Beranda / Fantasi / PEMBALASAN RAJA ARADORN / Bab 7: Pria Misterius Tandingan Herley

Share

Bab 7: Pria Misterius Tandingan Herley

Penulis: Rik_Da
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-01 10:47:05

Calista menatap Herley dengan ekspresi penuh rasa hormat, namun juga mengandung rasa khawatir. "Terima kasih atas bantuanmu," katanya dengan nada lembut namun tegas. "Namun, kita tidak bisa mengabaikan ancaman Dario. Dia bisa melakukan apapun yang dia katakan."

Herley mengangguk, matanya tetap tajam menatap ke arah Dario yang sudah pergi. "Aku sudah siap untuk apa pun yang akan datang. Bahkan, aku tidak peduli dengan hal itu."

Beberapa kru pemotretan mulai bergerak kembali, meskipun suasana masih tegang.

"Apakah semuanya baik-baik saja?" tanya salah satu fotografer, suaranya bergetar.

"Kurasa begitu," jawab seorang asisten, tampak masih belum sepenuhnya pulih dari kejadian tersebut. "Tapi lihat, Herley benar-benar hebat."

"Benar-benar mengesankan," kata model yang sebelumnya mendekati Herley. "Dia sepertinya memiliki kekuatan yang luar biasa."

"Ya, dan dia sangat tenang," tambah seorang teknisi. "Aku masih tidak bisa percaya apa yang baru saja terjadi."

"Bagaimana dengan Dario?" tanya seorang stylist dengan cemas. "Apakah kita akan aman?"

"Calista akan memastikan semuanya aman," jawab fotografer utama. "Jangan khawatir, aku bahkan sangat puas melihat Dario dengan mulutnya yang berdarah."

Mendengar itu, beberapa kru mulai tertawa ringan, mencoba melepaskan ketegangan. 

"Memang, melihat Dario dalam keadaan seperti itu sangat memuaskan," kata seorang asisten, masih dengan senyum.

"Ya, akhirnya dia mendapat balasan yang pantas," tambah model dengan riang. "Aku tidak akan lupa melihatnya terkapar seperti itu."

"Semoga dia tidak datang lagi," ujar teknisi. "Kita sudah cukup mengalami hari yang buruk."

"Tapi kalau dia datang lagi, aku rasa Herley akan siap," kata fotografer utama, tersenyum puas.

****

Pagi itu cerah ketika Calista dan Leo menikmati sarapan di teras rumah mewah milik Leo. Herley berdiri tenang, memperhatikan sekeliling dengan penuh kewaspadaan seperti biasa. Calista sedang menceritakan tentang insiden di toko pakaian, namun ia sengaja menyembunyikan kekuatan luar biasa Herley dari Leo.

"Untuk apa kau mengambilnya menjadi bodyguard-mu? Apa hanya karena wajahnya tampan?" Leo mendengus tak suka melihat Herley berada di sisi wanitanya.

Calista tersenyum tipis, matanya berkilau dengan kepercayaan diri. "Aku tidak menampik itu, dia memang terlihat luar biasa tampan. Tapi bukan itu alasan utamaku."

Leo mengerutkan kening, nada suaranya penuh kecemburuan. "Kau sudah berani memuji pria lain di hadapanku?"

Calista menatap Leo dengan ekspresi malas. "Apa kau tidak pernah memuji wanita lain di depanku?"

Leo tersenyum sinis. "Aku memuji mereka bukan untuk membuatmu marah, melainkan agar kau belajar. Mereka memiliki permainan yang sangat luar biasa. Kami terus bermain, bertukar keringat dan cairan dengan kenikmatan yang tak terlukiskan."

Calista mengepalkan tangannya, suaranya penuh ketegasan dan ketidaksenangan. "Hentikan ucapanmu! Jika kau tidak puas denganku, aku tidak melarangmu untuk pergi. Dan ingat satu hal, berhenti menceritakan adegan di atas ranjangmu karena itu membuatku jijik!"

Leo tertawa terbahak-bahak, meneguk wainnya dan menikmati wajah cantik wanita di depannya. Senyumnya lebar, tapi tatapannya penuh sinisme.

"Jangan marah, Sayang. Bagaimanapun, kau adalah yang paling ahli di antara wanita-wanita itu, bahkan dibandingkan istriku sekalipun. Namun, sebaiknya kau belajar untuk lebih terampil saat bergoyang. Ikuti saranku ini." 

Calista menatapnya dengan dingin, mata birunya bersinar tajam. "Kau ingin aku belajar agar semakin ahli?"

"Benar," jawab Leo dengan nada merendahkan. "Siapa yang akan menduga bahwa kau bisa menjadi lebih hebat."

