Marni adalah seorang gadis yang sangat pendiam. Dia bersekutu dengan Nyai Asih agar mendapatkan teman dan kepercayaan diri. Namun, Nyai Asih menjadikan Marni sebagai sarana untuk membalas dendam. Apakah Marni akan selamat? Apakah dendam nyai Asih terbalaskan? Mari simak kisahnya.
View More“Let's divorce.”
His cold and low voice rang out in the empty living room.
I froze in the doorway, and my bag dropped on the floor.
Inside the dimly lit room, the moonlight streamed through the curtains, reflecting on Theo’s intimidating presence.
He sat at the coffee table, his unwavering gaze on me devoid of any warmth.
I must have heard him wrong.
Maybe I've imagined those words in my excited state.
D- Divorce.
No way.
My heart beat uncomfortably, and my palms were suddenly sweaty as I bent to pick my bag from the floor.
Trying so hard to convince myself that he didn't say that, Theo confirmed it further by knocking the divorce papers on the table.
“You can ask for anything you want. I won't treat you unfairly.”
His cold words numbed me.
I glanced up, my initial shock now replaced by a feeling of realization.
My eyes fell on the divorce papers, my vision blurred suddenly with tears that clouded my eyes.
So this is it.
Struggling to control my emotions as they threatened to burst out, I clenched my jaws.
No wonder he waited until 2:30 in the morning.
No wonder the lights are still on.
No wonder he waited for my return after the surgery.
Finding the lights on as I entered the house just now, I was happy, thinking that he hadn't forgotten my birthday.
Used to the darkness whenever I returned from work at night, the lights gave me hope, believing that he cares.
My joy knew no bounds, thinking that he had returned to celebrate with me.
However, it turned out for this matter.
Beside the papers were several burnt cigarettes on the table.
He must have been waiting for a long time.
Breathing in deeply to reign in the turmoil of emotions inside me, I stepped forward, yet, my fingers still trembled as I picked up the divorce papers.
“Why?” Was the only word I could utter.
Why does he want a divorce all of a sudden?
For three years, we've been together. Our marriage lacks love, but I thought we were okay.
Although Theo never showed me any affection, my only hope is that the cold man will melt someday.
I only hope that someday he'll reciprocate my love.
Are my efforts futile then?
Have I been trying hard to prove my love for nothing?
“Olivia, this marriage was not consensual. There's no point in keeping it going.” His response struck me like lightning, reminding me of the reality.
Maybe I've been so lost in the hopes and fantasies that I've almost forgotten.
It's true that the marriage alliance between the Wellington and Barton families hasn't been something Theo had hoped for.
Our grandfathers were comrade-in-arms, and even before I was born, my fate had already been sealed that I would become his wife.
Growing up, I was constantly reminded as the adults had always joked about it.
I'd been confused at first until I came to understand the meanings behind their jokes.
Of course, I didn't just resign to my fate and marry Theo.
I fell for his charms when we were young. He was the only person who had ever protected me from the other kids’ bullying, and ever since that day, I saw no one else apart from him.
Still, my love turned out to be one-sided.
On our wedding night, the first words he said to me were, “We will never have any children.”
He is always careful and takes all safety measures for every intimacy.
“We'll get a divorce by agreement…” Theo's voice pulled back to the dreadful present. As if afraid that I won't agree due to my silence, he added, “Your income isn't high, so after the divorce, the house will be yours, and I'll also compensate you with 30 million.”
A house and a 30 million.
Are those enough to heal a broken heart?
I shut my eyes for a second then flipped through the papers to find the same terms written on them.
He should know that I never want any of this.
He knows how hard I've been working to win his affection.
Yet, he can't reciprocate with anything but this.
“After the divorce, I don't want any news about this to get out. We need to be even more distant than before,” Theo added.
Apart from his friends and families, nobody else knows that we're married.
To the outside world, Theo is still the enigmatic, handsome, and bachelor CEO whom every woman is after.
Maybe he has been planning to divorce from the beginning.
Otherwise, why would he want our marriage to be a secret?
His phone rang and he stood up, brushing past me while saying, “I have something else to do. You can ask for whatever you want, I won’t shortchange you. I’ll let a lawyer talk to you in later days.”
