Home / Horor / PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN / Bab 2. AWAL DARI SEGALA BENCANA

Share

Bab 2. AWAL DARI SEGALA BENCANA

Author: Evi Supiyah
last update Last Updated: 2021-10-20 20:45:39

Bab 2. Awal dari Segala Bencana

Sembilan bulan sebelumnya ..

Asap setanggi yang membumbung tinggi disertai aroma bebungaan memenuhi ruangan tak terlalu luas tanpa perabot selain bentangan tikar pandan yang tengah dijadikan alas duduk oleh dua orang lelaki beda usia juga tungku pedupaan dan wadah Kuningan yang berisi rendaman kembang setaman. 

Narendra duduk bersila dengan takzim di hadapan Ki Sudarma, seorang dalang tua yang terkenal sangat sakti itu. Tujuannya sudah jelas ingin mendapatkan ilmu agar ia juga bisa menjadi seorang dalang terkenal dan laris.

Sebelumnya, ia sudah bertahun-tahun belajar mendalang tapi karena masih muda dan belum terkenal, ia jarang mendapat panggilan mendalang. Padahal dalam darahnya mengalir darah keturunan dalang. Mulai Kakek, Ayah dan sekarang dirinya berprofesi sebagai dalang. Sejak kecil ia sudah dibimbing Ayah dan Kakeknya untuk menjadi seorang dalang.

Sementara lelaki tua yang tengah duduk di hadapannya tengah mengawasinya dengan seksama. Mata tuanya dapat melihat aura kejayaan dari sosok pemuda tampan yang kini tengah mengharapkan kesediaannya untuk menjadikannya murid. 

Dengan kepekaan batinnya ia tahu, kelak pemuda yang berada di depannya itu akan menjadi sosok yang sangat terkenal dan disegani. Apalagi darah keturunan dalang mengalir di tubuh tegapnya, akan menjadikannya dalang ruwat yang sakti mandraguna. Bahkan, bangsa lelembut pun akan tunduk padanya. Sosok inilah yang kelak dapat menjadikan putri semata wayangnya menjadi ratu di kerajaannya sendiri. 

"Katakan hari pasaran kelahiranmu?"

"Wage, Ki"

Hhhmmm, Wage, adalah sang pemegang segel dari Cakra Ajna langit. Sang pengendali dan pemilik wadah ilmu yang sangat besar. Sangat berbakat menjadi orang yang sakti. 

"Sadarkah kamu, anak muda. Sangatlah berat syarat yang harus kau penuhi jika ingin jadi muridku. Tapi sebenarnya, dalam penglihatan mata batinku, kamu sudah memiliki dasar yang kokoh untuk bisa menjadi seorang yang sakti. Asal kau mampu melaksanakan syarat ritual dan tirakat!" tutur Ki Sudarma, setelah selama beberapa saat ruangan kosong yang hanya berisi tikar sebagai alas duduk bagi mereka berdua itu senyap.

"Ya, Ki. Saya sudah bertekad. Apapun syaratnya akan saya penuhi asal saya diterima sebagai murid dan mendapat ilmu kesaktian dari Ki Sudarma." jawab Narendra tegas.

"Ada banyak syarat yang harus kau lakukan, mulai puasa mutih 40 hari, ngebleng sampai Pati Geni. Dan itu bukan hal yang mudah kau tahu?" 

"Saya akan melakukannya, betapapun beratnya!" jawab Narendra penuh tekad.

"Apakah kamu benar-benar sudah siap dengan segala syarat yang harus kamu penuhi untuk mendapatkan ilmu dariku?" Sekali lagi Ki Sudarma bertanya.

"Ya, Ki. Saya siap untuk melaksanakan semuanya!" tegasnya.

Ki Sudarma mengangguk senang. Ketegasan jawaban dari Narendra sudah menunjukkan tekadnya yang bulat. 

"Dan syarat terakhir, setelah kamu melakukan rangkaian ritual puasa tadi adalah ritual khusus yang bertujuan untuk menurunkan ilmu pamungkasku secara langsung. 

Tapi itu baru bisa dilaksanakan setelah kamu menikahi Wulansari, putriku dan menumbuhkan janin berusia lebih dari satu bulan di rahimnya!" Kata-kata yang diucapkan Ki Sudarma sontak membuat Narendra terkejut. 

