Home / Fantasi / PEMBALASAN RAJA ARADORN / Bab 8: Pertarungan di Balik Bayangan

Share

Bab 8: Pertarungan di Balik Bayangan

Author: Rik_Da
last update Last Updated: 2024-08-01 23:58:15

Herley tertawa rendah, suara gelapnya menggema. "Menyesal? Kata itu tidak ada dalam kamusku. Tapi kalian, kalian akan menyesal datang ke sini dan mengganggu ketenangan kami. Pergilah sekarang, atau aku pastikan kalian tidak akan pernah kembali untuk melaporkan kegagalan kalian kepada Dario."

Pria itu menyeringai, mencoba mempertahankan keberaniannya. "Kau pikir bisa mengalahkan kami sendirian?"

Herley menatap mereka satu per satu, tatapannya tajam dan menakutkan. "Aku tidak berpikir, tapi aku tahu. Jika kalian berani mencoba, maka bersiaplah untuk merasakan kemarahan yang tidak pernah kalian bayangkan sebelumnya."

Dengan kecepatan yang mengejutkan, Herley melesat ke arah pria yang berwajah kasar. Dalam sekejap, ia melumpuhkan salah satu dari mereka dengan sebuah pukulan telak yang membuat pria itu terjatuh ke tanah, tak berdaya. Pria-pria lainnya terkejut dan mundur dengan panik, wajah mereka memucat melihat rekan mereka yang terkapar.

"Masih ingin melanjutkan?" Herley menantang, suaranya dingin dan kejam.

Dengan wajah berkerut penuh kemarahan, pria berwajah kasar itu berdiri di antara rekan-rekannya yang terkapar. Meski jelas tertekan, dia tetap bersikap menantang.

“Kau mungkin bisa menjatuhkan salah satu dari kami, tapi itu tidak berarti kau bisa menghentikan kami semua!” teriaknya dengan suara serak. “Dario tidak akan membiarkanmu menang begitu saja. Ada banyak lagi yang akan datang untuk menyelesaikan apa yang kau mulai. Kami akan membuatmu menyesal telah menginjakkan kaki di sini.”

Sambil melirik rekan-rekannya yang masih berdiri, dia menambahkan, “Jangan biarkan dirimu terintimidasi. Kita masih memiliki kekuatan yang belum dikeluarkan. Ayo, serang dia semua!”

Salah satu pria yang masih berdiri dengan wajah marah, menarik senjata dari balik jaketnya dan mengayunkannya ke arah Herley, berusaha menambah semangat kepada kelompoknya. “Jangan mundur! Ini belum berakhir! Buktikan pada pengecut ini kalau kita tidak takut padanya!”

Herley tersenyum tajam, senyum yang bersinar seperti belati yang baru diasah, menanti untuk memotong setiap ancaman yang mendekat. Pria itu tidak memberi mereka waktu untuk bernafas. Ia bergerak lincah, menghindari serangan yang dilancarkan oleh dua pria yang mencoba menyerangnya dengan tongkat dan senjata tajam. 

Dengan ketepatan yang memukau, Herley menangkap lengan salah satu pria dan memutarnya dengan kuat, memaksa pria itu menjatuhkan senjatanya. Ia kemudian melancarkan tendangan ke arah perut pria tersebut, membuatnya terhuyung dan jatuh ke tanah.

Sementara itu, seorang pria lain yang berusaha menyerang dengan pisau terpaksa berhadapan langsung dengan kecepatan dan ketangkasan Herley. Herley menghindari setiap ayunan pisau dengan gesit, kemudian meraih pergelangan tangan pria tersebut dan memutarnya hingga terdengar suara retakan. 

Pisau itu jatuh, dan Herley melangkah maju, melancarkan pukulan cepat yang membuat pria itu terjatuh tak sadarkan diri.

Di tengah kekacauan, Herley menunjukkan keterampilan bertarung yang mengerikan. Ia bergerak seperti badai, melibas lawan-lawannya dengan kecepatan dan kekuatan yang menghancurkan. 

Setiap kali seorang pria mencoba menyerangnya, Herley tidak hanya menghindar tetapi membalas dengan pukulan keras, tendangan menghancurkan, dan gerakan mematikan yang membuat lawan-lawannya terkapar sebelum mereka sempat menyadari apa yang terjadi. Suara benturan tubuh dan jeritan kesakitan memenuhi udara saat dia mengendalikan medan tempur, memastikan tidak ada satupun dari mereka yang mampu menyentuhnya. 

Saat sebagian besar pria terkapar di tanah, hanya tersisa beberapa yang berusaha melawan dengan putus asa. 