Calista tersenyum samar, bibirnya melengkung dengan penuh arti. "Aku akan belajar, tapi bersama pria lain." Pandangannya beralih ke Herley yang berdiri beberapa meter dari mereka, tegap dan sigap. "Bagaimana kalau aku mencobanya bersama dia? Dia terlihat sangat menantang."

Kata-kata itu menancap dalam di hati Leo. Ia geram, amarahnya membara seketika. Dengan gerakan kasar, ia membanting gelas winenya, pecahan kaca tersebar di atas meja, menggores permukaan kayu yang mahal. Matanya menyala penuh kemarahan.

Herley, yang sejak awal hanya diam mengamati, tetap berdiri dengan tenang, seolah tak terpengaruh oleh pertengkaran yang meletus di depannya. Calista menatap Leo dengan tatapan penuh kemenangan, sementara pria itu berusaha mengendalikan emosinya yang meluap-luap.

"Jangan bermain-main denganku," kata Leo dengan suara yang bergetar menahan marah. "Aku tidak akan mentolerir penghinaan seperti itu."

Calista mendekatkan wajahnya ke Leo, suaranya berbisik namun penuh ketegasan. "Kau yang mulai, Leo. Ingat itu. Aku hanya membalas apa yang kau lakukan. Jika kau bisa menghinaku dengan memuji wanita-wanita lain, maka aku pun berhak mengatakan apa yang ada di pikiranku."

Leo terdiam, terjebak antara amarah dan rasa tak berdaya. Sementara itu, Calista melangkah mundur, kembali pada posisinya semula, tetapi dengan aura yang lebih kuat dan berkuasa. Herley hanya menatap mereka dengan tatapan datar, siap untuk melindungi Calista kapan saja diperlukan.

Tiba-tiba, ponsel Calista bergetar di meja. Ia mengambilnya dan menjawab dengan cepat. Wajahnya berubah serius ketika mendengar suara di ujung telepon.

"Baik, aku mengerti. Kami akan segera bersiap," kata Calista sebelum menutup telepon. Dia menatap Herley dan Leo dengan ekspresi tegang. "Itu dari manajerku. Ada masalah mendesak yang harus Aku tangani di lokasi pemotretan hari ini."

Herley langsung mendekati Calista. "Ada apa?" tanyanya dengan suara tegas.

Calista menghela napas. "Beberapa orang yang tidak dikenal terlihat berkeliaran di sekitar lokasi. Mereka tampaknya mencari masalah."

Leo terdiam, terjebak antara amarah dan rasa tak berdaya. Sementara itu, Calista melangkah mundur, kembali pada posisinya semula, tetapi dengan aura yang lebih kuat dan berkuasa. Herley hanya menatap mereka dengan tatapan datar, siap untuk melindungi Calista kapan saja diperlukan.

Tiba-tiba, ponsel Calista bergetar di meja. Ia mengambilnya dan menjawab dengan cepat. Wajahnya berubah serius ketika mendengar suara di ujung telepon.

"Baik, aku mengerti. Kami akan segera bersiap," kata Calista sebelum menutup telepon. Dia menatap Herley dan Leo dengan ekspresi tegang. "Itu dari manajerku. Ada masalah mendesak yang harus aku tangani di lokasi pemotretan hari ini."

Herley langsung mendekati Calista. "Ada apa?" tanyanya dengan suara tegas.

Calista menghela napas. "Beberapa orang yang tidak dikenal terlihat berkeliaran di sekitar lokasi. Mereka tampaknya mencari masalah."

Leo mengernyit, menahan tangan Calista dan memperingatinya, "Jika kau melakukan apa yang kau katakan tadi, bersiaplah untuk kehilangan segalanya, bahkan karirmu!"

Calista menatapnya tajam, menepis tangan Leo dengan gerakan tegas. "Ancamanmu tidak berarti apa-apa bagiku. Aku akan tetap melanjutkan apa yang harus kulakukan."

Dengan langkah mantap, Calista berjalan meninggalkan Leo, diiringi oleh Herley yang selalu sigap di sisinya. Leo hanya bisa menatap punggung mereka dengan kemarahan yang membara dalam hatinya, menyadari bahwa kekuasaannya atas Calista mulai memudar.

_____

Ketika mereka tiba di lokasi pemotretan, suasana sudah tampak tegang. Beberapa kru terlihat gelisah, mata mereka waspada mengawasi sekeliling. Herley memperhatikan gerak-gerik mereka dengan cermat, setiap ototnya siap menghadapi kemungkinan terburuk.

Semuanya baik-baik saja?" tanya Calista kepada manajernya, seorang wanita paruh baya bernama Jessica.

Jessica menggeleng. "Kami melihat beberapa orang mencurigakan di sekitar area. Mereka tidak mau pergi meski sudah diusir oleh pengawal."