Sekelebat bayangan wajah cantik Jernih Suminar, sinden tercantik yang selalu mengiringi ayah Narendra mendalang memenuhi benaknya. Wanita yang baru setahun lalu dinikahinya dan baru saja melahirkan bayi mungil buah cinta mereka. 

Kakeknya pernah berkata, jika ia ingin menjadi dalang yang kondang, salah satu syarat memang harus menikah. Itulah sebabnya, saat ia membawa Jernih Suminar ke hadapan ayah dan kakeknya, serta meminta ijin untuk menikahinya, tanpa kesulitan berarti mereka menyetujuinya.

"Tapi, mmm, saya sudah menikah, Ki!"

Ki Sudarma menatapnya kecewa. Sambil berfikir dielusnya jenggot panjang berwarna ke abu-abuan itu. "Hmmm.. sayang sekali! Seharusnya ilmu pamungkasku ini akan cocok sekali untukmu. Karena darah dalang yang kau miliki justru akan membuat ilmu ini semakin kuat!"

Narendra tercenung. Hatinya mencelos. Ia tak pernah berfikir jika untuk mendapatkan ilmu kesaktian yang sangat diinginkannya itu bersyarat menikahi putri gurunya. "Apa yang harus saya lakukan, Ki?"

"Untuk menjadi dalang ruwat syaratnya memang harus sudah beristri. Tapi tidak boleh mendua hati, atau poligami. Untuk mendapatkan ilmu kesaktian dariku, syaratnya harus menikahi putriku dan memberinya keturunan dari benihmu. Itu adalah syarat mutlak yang harus di penuhi. Jadi terserah padamu. Kalau kau masih berminat untuk mendapatkan ilmu kesaktian dariku, tinggalkan istrimu, ceraikan dia dan nikahi putriku!" tegas Ki Sudarma.

Narendra masih duduk tercenung. Hatinya menjadi gamang.

"Pulanglah! Pikirkan semuanya. Kalau kau setuju dengan syarat yang kuajukan sebagai penebus ilmu yang kau harapkan, datanglah kembali kemari besok sebelum tengah malam!" perintah Ki Sudarma seraya memberi isyarat pada Narendra untuk keluar dari ruangan itu.

 ***

Narendra merengkuh bahu Jernih Suminar yang tengah terisak pilu di dadanya, setelah ia mengutarakan niatnya pada istrinya itu. Dipandanginya bayi merah yang baru lima hari lalu dilahirkannya dalam buaian.

"Hanya ini satu-satunya jalan yang bisa kuambil, Minar. Percayalah, apapun yang kulakukan adalah untuk mengangkat kehidupan dan derajat Putri kita. Ini hanya untuk sementara. Kalau ilmu itu sudah kudapat, dan aku sudah meraih ketenaran dan harta yang banyak, aku akan pulang padamu. Pada Lintang Prameswari, putri kita ini. Kita bangun kembali kebersamaan kita!" janji Narendra penuh kesungguhan.

"Kau tahu, Kang. Aku tidak ingin berpisah denganmu. Bahkan jika kita hidup seadanya pun aku rela. Asal kita tetap bersama-sama. Lihat putri kita. Siapa yang akan menjaganya jika kau meninggalkan kami?" 

"Tapi dengan keadaan seperti ini, tak banyak yang kita bisa lakukan untuk membahagiakannya. Hidup serba kekurangan, apa yang akan kita berikan untuk bekal masa depannya kelak? 

Dan ingat pesan Bapak saat beliau memberikan ijin padaku untuk menikahimu. Kita berjanji bahwa pernikahan kita tak akan menjadi batu sandungan atau penghalang bagi jalan kehidupanku sebagai dalang penerus keluarga!"

"Berapa lama kami harus menantimu? Setahun? Lima tahun? Lalu apa yang akan kukatakan jika ia menanyakan ayahnya kelak? Siapa yang akan menjaganya nanti. Saat kau pergi hanya ada aku dan Emak. Kami berdua sama-sama perempuan lemah." bisik Jernih Suminar di tengah isaknya seraya mengelus rambut lembut putrinya.

"Aku janji, aku akan selalu menjaganya, aku akan selalu melindunginya. Aku janji tak akan ada hal buruk yang menimpanya. Kelak, saat aku sudah meraih segalanya, akan dipersembahkan semua untuk putri kita. Akan kutempatkan ia di puncak tertinggi. Tapi untuk saat ini, ijinkan aku pergi untuk meraih impianku, Minar!"

"Aku masih merasa khawatir pada putri kita."

