Ardha, Liuyan, dan Awan Jing, menatap balik seperti penonton tanpa jiwa. “Jika in

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Tiga Langit yang Menolak Kehendak

    Angin di Lembah Sunyi berubah arah saat Liuyan bergabung dengan mereka—seolah dunia mengakui kehadirannya, atau mungkin… takut. Keheningan yang sejak tadi menutup tempat itu mendadak tercerai, berganti dengan suara-suara kecil: ranting patah, air menetes, desahan lembut tanah.Awan Jing merapikan pakaiannya sambil menggerutu.“Kalau semua pewaris naga seaneh ini, aku paham kenapa dunia kacau.”Liuyan tidak menoleh, tapi ucapannya terdengar jelas.> “Pewaris naga tidak diciptakan untuk menyenangkanmu.”Awan Jing langsung diam, memelototi tanah.Ardha melangkah di antara keduanya. “Kita pergi dari sini dulu. Begitu Liuyan muncul ke dunia lagi, entitas yang tidur di bawah lembah ini bisa ikut terbangun.”Awan Jing pucat. “Entitas? Yang kayak apa?”Liuyan menjawab tanpa emosi,“Yang bisa menghapus gunung tanpa menyentuhnya.”Awan Jing langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

  • PEMBALASAN DENDAM SANG DEWA DARI JURANG NAGA HITAM    Pewaris Naga Ketujuh yang Terlupakan

    -- Hujan turun tanpa suara di lembah Sunyi, seolah takut menyentuh tanah. Kabut tipis membungkus pepohonan seperti tirai yang menutupi rahasia lama. Ardha dan Awan Jing berjalan perlahan, napas mereka terlihat dalam udara dingin.Awan Jing mendesah panjang.“Ardha… kenapa tempat ini? Tidak ada satu pun klan, sekte, atau catatan sejarah yang menyebut seseorang tinggal di Lembah Sunyi.”Ardha menjawab tanpa menoleh, “Justru karena itu.”Awan Jing mengerjap. “Apa?”Ardha menghentikan langkahnya. Matanya menyipit, menatap pepohonan yang tampak biasa—tapi terlalu sunyi, terlalu tenang.“Jika seseorang ingin menyembunyikan pewaris naga ketujuh,” ujarnya, “tempat yang paling aman adalah tempat yang tidak pernah dicurigai siapa pun.”Awan Jing mengangguk kecil, meski jelas ia belum mengerti sepenuhnya.Mereka menyusuri lembah beberapa saat. Tidak ada suara burung, tidak ada angin. Seolah dunia berhen

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status