After he left, silence surrounded me.
Unable to hold back my tears any longer, I let them fall, dampening the divorce papers in my hands.
I stood rooted in the same spot, losing count of time as the memories of these three years together flashed in my vision.
Is this the end?
My eyes finally strayed from the divorce papers, falling on the A****n package in a corner.
It has just arrived today and I haven't had time to open it. Inside it are all kinds of decorations, and in the refrigerator is a cake I've made myself after squeezing time out of my busy schedule to learn intermittently for a month.
My only wish is to celebrate with him. Today is my birthday, no, it's past midnight. My birthday has already passed.
On the first day of my 27th year, my husband filed for a divorce.
How ironic. A dry laughter tore from my lips.
Wiping my tears, I sighed. “Happy birthday.”
Bab 20 TAMAT________🖤_______"Aku akan melenyapkan Yudha, ingat itu! Ragamu yang akan aku gunakan. Jadi patuhlah!" Sukma itu perlahan pergi meninggalkan raga Marni yang tak berdaya."Mas lihat, Mbak Marni pingsan!""Masha Allah." Segera Angga melepas ikatan yang ada di tubuh Marni. "Ya Allah, Sayang ... Maafkan Mas, ya," ucap lirih Angga sambil membopong Marni ke dalam kamar. "Tidurkan dikamar ini Mas!" Vio membukakan pintu kamar yang telah dia siapkan untuk kedatangan Angga beserta keluarga."Ya Allah, nduk. Piye Iki, kowe kok urung mari mari,"**"Ya Allah, nak. Bagaimana ini, kenapa kamu belum sembuh juga," ucap lirih Ningsih dengan memijit-mijit lengan putrinya setelah dibaringkan."Sabar, Bu." Angga menjawab dengan nada lesu. Dia begitu lelah."Mbak Marni kenapa Mas? Aku mau tahu!""Dia kerasukan," jawab Angga melamun."Sudah kuduga kalau itu kerasukan. Tetapi kenapa? Mas Angga seperti sudah paham betul, apa Mbak Marni sering seperti ini?"Angga hanya mengangguk dan bertatap se
Bab 19___________🖤________Vio melihat Bi Sumi sedang berjalan ke arahnya dengan tergopoh-gopoh. Sepertinya tamu yang di tunggu sudah datang."Ada apa, Bi? Mas Angga sudah datang?"Bi Sumi berhenti tepat di hadapan Vio dengan mengerem kasar langkangnya. Napasnya dia atur sebelum berbicara, membuat Vio menggeleng dengan tingkah Bi Sumi yang sedikit konyol dan gerusa-gerusu."Makanya Bi, jalan tuh, pelan dong!" Vio berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Bi Sumi sebelum dia berbicara apapun, karena dia tengah berusaha mengumpulkan kata untuk bicara. Akan tetapi Vio terburu pergi meninggalkannya dan memilih melihat sendiri siapa yang datang.Belum sampai ke pintu utama, perempuan berbaju sexy itu bangkit dari duduknya diruang tv."Hay lady!" Bola mata Vio memutar, jengah melihat tamu yang dia kira istimewa itu.Perlahan Reysa melangkah mendekati Vio."Jangan begitu dong, Sayang. Judes banget sih!" Bibir tipis milik Reysa tersenyum licik pada Vio, kemudian jari lentiknya menjawil dagu V
Bab 18________🖤_______"Yudha, tolong aku!"'Degh, suara itu ... 'Yudha sangat mengenali suara itu. Seketika dia langsung menoleh ke sumber suara."Ratih?!" ucapnya sedikit tercekat, bertahun-tahun tak bertemu rasanya ini mustahil. 'Kenapa Ratih bisa berada di tempat seperti ini?'"Ratih?!" Yudha mendekat, tapi Ratih seolah menjauh, padahal tubuh Ratih terikat di sebuah pohon besar dengan luka-luka lebam."Yudha, tolong!" pekiknya lagi, namun semakin berlari, Ratih semakin sulit di raih."Jangan hampiri siapapun, jika kau mau selamat!" Suara nenek itu terdengar di telinga Yudha, tapi wujudnya tak ada. Aneh. Itu aneh. Hanya remang sekelebat bayangan tubuh bungkuk sang nenek yang menjauh. Begitu membuat bulu kuduk Yudha meremang.Akan tetapi, ia kembali melihat ke arah sana, jika tak menolongnya, bagaimana dengan Ratih? Dia sangat butuh bantuannya. Siapa yang tahu, mungkin setelah dia berhasil menyelamatkan Ratih, tentunya Ratih bisa memaafkan kesalahannya di masa lalu. Dia akan kemb