"Percayalah! Dia adalah perempuan Kliwon. Dia itu perempuan tangguh karena Ia ditakdirkan untuk menjadi ratu, dia akan berada di tempat tertinggi sebagai pemegang kunci Cakra Mahkota langit. Dan dia adalah putriku.

Kelak aku sendirilah yang akan membawanya kepuncak dunia. Inilah janjiku padamu, Minar. Dan kamu adalah cinta sejatiku. Apapun yang nanti terjadi. Hati dan cintaku hanyalah untukmu. Aku juga berjanji akan tetap mengirimkan semua kebutuhan biaya hidup untuk putri kita. Kamu tak perlu khawatir, aku akan tetap menafkahimu!"

Akhirnya, walau dengan berat hati sang sinden harus merelakan dalang muda pujaannya pergi untuk meraih impiannya.

Malam itu juga, Narendra segera pergi menemui Ki Sudarma. Dan pada malam itu juga tanpa sadar ia telah mengawali langkah untuk menggadaikan jiwanya demi tahta semu yang sangat diidamkannya. 

Berawal dari malam itu juga, tanpa sadar ia sudah menuliskan nasib yang begitu buruk bagi wanita pujaan, juga putri kandungnya.

 ***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Khara Asha
malang nasib suminar dan lintang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 69. WANITA YANG TAK PERNAH MERASA PUAS

    Di tempat yang berbeda, puluhan kilometer jaraknya dari pesisir pantai tempat Gendis dan Jaya menghabis kan waktu untuk menghibur diri, Wulansari pun tengah menikmati malam panasnya bersama seorang pemuda tampan dengan tubuh terpahat indah hasil latihan rutin selama beberapa waktu di pusat kebugaran yang kini mulai marak dibangun di kota kabupaten tempat tinggalnya.Pemuda dengan paras dan bentuk tubuh yang selalu akan membuat wanita merasa bergairah saat bersama itu adalah yang Wulansari sebut sebagai mainan barunya, yang akhir-akhir ini telah membuatnya melayang dan melupakan keberadaan Jaya yang sudah sejak beberapa tahun lalu menghangatkan ranjang tidurnya.Semenjak berkenalan dengan pemuda itu di sebuah pusat kebugaran yang ia datangi bersama seorang teman perias yang tampaknya sudah lebih dahulu mengenal kisah indah yang lain di balik suramnya kisah pernikahan sah yang sudah mereka jalani sebelumnya.Wulansari merasa seperti menemukan surganya yang baru setelah mengenal dan memp

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 68. PENGHIBURAN UNTUK NONA MUDA YANG SEDANG GUNDAH

    Menuruti kemauan Gendis yang masih saja terlihat murung selama perjalanan, Jaya mengarahkan mobil yang dikemudikannya ke daerah pesisir yang berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari tengah kota kabupaten tempat tinggal mereka."Kenapa nyari tempat bersedihnya mesti ke pantai sih Non, kan jauh? Kenapa kita gak pergi ke puncak saja? Cukup setengah jam perjalanan. Gak capek, gak bosan di jalan..?""Jaya... Diam! Kamu cuma sopir, aku majikannya! Jadi jangan banyak protes, aku mau ke pantai sekarang juga!" bentak Gendis kesal wajah sedihnya seketika berubah judes dengan pandangan mata melotot ke arah Jaya.Sambil menelan ludah, akhirnya Jaya mengangguk juga. Selama beberapa saat pandangannya hanya lurus terfokus di jalanan yang mulai sepi meninggalkan keramaian kota jauh di belakang mereka. "Sepi sekali... boleh setel musik kan, Non?" tanyanya memecah kebisuan.Beberapa detik tak ada jawaban. Jaya melirik ke kursi samping yang diduduki Gendis. Dari sudut matanya ia melihat gadis itu terliha

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 67. KONFERENSI PERS

    Tanpa terasa, tibalah hari yang sudah dinantikan Narendra, yaitu hari Ulang tahun Lintang yang ke 19.Jam 11 pagi, sesuai dengan jadwal acara yang sudah diatur oleh Narendra dengan bantuan Wage dan beberapa orang temannya, acara tasyakuran untuk memperingati hari kelahiran Lintang sengaja di adakan di rumah makan langganan tempat kejadian kericuhan beberapa hari sebelumnya.Untuk acara ini Narendra juga mengundang keluarga Bupati dan beberapa orang penting yang sudah sangat akrab dengan Ki Dalang Narendra, juga Kepala Desa dan tim pengacara dari firma hukum yang ia sewa. Selebihnya adalah teman-teman Lintang.Karena pada acara itu juga sekaligus untuk mengklarifikasi tentang kejadian memalukan beberapa hari sebelumnya yang mengakibatkan berita tak sedap dan menghebohkan itu menjadi tajuk utama di hampir seluruh koran terbitan lokal dan nasional sehingga Narendra dengan bantuan tim pengacaranya juga mengundang banyak wartawan di acara tersebut.Tepat di jam setengah 12 siang, pada saat

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 66 MENGURAI KERUWETAN

    Atas pesan Narendra yang sekarang tinggal bersamanya, Lintang mengantarkan sendiri minuman dan suguhan untuk tamu ayahnya itu ke ruang kerja ayahnya.Dua orang tamu dengan setelan resmi tampak duduk berseberangan dengan Narendra. Ketiganya tampak berbicara serius mengenai hal-hal yang berhubungan dengan legalitas hukum. Lintang sudah hampir keluar dari ruangan ayahnya setelah menyuguhkan tiga cangkir teh hangat dan camilan ringan, ketika Narendra menghentikan langkahnya dan menyuruhnya untuk berdiri di dekat kursi yang ia duduki."Ini putri kandung saya dari istri pertama. Namanya Lintang Prameswari. Ibunya sudah meninggal sejak ia masih bayi. Saya ingin melegalkan semua aset pribadi saya untuk dia. Karena saya tidak ingin putri saya ini mengalami kesulitan yang mungkin akan mendatanginya, sehubungan dengan warisan kelak dikemudian hari.Seperti yang sudah saya beritahukan kepada Pak Suprapto kemarin bahwa aset milik bersama dengan istri ke dua saya sudah saya berikan semua untuk ist

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 65. ENJOY A VERY HOT CLIMAX

    "Istirahatlah, Non. Biarkan saya memanjakan milik Non Gendis yang sangat berharga ini. Apa saya perlu meminta air hangat untuk mengompresnya? Untuk meredakan nyeri setelah menelan milik saya tadi, hmmm?""Tidak, cukup bersihkan saja. Aku merasa tidak nyaman dengan rasa lengketnya.""Baiklah, biar saya urus bagian itu. Saya sangat tersanjung bisa melakukannya untuk Non Gendis.""Heeem.." Dan sesudahnya, Gendis sudah tak lagi memperdulikan apapun karena ia sudah diterbangkan impian indah setelah raganya merasakan kelelahan teramat sangat karena sudah berpacu bersama Jaya demi mencapai puncak klimaks tertinggi tadi.Sementara Jaya yang benar-benar berusaha mempergunakan kesempatan terbaik yang ia dapatkan malam ini dengan menjelajahi, menjamah bahkan menguasai walau sesaat hal yang sebelumnya tak pernah sekalipun berani ia impikan ataupun menyapa alam khayalnya. Yaitu tubuh molek sang Nona Muda.Baginya, dapat menyentuh kulit mulus gadis cantik yang di matanya seperti seorang Dewi, apala

  • PEMBALASAN DENDAM SANG PUTRI SINDEN   Bab 64. TERBAKAR GAIRAH LIAR NONA MUDA

    Perlahan Jaya mulai mengoleskan minyak zaitun ke atas kulit punggung mulus Gendis yang sudah terbaring dalam posisi menelungkup di pinggiran ranjang dan perlahan, dengan tekanan yang pas dia mulai mengurutnya. Usapan telapak tangannya yang hangat segera saja berhasil membuat otot-otot tubuh Gendis yang semula menegang, perlahan menjadi rileks.Seperempat jam kemudian, hampir seluruh tubuh bagian belakang milik Gendis sudah berbalur minyak zaitun, dari mulai punggung hingga ke telapak kaki. Gendis pun sudah terlihat menikmati setiap belaian dengan tekanan terukur telapak tangan Jaya pada tubuhnya.Dengan menahan gejolak hasratnya, Jaya sengaja berlama-lama memberikan treatment di bagian bok*ng milik Gendis yang terasa padat, dengan bentuk membulat yang begitu menggoda.Gendis juga terlihat menikmati segala perlakuan Jaya di bagian tubuhnya yang sintal itu. Meskipun secara sengaja kadang-kadang jemari Jaya nyasar dengan nakalnya menyentuh bagian tersembunyi di belahan pant*tnya. Bahkan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status