Herley menatap Jessica dengan mata tajam. "Di mana mereka sekarang?"

Jessica menunjuk ke arah hutan di sekitar vila. "Mereka bersembunyi di sana, tapi aku tidak yakin berapa banyak jumlah mereka."

"Aku akan pergi memeriksa. Tetaplah di sini dan jangan khawatir," katanya dengan suara tenang.

Calista mengangguk, mempercayakan keselamatannya sepenuhnya pada Herley. Pria itu segera bergerak, menyelinap ke area belakang seperti bayangan yang tak terlihat. Ia memperhatikan setiap detil, mencari tanda-tanda keberadaan orang-orang yang mencurigakan.

Mata bak elang itu terus-menerus memindai sekeliling, telinganya mendengar setiap suara kecil. Tiba-tiba, ia melihat bayangan bergerak di antara pepohonan. 

Sekelompok pria keluar dari balik pepohonan, membawa berbagai senjata tajam dan tongkat. Mereka tersenyum sinis ketika melihat Herley datang. 

"Kami hanya ingin berbicara," kata salah satu dari mereka, seorang pria berwajah kasar dengan tato di lengannya.

"Siapa kalian dan apa yang kalian inginkan?" tanya Herley dengan suara dingin.

Pria itu tertawa, suaranya penuh ejekan. "Kami hanya ingin memberi salam dari Dario. Dia sangat tidak senang dengan apa yang terjadi terakhir kali. Jadi, kami datang untuk menyelesaikan urusan yang tertunda."

Herley mengangkat alisnya, senyum angkuh terlukis di bibirnya. "Dario mengirim kalian untuk menyelesaikan urusan yang dia sendiri tidak mampu tangani? Betapa menyedihkan. Jika dia pikir mengirim beberapa pengecut sepertimu bisa membuatku gentar, maka dia lebih bodoh daripada yang kuduga."

Pria itu terkejut sesaat, namun mencoba menyembunyikannya dengan angkuh. "Jangan sombong, kau akan menyesali kata-katamu. Kau kira hanya ada kami disini, kau salah besar. Karena setelah melawan kami, kau akan terkejut dengan seseorang yang akan melawanmu dengan mudah!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 30

    Calista menutup mulutnya, ngeri melihat pemandangan itu. “Harley, kita tidak akan berhasil. Kita semua akan tenggelam...”Harley memutar otaknya cepat. Dia harus membuat keputusan yang tepat. “Tidak, kita masih bisa selamat. Ayo, kita menuju sekoci terakhir. Aku akan memastikan kau naik ke sana.”Dengan sigap, Harley menuntun Calista menuju sekoci terakhir yang masih ada. Penumpang lain sudah mulai memenuhi tempat itu, tetapi Harley tidak ragu. Dia mengangkat Calista ke atas sekoci, memastikan dia duduk dengan aman sebelum naik sendiri.“Kau aman di sini,” katanya sambil menggenggam tangan Calista, mencoba menenangkan wanita itu.Namun, baru saja mereka duduk, tiba-tiba ada penumpang lain yang berusaha memaksa masuk ke sekoci, mendorong dengan kasar.“Aku juga harus naik! Ini hidup dan mati!” pria itu berteriak, wajahnya penuh kepanikan.Harley segera berdiri, tubuhnya menegang. “Tenang!” serunya dengan suara tegas. “Kita semua akan turun satu per satu. Tidak ada yang harus panik.”Pr

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 29

    Kapal pesiar besar itu semakin terombang-ambing hebat di tengah badai yang mengamuk. Angin kencang dan ombak tinggi mengguncang kapal tanpa ampun, membuat semua yang ada di dalamnya panik dan berusaha menyelamatkan diri. Suara gemuruh badai bercampur dengan jeritan penumpang yang berlarian, mencoba mencari jalan keluar di tengah kekacauan yang semakin memburuk.Di sudut kapal, Harley masih memegangi Leo yang tak berdaya di bawah cengkeramannya. Leo, yang kini sudah lelah melawan, hanya bisa terengah-engah, wajahnya basah oleh keringat dan air hujan yang menetes dari atap. Harley tahu dia tidak bisa terus-menerus menahan Leo, tetapi dia juga tidak bisa membiarkannya bebas. Leo terlalu berbahaya untuk dibiarkan begitu saja, terutama setelah semua yang telah dia lakukan.“Harley, kita harus pergi sekarang, kapal ini akan tenggelam!” seru Calista, yang berdiri tidak jauh darinya, dengan suara gemetar. Tubuhnya masih bergetar ketakutan, meskipun dia berusaha keras untuk tetap tenang.Harle

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 28: Suara Pistol yang Menakutkan