Bab 17... ____________ ..."Baiklah sayang aku pulang dulu, nanti Vio marah jika aku pulang terlambat!" Lelaki itu memakai pakaiannya kembali setelah mandi, jika tak mandi bisa-bisa Vio curiga, bahwa dia baru saja melakukan p e r g u l a t a n panasnya bersama Reysa. "Hah ... Putrimu lagi. Aku bosan mendengarnya. Padahal kita bisa lakukan lagi beberapa kali," rengek wanita itu sambil menyibakkan selimut dan mulai menutupi tubuh p o l o s n y a."Maaf ya, kita lakukan lain kali, malam ini, cukup." Dia mencium kening wanita itu lalu ke bibir, perlahan pergi dan menutup pintu."Hihhh ... kesal aku pada bocah, s i a l a n itu," ucapnya marah dan melempar selimut yang menutupi tubuhnya. Dia beranjak ke kamar mandi."Lihat saja, nanti setelah aku resmi jadi istri Yudha, perempuan itu harus bisa tersingkir," gerutu Reysa kesal.___________Deru mesin mobil berhenti, Vio melihat dari atas balkon kamarnya, bahwa Papanya telah pulang. Dia melihat jam di ponselnya, pukul 21.00 WIB. Ternyata Pa
Bab 16__________🖤_________Sampai di rumah Marni turun dari mobil dengan menutupi seluruh wajahnya dengan kerudung. Banyak orang menatap Marni dengan sinis, dia menyadari itu tanpa harus melihat mereka. Namun tak sepatah katapun dari mereka yang berani berbicara, mungkin takut. Semua itu membuat Marni tak nyaman, dia merasa enggan untuk tinggal di rumah itu lagi. Dengan alasan trauma, Marni meminta pindah rumah. Apalagi tatapan sinis dari warga membuat Angga dan Ningsih tak tega atas kesembuhan mental Marni. Untuk itu mereka tetaplah pulang untuk membereskan barang, dan Angga berniat membawa Marni pergi ke luar daerah."Dek, bagaimana jika kita pergi ke kota, kita tinggal sementara di rumah om-nya Mas." Angga mendekati Marni yang sedang duduk di tepi ranjang. Marni menunduk, melihat baju gamis pemberian suaminya kemarin. Dia melihat pantulan cermin di hadapannya, dia begitu tertutup dengan baju yang dia kenakan."Mas, masih punya keluarga?" tanyanya sambil menoleh pada suaminya."M
Bab 15____________🖤__________***"Mas, aku nggak terima! Kenapa tubuhku penuh dengan luka bakar?! Apa yang terjadi Mas?" amuk Marni pada Angga.Dipegangnya wajah, kepala, hingga tangan dan kakinya yang penuh perban. Rasanya pun perih juga panas, terasa gerah ingin membuka semuanya. Perlahan, dengan isak tangis dia mencoba membuka selotip yang merekatkan diperban tersebut."Aaa ... !!! Sakit Mas!!!" pekik Marni saat membuka perban di kakinya."Sabar Dek, ini ujian buat kita. Aku janji, akan temani kamu sampai sembuh." Angga berusaha memegang tangan istrinya yang terus memberontak."Aku, akan balas dendam, Mas." Wussh!!!Angin kencang seperti menerpa keseluruh ruangan. Seolah pertanda buruk kian menanti, mendengar penuturan Marni yang sangat buruk didengar."Istighfar, kamu Dek!!!" Telunjuk itu, berhasil membuat Marni tercegang. Angga bahkan hampir saja kelepasan menampar Marni."Jaga ucapanmu, Dek. Jika masih mau, aku lindungi!!!" tegas Angga. "Lagian siapa yang menyuruhmu seperti
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments