Home / Fantasi / PEMBALASAN RAJA ARADORN / Bab 6: Ancaman dari Bayangan

Share

Bab 6: Ancaman dari Bayangan

Author: Rik_Da
last update Last Updated: 2024-08-01 10:44:33

Setelah perjalanan yang relatif tenang menuju lokasi pemotretan, suasana mulai tegang ketika mereka tiba. Lokasi tersebut adalah sebuah vila mewah di pinggir kota, dikelilingi oleh hutan yang lebat. Calista, dengan aura profesionalnya, segera disambut oleh kru pemotretan dan tim yang telah menunggunya.

Herley berdiri tegap di samping Calista, menarik perhatian banyak orang.

"Siapa pria itu? Dia tampak sangat mengesankan, bahkan dia terlihat seperti seorang model," bisik salah satu model kepada temannya.

"Aku tidak tahu, mungkin bodyguard baru Calista?" jawab temannya.

"Bisakah aku meminta nomor ponselnya? Aku ingin mengajaknya party malam ini." 

Wanita itu mengeluarkan telepon genggamnya dari dalam laci meja, berdiri dengan elegan dalam gaun merah yang menjuntai di lantai, melangkah dengan anggun bak seorang putri menuju Herley. Senyum manis menghiasi wajahnya, matanya bersinar penuh ketertarikan. 

"Hi, namaku Rose. Aku belum pernah melihat Anda di sini sebelumnya," kata Rise dengan suara lembut dan menggoda.

Herley menatapnya dengan datar, matanya dingin dan acuh tak acuh, bahkan pria itu tak menunjukkan ketertatikannya sama sekali. 

"Mungkin nanti kita bisa mengenal lebih dekat setelah sesi pemotretan ini selesai?" tanyanya, mencoba mempertahankan senyumnya.

Herley tidak merespons, hanya memandang lurus ke depan, seolah-olah Rise tidak ada di sana. Ketidakpeduliannya membuat wanita itu pada akhirnya mundur dengan perasaan kesal.

___

Sesi pemotretan berlangsung dengan lancar, namun Herley tidak bisa menghilangkan perasaan waspada. Matanya terus mengawasi sekeliling, memastikan tidak ada ancaman yang mendekat untuk Calista. Namun, saat sore menjelang, situasi mulai berubah.

Saat sesi pemotretan hampir selesai, sebuah mobil hitam mewah berhenti di depan vila. Dari mobil itu keluar seorang pria dengan penampilan mencolok, mengenakan setelan mahal dan kacamata hitam. Dia diikuti oleh beberapa pengawal bersenjata. Calista mengenali pria itu sebagai Dario, seorang pengusaha kaya yang sering terlibat dalam kegiatan ilegal.

Dario mendekati Calista dengan senyum lebar. "Calista, sudah lama tidak bertemu. Aku melihat kamu masih seperti biasanya, penuh pesona," katanya dengan nada menggoda.

Calista tersenyum dingin. "Apa yang kamu inginkan, Dario? Aku sedang sibuk."

"Ajak aku di pesta kapal pesiar milik Leo. Kau kan wanitanya, mudah bagimu untuk mengundangku."

Calista menatapnya tajam, senyum sinis menghiasi wajahnya. "Dario, pesta di kapal pesiar itu hanya untuk orang-orang yang benar-benar berkelas. Kau? Masih bermimpi untuk masuk ke lingkaran kami? Berhenti berharap dan kembali ke tempatmu yang seharusnya."

Dario terkejut mendengar kata-kata tajam Calista, tetapi dia tidak menyerah. "Kau sungguh kejam, Calista. Tapi, kurasa itu bagian dari pesonamu yang memikat," balasnya dengan nada yang sedikit getir namun jemarinya bermain nakal pada dagu wanita itu.

Calista menipisnya dengan kasar, menghela napas, merasa muak dengan kehadiran pria itu. "Aku tidak punya waktu untuk permainanmu, Dario. Jika kau tidak ada urusan penting, lebih baik kau pergi."

Dario tertawa terbahak, "Jangan bilang karena kamu adalah wanita Leo, kau bisa sangat angkuh di depanku bahkan mengusirku. Nona, jangan lakukan hal yang bisa membuatmu mati konyol."

Herley, yang mendengar ancaman Dario, melangkah maju, berdiri tegap di depan Calista. Sorot matanya tajam, penuh ketegasan dan tanpa gentar, menatap lurus ke arah Dario. Rahangnya mengeras, menunjukkan sikap siap siaga dan perlindungan tanpa kompromi. Dengan nada datar namun penuh kewibawaan, dia bertanya, "Apakah itu ancaman?" Aura dingin yang memancar dari dirinya membuat semua orang di sekitar merasa gentar.

Dario menghentikan tawanya, menatap Herley dengan pandangan menantang. "Dan siapa kau? Bodyguard baru Calista atau kau pria yang dia sewa untuk memenuhi kebutuhan di atas ranjangnya? Kau pikir bisa melindunginya? Bullshit!"

Tanpa memperingatkan, Herley mengayunkan tangannya dengan cepat dan tepat. Pukulan itu mengenai rahang Dario dengan suara keras yang bergema di sekitar mereka. Semua yang menyaksikan, termasuk para model dan kru pemotretan, terdiam dalam ketakutan dan keterkejutan.

Dario terhuyung mundur, matanya terbuka lebar saat dia merasakan sakit yang luar biasa. Gigi-giginya berjatuhan, berceceran di lantai, bercampur dengan darah yang mengalir dari mulutnya. Rasa sakit dan penghinaan yang dirasakannya membuat wajahnya memerah, penuh kemarahan dan ketidakberdayaan.

"Dasar brengsek!" Dario mengumpat, berusaha menahan rasa sakit sambil memegangi rahangnya yang patah. Namun, tatapan matanya yang menantang berubah menjadi takut saat melihat Herley yang tetap berdiri tegap di depannya, siap memberikan pukulan berikutnya jika diperlukan.

Calista yang berdiri di belakang Herley, menatap kejadian itu dengan ekspresi dingin. "Sudah cukup," katanya dengan suara tenang namun penuh otoritas. "Dia sudah mendapatkan pelajarannya." Calista tidak ingin Herley memperlihatkan kekuatannya pada yang lain.

Herley mengangguk, menurunkan tangannya namun tetap waspada. "Kau dengar itu? Jika kau masih berani mengancam Calista lagi, kau akan berurusan denganku. Dan kali ini, aku tidak akan sebaik ini."

Dario mencibir, merasa terpojok namun tetap berusaha menunjukkan sikap berani. "Kau pikir dengan sikap seperti itu kau bisa menakutiku? Hanya karena kau seorang bodyguard, bukan berarti kau bisa mengancamku. Shit!" Dia meludah ke lantai, darah terlihat bercampur dengan darah. 

Herley mengangkat sedikit alisnya, matanya tetap tidak beranjak dari Dario. "Kalau begitu, buktikan."

Dario tertawa, mengangkat dagunya dengan sikap penuh kebanggaan yang tergores oleh rasa takut. "Aku tidak akan terlibat dalam permainan anak-anak seperti ini," katanya dengan nada sinis. "Kau hanya butiran debu di jalanku yang megah. Bahkan ujung jarimu tak layak untuk menyentuhku," katanya dengan nada angkuh. "Pengawalku! Ajarkan orang ini bagaimana caranya menghormati yang berkuasa."

Para pengawal Dario yang bersenjata segera melangkah maju, mengelilingi Herley dengan sikap siap bertarung. Mereka mengeluarkan senjata mereka, menatap Herley dengan pandangan dingin dan mematikan.

Calista yang berdiri di belakang Herley, menatap Dario dengan tatapan tajam. "Kau benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti, Dario," katanya dengan nada dingin.

Herley tetap tenang, matanya tetap terfokus pada Dario. "Kau tidak akan menang dalam permainan ini," katanya dengan nada datar namun penuh rasa membunuh. "Menyuruh pengawalmu menyerangku hanya menunjukkan betapa pengecutnya dirimu."

Dario hanya bisa tertawa lucu, dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi tawa itu jelas menunjukkan bahwa dia mencoba menutupi ketakutannya dengan sikap angkuh. 

Tanpa memperingatkan, Herley bergerak dengan kecepatan yang mengejutkan. Dalam beberapa gerakan cepat, dia melumpuhkan satu pengawal, menjatuhkannya ke lantai dengan mudah. Herley memutar tubuhnya memberikan pukulan keras tepat di tenggorokan pengawal pertama, membuatnya tersedak dan jatuh berlutut. Tanpa berhenti, Herley memutar tubuhnya lagi, menggunakan siku untuk menghantam pelipis pengawal kedua, yang langsung jatuh pingsan.

Sisa pengawal mencoba menyerang bersamaan, namun Herley dengan cepat menghindar dan menyerang balik, menggunakan kekuatan dan keahlian tempurnya untuk menjatuhkan mereka satu per satu. Pengawal ketiga meluncurkan pukulan ke arah Herley, tetapi Herley menangkap lengan itu, memutarnya dengan kuat hingga terdengar suara retakan tulang, lalu menendang perut pengawal tersebut hingga terjatuh.

Pengawal keempat mencoba meninju wajah Herley, namun Herley dengan gesit menunduk dan memberikan pukulan balasan ke dagu pengawal itu, membuatnya terlempar ke belakang dan terkapar. Setiap gerakan Herley terlihat sangat santai, namun memg ikan bagi lawan, menunjukkan bahwa dia bukan hanya seorang bodyguard biasa.

Dario, yang kini hanya bisa menyaksikan dengan ketakutan, mundur perlahan. "Ini tidak mungkin," gumamnya dengan suara gemetar, menyaksikan para pengawalnya terkapar di lantai tak sadarkan diri. Padahal, dengan mata kepalanya sendiri, Dario melihat Herley sama sekali tidak memukul dengan tenaga penuh.

Herley berdiri tegap di tengah para pengawal yang terkapar, matanya menatap Dario dengan dingin dan penuh kemarahan. Aura di sekelilingnya seolah berubah gelap dan menakutkan, seakan-akan dia bukan sekadar seorang bodyguard, tetapi sosok yang membawa ancaman mematikan. Suaranya rendah, seolah diwarnai oleh kekuatan gelap yang mengintimidasi. "Aku sudah memperingatkanmu," katanya, suaranya menggema dengan nada yang tajam dan dingin. "Jangan pernah mengancam Calista lagi."

Calista melangkah maju, berdiri di samping Herley. "Pergilah, Dario. Dan ingat, ini adalah peringatan terakhirku," katanya dengan nada tegas namun penuh ketenangan.

Dario menunjuk wajah Herley yang masih berdiri tegap. "Bodyguard rendahan! Jangan terlalu senang dulu. Kau berani melukaiku seperti ini? Nasibmu sudah dipastikan akan menjadi yang paling menderita! Kau pikir hanya kau yang memiliki kemampuan abnormal seperti itu? Tunggu pembalasanku. Aku akan mengundang seseorang yang bisa membunuhmu!" teriaknya penuh kemarahan sebelum pergi.

Dario datang dengan sikap sombong, tetapi pergi dalam keadaan menyedihkan. Namun, sepertinya dia memang memiliki dukungan yang kuat. Dengan kemampuan yang Herley tunjukkan, seharusnya Dario sudah takut dan tidak mau mencari masalah lagi. Namun, dia malah semakin menjadi-jadi. Entah dia bodoh karena tidak mampu mengukur kemampuannya sendiri, atau memang ada orang yang bisa mengalahkan Herley.

Herley mendengus dingin. "Aku menantikan siapa yang akan datang untuk membalas dendam terhadapku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 30

    Calista menutup mulutnya, ngeri melihat pemandangan itu. “Harley, kita tidak akan berhasil. Kita semua akan tenggelam...”Harley memutar otaknya cepat. Dia harus membuat keputusan yang tepat. “Tidak, kita masih bisa selamat. Ayo, kita menuju sekoci terakhir. Aku akan memastikan kau naik ke sana.”Dengan sigap, Harley menuntun Calista menuju sekoci terakhir yang masih ada. Penumpang lain sudah mulai memenuhi tempat itu, tetapi Harley tidak ragu. Dia mengangkat Calista ke atas sekoci, memastikan dia duduk dengan aman sebelum naik sendiri.“Kau aman di sini,” katanya sambil menggenggam tangan Calista, mencoba menenangkan wanita itu.Namun, baru saja mereka duduk, tiba-tiba ada penumpang lain yang berusaha memaksa masuk ke sekoci, mendorong dengan kasar.“Aku juga harus naik! Ini hidup dan mati!” pria itu berteriak, wajahnya penuh kepanikan.Harley segera berdiri, tubuhnya menegang. “Tenang!” serunya dengan suara tegas. “Kita semua akan turun satu per satu. Tidak ada yang harus panik.”Pr

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 29

    Kapal pesiar besar itu semakin terombang-ambing hebat di tengah badai yang mengamuk. Angin kencang dan ombak tinggi mengguncang kapal tanpa ampun, membuat semua yang ada di dalamnya panik dan berusaha menyelamatkan diri. Suara gemuruh badai bercampur dengan jeritan penumpang yang berlarian, mencoba mencari jalan keluar di tengah kekacauan yang semakin memburuk.Di sudut kapal, Harley masih memegangi Leo yang tak berdaya di bawah cengkeramannya. Leo, yang kini sudah lelah melawan, hanya bisa terengah-engah, wajahnya basah oleh keringat dan air hujan yang menetes dari atap. Harley tahu dia tidak bisa terus-menerus menahan Leo, tetapi dia juga tidak bisa membiarkannya bebas. Leo terlalu berbahaya untuk dibiarkan begitu saja, terutama setelah semua yang telah dia lakukan.“Harley, kita harus pergi sekarang, kapal ini akan tenggelam!” seru Calista, yang berdiri tidak jauh darinya, dengan suara gemetar. Tubuhnya masih bergetar ketakutan, meskipun dia berusaha keras untuk tetap tenang.Harle

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 28: Suara Pistol yang Menakutkan

    "Sudah cukup, Leo," kata pria itu dengan suara rendah tapi tegas. "Kau tak bisa mengendalikan semuanya. Badai ini akan menghancurkan kita semua, dan uangmu tak akan menyelamatkanmu kali ini."Leo menatap pria itu dengan tatapan penuh kebencian, "Diam! Kau tak tahu apa-apa! Aku akan keluar dari sini hidup-hidup! Dan tak ada yang bisa menghentikanku!"Pria itu menggeleng pelan, seolah menyayangkan kejatuhan Leo ke dalam kegilaan. "Mungkin kau bisa menyelamatkan dirimu sendiri, Leo, tapi ingatlah ini. Kau akan mati sendirian."Sebelum Leo bisa membalas, pria itu berjalan menuju lemari pelampung yang masih tersisa, diikuti oleh beberapa penumpang lain yang kini lebih memilih mengikuti arahan pria tersebut daripada terjebak dalam kegilaan Leo. Namun, Leo tak peduli. Dia hanya punya satu tujuan: bertahan hidup, apapun caranya.Badai semakin menggila, dan kapal itu pun terus berguncang. Semua orang, termasuk Leo, kini berada di ujung tanduk, di antara hidup dan mati, tak ada yang bisa memast

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 27: Di Ujung Kehancuran

    DOOR! Pria berbadan besar itu tergeletak di lantai dek, darah menyembur dari luka tembak di kepalanya. Tubuh yang tadinya penuh tenaga, kini hanya seonggok daging tak bernyawa di bawah kaki Leo. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu terdiam sejenak, seolah tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Leo menatap tubuh tak bernyawa itu dengan tatapan dingin, lalu memutar pistolnya, memastikan tidak ada lagi yang mencoba mengambil apa yang menjadi miliknya. “Dengar baik-baik!” Leo berteriak, suaranya menggema di tengah raungan badai. “Tak ada seorang pun yang boleh merebut milikku! Apapun yang ada di kapal pesiar ini adalah milikku! Dan aku akan mempertahankannya sampai mati!” Para penumpang yang masih bertahan memandangnya dengan ketakutan, tak ada yang berani mendekat. Mereka tahu, di bawah tekanan dan ketakutan, Leo sudah kehilangan kendali. Dia akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan dirinya sendiri, termasuk mengorbankan nyawa orang lain. Tiba-tiba, suara teriakan lain

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 26: Pertikaian Pelampung

    Dengan satu gerakan cepat, Herley menarik Dario ke atas dek, menyelamatkannya dari maut. Pria itu terkapar di lantai dek, tubuhnya basah kuyup dan gemetar. Ia mencoba bangkit, tapi lututnya lemas, membuatnya tersungkur lagi. Herley berdiri di hadapannya, bayangannya menjulang seperti sosok malaikat kematian yang siap menuntut balas."Kau tahu," suara Herley terdengar tenang, namun setiap kata yang keluar dari mulutnya penuh dengan ancaman dingin, "orang-orang seperti kau selalu merasa di atas segalanya. Uang, kekuasaan, dan status sosial yang kau punya membuatmu merasa tak tersentuh. Tapi lihatlah dirimu sekarang. Tak ada satu pun dari itu yang bisa menyelamatkanmu dari badai ini. Atau dari aku."Dario menelan ludah, napasnya tersengal-sengal. "Aku... aku minta maaf, sungguh... aku benar-benar menyesal..."Herley menggeleng pelan, tatapannya penuh penghinaan. "Kata-kata itu, tak ada artinya bagiku. Penyesalanmu hanya muncul saat kau berada di ujung kematian. Kalau badai ini tak perna

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 25: Tak Ada Ampunan!

    Dua pengawal yang tadinya hendak mendorong Herley ke laut kini berusaha keras bertahan dari badai yang semakin menggila. Mereka terpental ke samping, jatuh menabrak pagar dek. Tali yang mengikat Herley mulai longgar karena guncangan yang tak terkendali. Dengan gerakan cepat, pria itu menggoyangkan tubuhnya, melepaskan diri dari lilitan tali kapal yang keras. Setelah itu, ia berdiri tegak di tengah dek, di mana angin dan ombak seolah enggan menyentuhnya.Dario yang masih berusaha berdiri, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Ini tidak mungkin!" teriaknya, matanya melotot ke arah Herley yang kini bebas dari ikatan. "Kau seharusnya tidak bisa lolos!"Herley melangkah perlahan ke arah Dario, setiap langkahnya stabil meski kapal berguncang hebat. "Kalian pikir bisa mengendalikan segalanya dengan uang dan kekuasaan," kata Herley dengan suara yang tenang namun penuh ancaman. "Tapi kalian lupa satu hal... alam tidak bisa dibeli."Dario yang mulai ketakutan, mundur sambil meraba-raba paga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status