    "Sudah cukup, Leo," kata pria itu dengan suara rendah tapi tegas. "Kau tak bisa mengendalikan semuanya. Badai ini akan menghancurkan kita semua, dan uangmu tak akan menyelamatkanmu kali ini."Leo menatap pria itu dengan tatapan penuh kebencian, "Diam! Kau tak tahu apa-apa! Aku akan keluar dari sini hidup-hidup! Dan tak ada yang bisa menghentikanku!"Pria itu menggeleng pelan, seolah menyayangkan kejatuhan Leo ke dalam kegilaan. "Mungkin kau bisa menyelamatkan dirimu sendiri, Leo, tapi ingatlah ini. Kau akan mati sendirian."Sebelum Leo bisa membalas, pria itu berjalan menuju lemari pelampung yang masih tersisa, diikuti oleh beberapa penumpang lain yang kini lebih memilih mengikuti arahan pria tersebut daripada terjebak dalam kegilaan Leo. Namun, Leo tak peduli. Dia hanya punya satu tujuan: bertahan hidup, apapun caranya.Badai semakin menggila, dan kapal itu pun terus berguncang. Semua orang, termasuk Leo, kini berada di ujung tanduk, di antara hidup dan mati, tak ada yang bisa memast

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 27: Di Ujung Kehancuran

    DOOR! Pria berbadan besar itu tergeletak di lantai dek, darah menyembur dari luka tembak di kepalanya. Tubuh yang tadinya penuh tenaga, kini hanya seonggok daging tak bernyawa di bawah kaki Leo. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu terdiam sejenak, seolah tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Leo menatap tubuh tak bernyawa itu dengan tatapan dingin, lalu memutar pistolnya, memastikan tidak ada lagi yang mencoba mengambil apa yang menjadi miliknya. “Dengar baik-baik!” Leo berteriak, suaranya menggema di tengah raungan badai. “Tak ada seorang pun yang boleh merebut milikku! Apapun yang ada di kapal pesiar ini adalah milikku! Dan aku akan mempertahankannya sampai mati!” Para penumpang yang masih bertahan memandangnya dengan ketakutan, tak ada yang berani mendekat. Mereka tahu, di bawah tekanan dan ketakutan, Leo sudah kehilangan kendali. Dia akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan dirinya sendiri, termasuk mengorbankan nyawa orang lain. Tiba-tiba, suara teriakan lain

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 26: Pertikaian Pelampung

    Dengan satu gerakan cepat, Herley menarik Dario ke atas dek, menyelamatkannya dari maut. Pria itu terkapar di lantai dek, tubuhnya basah kuyup dan gemetar. Ia mencoba bangkit, tapi lututnya lemas, membuatnya tersungkur lagi. Herley berdiri di hadapannya, bayangannya menjulang seperti sosok malaikat kematian yang siap menuntut balas."Kau tahu," suara Herley terdengar tenang, namun setiap kata yang keluar dari mulutnya penuh dengan ancaman dingin, "orang-orang seperti kau selalu merasa di atas segalanya. Uang, kekuasaan, dan status sosial yang kau punya membuatmu merasa tak tersentuh. Tapi lihatlah dirimu sekarang. Tak ada satu pun dari itu yang bisa menyelamatkanmu dari badai ini. Atau dari aku."Dario menelan ludah, napasnya tersengal-sengal. "Aku... aku minta maaf, sungguh... aku benar-benar menyesal..."Herley menggeleng pelan, tatapannya penuh penghinaan. "Kata-kata itu, tak ada artinya bagiku. Penyesalanmu hanya muncul saat kau berada di ujung kematian. Kalau badai ini tak perna

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 25: Tak Ada Ampunan!

    Dua pengawal yang tadinya hendak mendorong Herley ke laut kini berusaha keras bertahan dari badai yang semakin menggila. Mereka terpental ke samping, jatuh menabrak pagar dek. Tali yang mengikat Herley mulai longgar karena guncangan yang tak terkendali. Dengan gerakan cepat, pria itu menggoyangkan tubuhnya, melepaskan diri dari lilitan tali kapal yang keras. Setelah itu, ia berdiri tegak di tengah dek, di mana angin dan ombak seolah enggan menyentuhnya.Dario yang masih berusaha berdiri, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Ini tidak mungkin!" teriaknya, matanya melotot ke arah Herley yang kini bebas dari ikatan. "Kau seharusnya tidak bisa lolos!"Herley melangkah perlahan ke arah Dario, setiap langkahnya stabil meski kapal berguncang hebat. "Kalian pikir bisa mengendalikan segalanya dengan uang dan kekuasaan," kata Herley dengan suara yang tenang namun penuh ancaman. "Tapi kalian lupa satu hal... alam tidak bisa dibeli."Dario yang mulai ketakutan, mundur sambil meraba-raba paga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status