Tak lama kemudian, sekelompok pria yang semula percaya diri kini terbaring tak berdaya di tanah. 

Herley berdiri tegap di tengah kerumunan pria yang tergeletak di tanah, ekspresi wajahnya menunjukkan rasa puas yang dingin. Dengan nada penuh penghinaan, dia berkata, "Ini yang Dario kirim? Sejumlah pecundang yang hanya tahu bersembunyi di balik senjata? Jika dia punya sesuatu yang lebih baik dari ini, aku sangat menantikan pertunjukannya. Sampai saat itu tiba, aku tidak punya waktu untuk main-main dengan kalian. Silakan pergi dan beri tahu Dario bahwa aku tidak hanya sekadar ancaman—aku adalah bencana yang akan menghancurkan semua yang menghalangi jalanku."

"Kau kira hanya ada kami di sini? Kau salah besar!" ujar seorang pria, darah mengalir dari mulutnya.

Tiba-tiba, dari bayang-bayang, muncul seorang pria bertubuh tegap. Wajahnya tertutup topeng hitam, dan hoodie yang dikenakannya menambah kesan misterius. Dia berjalan perlahan mendekat, matanya yang tajam menatap Herley dengan penuh tantangan.

Herley menoleh dan menatap pria itu dengan tatapan datar, tanpa menunjukkan tanda-tanda ketakutan. "Jadi, ini yang kalian siapkan untukku?" katanya dengan nada angkuh.

"Kau benar-benar merasa berani menganggap dirimu ancaman? Menyadari betapa remeh dan tidak berarti dirimu di hadapanku?"

Herley membalas tatapan itu dengan dingin, senyumnya semakin tajam. "Jika aku sekadar remeh, maka rasakan sendiri apa yang terjadi ketika sesuatu yang remeh seperti diriku benar-benar serius."

"Kau tidak ada apa-apanya bagiku. Kau hanya sebuah gangguan kecil yang bisa dengan mudah aku singkirkan. Jangan berharap aku akan menghabiskan waktu lebih lama untuk menghadapi seseorang sepertimu," kata pria bertopeng itu dengan suara rendah namun mengancam.

Herley membalas dengan tatapan beku, senyumnya semakin tajam. "Kau akan menyadari betapa mengerikannya kesalahanmu."

Pria bertopeng itu menahan tawa dingin, mengangkat alisnya dengan sinisme. "Aku telah menghadapi banyak lawan yang lebih tangguh dari pada dirimu. Jangan harap aku takut hanya karena omonganmu."

Herley melangkah mendekat, aura dinginnya semakin menebal. "Bisa jadi kau hanya menghadapi ancaman yang tak terlihat. Dan saatnya tiba, kau akan tahu betapa menakutkannya musuh yang kau anggap remeh."

Di sekeliling mereka, pengikut Dario mulai merasakan ketegangan yang mencekam. Ketidakpastian menyelimuti mereka, menyadari bahwa pertarungan ini jauh lebih berat daripada yang mereka duga. Dengan napas tertahan, mereka akan menyaksikan duel yang akan mengubah segalanya, memaksa mereka untuk memilih antara kegelapan dan pencerahan. Dan antara yang kuat dan sangat kuat. 

Dengan gerakan cepat, pria itu mulai menyerang Herley. Pertarungan sengit pun tak terhindarkan.

Pria bertopeng melesat dengan gerakan cepat, seperti bayangan yang mengalir di kegelapan hutan. Dia melancarkan serangan dengan tendangan dan pukulan yang cepat, seolah-olah dia menggunakan kecepatan angin untuk menyerang Herley. Setiap serangannya memiliki presisi tinggi, dengan gerakan tangan yang meluncur dan kaki yang menendang seperti panah yang terlepas dari busurnya.

Herley, dengan reflek yang tajam, menghindari setiap serangan dengan ketangkasan luar biasa. Dia memutar tubuhnya dengan mulus, menyelusup di antara pukulan dan tendangan. Ketika pria bertopeng melancarkan tendangan menyilang, Herley menyambutnya dengan gerakan menyamping, lalu membalas dengan sebuah pukulan ke arah pinggul lawan.

Serangan Herley adalah gabungan antara kekuatan dan teknik. Dia mengandalkan kecepatan dan kekuatannya untuk menghancurkan setiap upaya pria bertopeng mengelak. Setiap kali pria bertopeng mencoba memanipulasi bayangan untuk menyerang, Herley menggunakan gerakan memutar dan menangkis untuk meredam serangan itu. Tendangan-tendangan Herley meluncur, mengarah ke titik-titik lemah yang terungkap saat pria bertopeng melakukan serangan.

Pria bertopeng, menyadari bahwa Herley tidak hanya cepat tetapi juga sangat terampil dalam membaca gerakannya, mempercepat serangannya dan mengubah pola serangannya. Dia menciptakan gelombang bayangan yang mengalir seperti air, berusaha menutup semua kemungkinan bagi Herley untuk bergerak bebas. 

Di momen kunci, saat Herley sedang memutar tubuhnya untuk menghindari sebuah tendangan, pria bertopeng melancarkan serangan tiba-tiba dari sisi yang tidak terduga. Sebuah tendangan kuat melesat dari celah gelombang bayangan, menghantam bagian samping tubuh Herley dengan kekuatan yang mengejutkan. Herley terlempar ke samping, tubuhnya menghantam pohon dengan keras sebelum jatuh ke tanah.

Pria bertopeng berhenti sejenak, membiarkan kemenangan sejenak membanjiri dirinya. "Bagaimana rasanya berada di bawah ancaman yang nyata?" suaranya bergetar, penuh kemenangan.

Namun, sebelum dia bisa melakukan langkah lebih lanjut, Herley dengan cepat berdiri, perlahan mengangkat kepalanya, matanya berkilau dengan api yang tak tergoyahkan. "Ini belum berakhir," katanya dengan suara yang penuh tekad. "Jika kau pikir kemenanganmu sudah mutlak, kau akan sangat terkejut."

Pria bertopeng mengernyit, merasa ada sesuatu yang salah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dewi Lestari
cerita yang menarik ...... semanggat nulisnya kak......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 30

    Calista menutup mulutnya, ngeri melihat pemandangan itu. “Harley, kita tidak akan berhasil. Kita semua akan tenggelam...”Harley memutar otaknya cepat. Dia harus membuat keputusan yang tepat. “Tidak, kita masih bisa selamat. Ayo, kita menuju sekoci terakhir. Aku akan memastikan kau naik ke sana.”Dengan sigap, Harley menuntun Calista menuju sekoci terakhir yang masih ada. Penumpang lain sudah mulai memenuhi tempat itu, tetapi Harley tidak ragu. Dia mengangkat Calista ke atas sekoci, memastikan dia duduk dengan aman sebelum naik sendiri.“Kau aman di sini,” katanya sambil menggenggam tangan Calista, mencoba menenangkan wanita itu.Namun, baru saja mereka duduk, tiba-tiba ada penumpang lain yang berusaha memaksa masuk ke sekoci, mendorong dengan kasar.“Aku juga harus naik! Ini hidup dan mati!” pria itu berteriak, wajahnya penuh kepanikan.Harley segera berdiri, tubuhnya menegang. “Tenang!” serunya dengan suara tegas. “Kita semua akan turun satu per satu. Tidak ada yang harus panik.”Pr

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 29

    Kapal pesiar besar itu semakin terombang-ambing hebat di tengah badai yang mengamuk. Angin kencang dan ombak tinggi mengguncang kapal tanpa ampun, membuat semua yang ada di dalamnya panik dan berusaha menyelamatkan diri. Suara gemuruh badai bercampur dengan jeritan penumpang yang berlarian, mencoba mencari jalan keluar di tengah kekacauan yang semakin memburuk.Di sudut kapal, Harley masih memegangi Leo yang tak berdaya di bawah cengkeramannya. Leo, yang kini sudah lelah melawan, hanya bisa terengah-engah, wajahnya basah oleh keringat dan air hujan yang menetes dari atap. Harley tahu dia tidak bisa terus-menerus menahan Leo, tetapi dia juga tidak bisa membiarkannya bebas. Leo terlalu berbahaya untuk dibiarkan begitu saja, terutama setelah semua yang telah dia lakukan.“Harley, kita harus pergi sekarang, kapal ini akan tenggelam!” seru Calista, yang berdiri tidak jauh darinya, dengan suara gemetar. Tubuhnya masih bergetar ketakutan, meskipun dia berusaha keras untuk tetap tenang.Harle

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 28: Suara Pistol yang Menakutkan

    "Sudah cukup, Leo," kata pria itu dengan suara rendah tapi tegas. "Kau tak bisa mengendalikan semuanya. Badai ini akan menghancurkan kita semua, dan uangmu tak akan menyelamatkanmu kali ini."Leo menatap pria itu dengan tatapan penuh kebencian, "Diam! Kau tak tahu apa-apa! Aku akan keluar dari sini hidup-hidup! Dan tak ada yang bisa menghentikanku!"Pria itu menggeleng pelan, seolah menyayangkan kejatuhan Leo ke dalam kegilaan. "Mungkin kau bisa menyelamatkan dirimu sendiri, Leo, tapi ingatlah ini. Kau akan mati sendirian."Sebelum Leo bisa membalas, pria itu berjalan menuju lemari pelampung yang masih tersisa, diikuti oleh beberapa penumpang lain yang kini lebih memilih mengikuti arahan pria tersebut daripada terjebak dalam kegilaan Leo. Namun, Leo tak peduli. Dia hanya punya satu tujuan: bertahan hidup, apapun caranya.Badai semakin menggila, dan kapal itu pun terus berguncang. Semua orang, termasuk Leo, kini berada di ujung tanduk, di antara hidup dan mati, tak ada yang bisa memast

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 27: Di Ujung Kehancuran

    DOOR! Pria berbadan besar itu tergeletak di lantai dek, darah menyembur dari luka tembak di kepalanya. Tubuh yang tadinya penuh tenaga, kini hanya seonggok daging tak bernyawa di bawah kaki Leo. Semua orang yang menyaksikan kejadian itu terdiam sejenak, seolah tak percaya pada apa yang baru saja terjadi. Leo menatap tubuh tak bernyawa itu dengan tatapan dingin, lalu memutar pistolnya, memastikan tidak ada lagi yang mencoba mengambil apa yang menjadi miliknya. “Dengar baik-baik!” Leo berteriak, suaranya menggema di tengah raungan badai. “Tak ada seorang pun yang boleh merebut milikku! Apapun yang ada di kapal pesiar ini adalah milikku! Dan aku akan mempertahankannya sampai mati!” Para penumpang yang masih bertahan memandangnya dengan ketakutan, tak ada yang berani mendekat. Mereka tahu, di bawah tekanan dan ketakutan, Leo sudah kehilangan kendali. Dia akan melakukan apa saja untuk menyelamatkan dirinya sendiri, termasuk mengorbankan nyawa orang lain. Tiba-tiba, suara teriakan lain

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 26: Pertikaian Pelampung

    Dengan satu gerakan cepat, Herley menarik Dario ke atas dek, menyelamatkannya dari maut. Pria itu terkapar di lantai dek, tubuhnya basah kuyup dan gemetar. Ia mencoba bangkit, tapi lututnya lemas, membuatnya tersungkur lagi. Herley berdiri di hadapannya, bayangannya menjulang seperti sosok malaikat kematian yang siap menuntut balas."Kau tahu," suara Herley terdengar tenang, namun setiap kata yang keluar dari mulutnya penuh dengan ancaman dingin, "orang-orang seperti kau selalu merasa di atas segalanya. Uang, kekuasaan, dan status sosial yang kau punya membuatmu merasa tak tersentuh. Tapi lihatlah dirimu sekarang. Tak ada satu pun dari itu yang bisa menyelamatkanmu dari badai ini. Atau dari aku."Dario menelan ludah, napasnya tersengal-sengal. "Aku... aku minta maaf, sungguh... aku benar-benar menyesal..."Herley menggeleng pelan, tatapannya penuh penghinaan. "Kata-kata itu, tak ada artinya bagiku. Penyesalanmu hanya muncul saat kau berada di ujung kematian. Kalau badai ini tak perna

  • PEMBALASAN RAJA ARADORN   Bab 25: Tak Ada Ampunan!

    Dua pengawal yang tadinya hendak mendorong Herley ke laut kini berusaha keras bertahan dari badai yang semakin menggila. Mereka terpental ke samping, jatuh menabrak pagar dek. Tali yang mengikat Herley mulai longgar karena guncangan yang tak terkendali. Dengan gerakan cepat, pria itu menggoyangkan tubuhnya, melepaskan diri dari lilitan tali kapal yang keras. Setelah itu, ia berdiri tegak di tengah dek, di mana angin dan ombak seolah enggan menyentuhnya.Dario yang masih berusaha berdiri, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Ini tidak mungkin!" teriaknya, matanya melotot ke arah Herley yang kini bebas dari ikatan. "Kau seharusnya tidak bisa lolos!"Herley melangkah perlahan ke arah Dario, setiap langkahnya stabil meski kapal berguncang hebat. "Kalian pikir bisa mengendalikan segalanya dengan uang dan kekuasaan," kata Herley dengan suara yang tenang namun penuh ancaman. "Tapi kalian lupa satu hal... alam tidak bisa dibeli."Dario yang mulai ketakutan, mundur sambil meraba-raba paga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status