/ Romansa / PEMBANTU NAIK KELAS / Bab 7. Berita Pertunangan

공유

Bab 7. Berita Pertunangan

작가: artfinger
last update 최신 업데이트: 2022-05-31 17:58:30

Langkah kaki Freza berjalan cepat memasuki bandara. Seorang wanita paruh baya, dengan lipstik merah merona melengkapi penampilannya yang cantik dan elegan. Wanita yang berdiri di bagian dalam pintu masuk itu tersenyum dan menyambut kedatangannya.

“Selamat datang, Tuan Muda. Mari ikuti saya.” Wanita bernama Merlyn tersebut merupakan asisten pribadi Freza.

Tubuh mereka menjauh dari keramaian bandara untuk penerbangan regular. Menuju area bandara yang lebih sepi, kemudian masuk ke sebuah lounge yang hampir tidak ada orang di sana.

Lounge itu dilengkapi dengan fasilitas mewah, untuk memanjakan para penumpang pesawat jet pribadi. Merlyn terus berjalan melewati sofa tunggu, meja yang menghidangkan makanan dari berbagai negara, lalu sedikit berbelok menuju sebuah pintu yang agak tersembunyi.

Sidik jarinya ditekankan pada sebuah sensor di pintu untuk membuatnya terbuka. Ruangan itu lebih kecil dari lounge yang barusan mereka lewati, tetapi semua fasilitas yang ada tidak kalah mewah dan lengkap.

“Tuan bisa beristirahat sejenak di sini. Di dalam lemari sudah ada pakaian ganti yang bisa digunakan.”

“Baik,” jawab Freza.

“Saya akan menunggu di luar. 20 menit lagi kita akan berangkat. Jika ada yang dibutuhkan, bisa panggil saya dengan menekan tombol di atas meja itu.” Jarinya menunjuk sebuah tombol merah kecil di atas meja.

“Iya, Mam, saya tahu.” Freza terlihat tidak sabar, karena dia merasa sudah sangat tahu apa yang harus dilakukan. Beberapa kali dia mendengar penjelasan ini, bahkan sebelum sampai di sini.

“Nih buang, sekalian kamu keluar.” Tiket yang sedari tadi digenggamnya, kini diserahkan ke Merlyn.

Tiket yang digunakan untuk mengelabui istrinya, Rere. Karena dia belum bisa mengatakan di mana tempatnya bekerja yang sebenarnya.

Mata Merlyn memindai isi kertas yang baru saja diterimanya itu, dan bingung kenapa tuannya menyerahkan sebuat tiket pesawat ke sebuah tujuan lain. Dan untuk dibuang pula.

“Heh, bengong. Sudah, sana keluar!” Freza menggerakkan tangannya agar Merlyn segera pergi.

“Baik, Tuan. Selamat beristirahat.” Pintu ditutup dari luar menyisakan Freza sendiri di dalam ruangan.

Tanpa membuang waktu, segera diraihnya sepasang kemeja dan celana panjang, dilengkapi jas berwarna biru tua. Tidak perlu waktu lama bagi Freza untuk berganti pakaian. Tidak lupa, rambutnya diikat agar lebih rapi.

Di cermin, tampilannya sudah terlihat rapi. Cermin besar di dalam kamar mandi itu mengingatkannya pada kejadian di hotel. Kejadian manis yang akhirnya harus tertunda karena panggilan telepon. Sebuah senyum terulas di bibirnya.

“Sabar, Freza, sabar. Minggu depan kita temui si manis lagi, melanjutkan yang tertunda,” gumamnya sambil terkekeh senang.

Selesai beristirahat dan menyantap steak wagyunya, Freza kembali bersiap karena sudah hampir waktunya berangkat. Merlyn baru saja masuk ke dalam ruangan dan memberi tahu bahwa pesawat mereka telah siap.

Selama penerbangan yang memakan waktu satu jam itu, Merlyn tidak membuang kesempatan untuk memberi pengarahan tentang yang perlu dilakukan Freza hari ini. Ada beberapa orang dekat yang akan ayahnya kenalkan, orang-orang yang akan berhubungan dengannya kelak.

Sebenarnya, Freza begitu malas mengikuti acara seperti ini. Namun, dia tidak punya pilihan sebagai pewaris tunggal ayahnya. Selalu saja dia berandai-andai jika memiliki saudara, maka beban ini pastilah bisa terbagi, dan dia memilih menjalani hidup layaknya orang kebanyakan. Tidak diatur ini dan itu.

Pesawat mendarat di sebuah landasan pacu di pinggir laut, di sebuah pulau kecil di antara Pulau Jawa dan Pulau Kalimantan. Sebuah pulau kecil yang dimiliki oleh keluarga besar Freza.

Di pulau tersebut berdiri beberapa bangunan kokoh yang terdiri dari rumah utama, lapangan golf, lapangan tenis, landasan pacu untuk pesawat terbang, tempat pemberhentian helikopter, dermaga untuk kapal fery, serta fasilitas keamanan yang super canggih.

Saat pintu pesawat terbuka, dan tangga diturunkan, Freza segera beranjak ke luar dan turun menuju sebuah mobil Roll-Royce yang sudah menunggunya.

“Selamat datang, Tuan Muda,” sapa seorang pelayan yang membukakan pintu untuknya.

“Ya, terima kasih,” balas Freza sembari melangkah masuk ke dalam mobil.

Hanya memerlukan waktu lima menit untuk tiba di gerbang besar yang merupakan pintu masuk ke dalam area rumahnya. Gerbang itu memiliki ukiran-ukiran indah, yang dirancang khusus oleh seniman Italia.

Setelah melewati hamparan taman indah di kanan dan kiri, mobil berhenti di depan lobby rumah yang terlihat luas, dengan tiang-tiang besar telihat menopang bangunan utama.

Saat langkahnya keluar dari mobil, seorang gadis muda sudah berhambur ke dadanya dan merekatkan pelukan yang begitu erat. Freza begitu bingung dengan apa yang terjadi, hingga dia melepaskan paksa dan mendorong tubuh mungil itu dengan kasar.

“Apaan, sih? Main sruduk saja. Dasar badak!” gerutu Freza langsung.

“Ya ampun Fre, kamu, kok, kasar banget, sih? Tangan Sesil jadi sakit, nih.” Wanita manja itu berkata sambil mengelus lengannya yang sakit dan memajukan bibirnya.

“Ya, makanya, Sesil yang cantik jangan asal sruduk, dong. Aku mau masuk dulu.” Tidak berlama-lama meladeni gadis itu, Freza segera masuk melalui pintu kayu besar di hadapannya. Sesil berlari kecil mengekor di belakang.

Sesuai arahan Merlyn, lelaki itu menuju pintu samping yang langsung mengarah ke taman di bagian samping rumah. Di sana sudah ramai dengan beberapa pria dan wanita mengenakan pakaian resmi nan indah.

“Selamat datang, Tuan Freza. Para hadirin, beri tepuk tangan yang meriah untuk menyambut kedatangan lelaki tampan pewaris tahta keluarga Margada.” Suara seseorang dari pengeras suara langsung disambut riuh tepuk tangan para tamu, yang seketika berdiri menghadap ke Freza.

Seorang lelaki bertubuh tegap, berkulit cokelat, menghampiri Freza yang masih berdiri mematung di ambang pintu.

“Welcome home, my boy,” ucap Rumma, ayah Freza, sambil memeluk erat anak lelaki satu-satunya itu.

“Apa ini, Yah?” tanya Freza dengan suara lirih, tepat di telinga ayahnya.

Tidak menjawab, sang ayah melepaskan pelukannya dan kembali menghadap para tamu.

“Hi, Om,” sapa Sesil tiba-tiba.

Sesil tidak canggung dengan keluarga Freza, karena kedua orang tua mereka sudah dekat sejak dahulu.

“Oh, hi, dear! Ternyata kamu di situ. Sini, di sebelah Om.”

Tanpa malu-malu, Sesil segera berdiri di sebelah Rumma.

“Keluarga serta teman-temanku sekalian. Hari ini adalah hari yang istimewa.” Rumma memulai sambutannya.

“Yang pertama, anakku akhirnya lulus kuliah, dan akan segera bergabung di perusahaan. Dan yang kedua, Freza akan bertunangan dengan Sesil dalam waktu dekat.”

Kalimat itu disambut ucapan selamat dan perasaan ikut bahagia dari para tamu dan keluarga. Berbeda dengan Freza, berita barusan membuat mukanya pucat seketika.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • PEMBANTU NAIK KELAS   Bab 82.

    - Beberapa bulan kemudian -Beberapa karyawan sedang sibuk di sebuah ruangan kamar hotel untuk menyiapkan materi. Di sisi dekat jendela, Freza mengecek beberapa hal di laptopnya, di atas meja kerja.“Pastikan semua data dan bahan-bahan materi itu tidak ada yang terlewat. Kita tidak boleh gagal.” Mata Freza mengintimidasi semua yang ada di ruangan, bukan hanya dengan kata-katanya.“Ini satu-satunya kesempatanku untuk bisa menyelamatkan perusahaan,” ucapnya lirih sambil menggenggam jemarinya di atas meja. Jika dia gagal, maka perusahaan mungkin sulit diselamatkan.Tidak terasa waktu sudah sangat larut, hingga akhirnya semua persiapan selesai. Seorang karyawan menyerahkan sebuah flashdisk kepada Freza untuk presentasi keesokan harinya.Sebelum menutup harinya, Freza mengirimkan file presentasi kepada pamannya serta Gina.Ini satu-satunya jalan baginya untuk mendapatkan proyek di pertemuan penting ini.***“Masih khawatir tentang besok?” Rere datang menghampiri Freza yang sedang termangu

  • PEMBANTU NAIK KELAS   Bab 81. Kita Bisa Jadi Saudara

    “Kenapa kamu menangis?” Freza berjongkok di depan Rere sambil menghapus air mata yang membuat pipinya basah.Rere tidak segera menjawab pertanyaan Freza. Dia bingung dengan jawaban yang harus dia utarakan. Jika dia mengatakan yang sebenanrnya, maka nenek Freza pasti akan semakin kesal dengannya. Apalagi, dia tidak ingin memulai pertengkaran juga antara Freza dan Rowena.“Istrimu ini tiba-tiba datang dan berlutut di depan Eyang sambil terus meminta maaf. Eyang sudah menyuruhnya bangun sejak tadi, tapi dia tidak mau.” Dengan gugup Rowena yang menjawab, karena melihat tidak ada tanggapan dari Rere.“Apa betul begitu, Re?” Freza kembali menghadap Rere yang sudah semakin tenang, dan tidak lagi menangis.“I-iya, Mas.” Rere mangangguk sambil sempat melirik ke arah Rowena. Pada saat itu, Rowena menjulurkan lidahnya ke arah Rere lalu membuang muka. Sayangnya Freza tidak tahu, karena Freza membelakangi neneknya.Kelakuan Rowena yang seperti anak kecil itu malah memancing senyum di wajah Rere. D

  • PEMBANTU NAIK KELAS   Bab 80. Konsekuensi

    Sebuah tangan menyentuh pundak Kevin dengan lembut, dari arah belakang punggungnya.“Kamu kelihatannya sedang sangat stress? Pagi-pagi begini sudah mabuk.” Mata wanita itu melirik ke arah botol minuman keras yang sudah setengah kosong di atas meja.“Aku rasanya inging membunuhnya!” Kevin mengepalkan tinjunya dan menghantamkannya ke atas meja. Wajahnya di angkat untuk melihat wanita yang kini duduk di sebelahnya.“Ssst! Jangan bilang seperti itu. Tidak pantas seseorang seperti kamu melakukan hal kotor seperti itu.” Dengan tenang, wanita itu menyibak rambut Kevin yang berantakan hingga wajah.“Kenapa? Kamu tidak ingin bosmu mati ditanganku? Iya?”“Aw!” Wanita itu merintih kesakitan saat pergelangan tangannya dicengkeram dengan sangat erat oleh pria di hadapannya itu.Akan tetapi, Merlyn tidak berusaha melepaskan diri. Dia tetap duduk di tempatnya sambil sesekali mengernyit kesakitan.“Aku rela mati di tanganmu. Hanya satu yang aku tidak inginkan, yaitu kepercayaanmu yang sepertinya goya

  • PEMBANTU NAIK KELAS   Bab 79. Pernikahan yang Terungkap

    Setelah solat subuh, Rere tidak lagi bisa tidur. Berbeda dengan suaminya yang langsung mendengkur saat menyentuh bantal.Di sudut ruangan, di atas sofa, wajahnya memandang keluar jendela. Memandangi langit yang semakin lama semakin cerah, dan rembulan pun kian menghilang.Satu jarinya memutar-mutar cincin berlian di jari manisnya. Sudah lama cincin itu hanya disimpan di dalam kotak perhiasan. Dan sekarang, dia akan terus memamerkannya ke seluruh dunia.Statusnya berubah. Lebih tepatnya statusnya kini bisa diungkapkan. Bagi orang lain mungkin statusnya baru saja berubah sejak semalam, walaupun dia sudah menikah sejak lama.Pikirannya kembali melayang ke percakapannya dengan Freza semalam.Keduanya duduk di tepi tempat tidur, dengan lengan Freza masih memegangi pundak Rere. Memastikan sang istri menatapnya saat berbicara.“Mas, maaf ya sudah membuatmu marah dan kesal. Aku menyadari banyak hal dalam beberapa hari terakhir ini.” Rere menurunkan tangan Freza dari pundaknya dan meletakkanny

  • PEMBANTU NAIK KELAS   Bab 78. Tatapan Freza

    “Aku tahu, Yah. Tapi karena itulah aku tidak mau bilang dari awal. Aku takut, kalian akan tetap membuatku menikah dengan wanita dari latar belakang yang sama, sesuai dengan keinginan kalian. Mungkin bukan hanya Sesil, bisa calon lainnya juga. Tapi aku tidak mau, Yah. Aku tidak mau wanita yang terbiasa dengan hidup mewahnya, sehingga kurang peka dengan lingkungan atau perasaan orang di sekitarnya.”“Bisa-bisanya kamu berkata seperti itu. Memangnya kamu sudah kenal Sesil luar dalam?” Rumma masih terus mendebat Freza.“Bukan begitu. Tetapi aku bisa tahu karakternya karena kami sudah berteman sejak kecil.”“Sudah-sudah. Kita tidak ingin semalaman berdebat bukan? Hari ini sudah cukup berat. Kita harus segera sudahi agar semuanya bisa istirahat.” Silvia segera memotong adu argumen ayah dan anak itu.“Fre, biarkan ibu dan ayah memikirkan kembali apa yang terjadi malam ini. Kamu tidak perlu menyalahkan dirimu untuk kejadian hari ini. Kita akan bicarakan lagi besok, saat pikiran kita sudah leb

  • PEMBANTU NAIK KELAS   Bab 77. Masa Kecil Freza

    Ruangan kamar hotel terasa lebih panas dari biasanya. Beberapa orang memendam emosi dalam dirinya, hingga membuat dada sesak.Air mata Silvia tak tertahankan, terus saja menetes. Beberapa kali Rumma menenangkan, atau mengganti tissue yang istrinya pegang.Rumma sudah jauh berbeda sekarang. Ada rasa lembut dan kasih saat memperlakukan istrinya, tidak sekaku dulu saat masih muda. Waktu membutnya semakin bijaksana.“Apa kamu senang, Fre? Kalau saja tadi tidak ada acara sebesar itu, ibumu pasti sudah menangis sepanjang waktu. Bahkan dia harus membawa kipas untuk menutupi mukanya tadi, kalau-kalau air matanya tiba-tiba muncul tak tertahankan.”“Maafkan aku, Yah. Maafkan aku, Bu. Aku tidak pernah berniat membuat kalian menangis. Tidak pernah.” Terdengar suara Freza agak bergetar saat mengatakannya.Dia dan Rere langsung menuju kamar orang tuanya saat acara sudah selesai. Sudah setengah jam mereka di sana, dan sejak itu pula Silvia langsung terisak tak tertahankan.“Dan bagaimana bisa bahkan

  • PEMBANTU NAIK KELAS   Bab 76. Jujur atau Tidak?

    “Sepertinya tamu asing itu belum datang?” tanya Ivo kepada Freza yang duduk di sebelahnya.“Menunggu tamu asing itu sepertinya.”Ivo menoleh ke kiri dan kanan seakan mencari seseorang. “Aku juga belum melihat orang tuamu.”“Mungkin mereka belum selesai bersiap.” Freza mengambil gelasnya dengan santai, lau meminumnya.Acara malam ini tidak dipadati banyak tamu, tetapi terasa begitu indah dan dipersiapkan dengan sangat baik. Banyak bunga segar tersebar di dalam ruangan.Beberapa orang berdiri di dekat meja kudapan untuk memakan makanan-makanan kecil sambil menunggu acara utama dimulai.“Kamu tahu, saat kita memenangkan proyek kemarin itu, terlihat Kevin sangat tidak senang.” Ivo tertawa sambil menatap Freza.“Aku tahu.”“Aku penasaran. Bagaimana bisa proposal bisnis kita sedikit berbeda dari yang terakhir kita sepakati di rapat?” tanya Ivo lebih serius kali ini.“Ah, itu. Saat malam aku memgeceknya lagi, terasa ada yang kurang. Jadi aku meminta Gina untuk menambahkan atau menghapus yang

  • PEMBANTU NAIK KELAS   Bab 75. Niat Rere

    Rowena beberapa kali mendengkus karena Rere tidak kunjung datang. Wanita tua itu menanti kedatangan Rere, tidak seperti biasanya.Semakin sering dia ditinggal Rere untuk pekerjaan lain, semakin dia merindukan perawatnya itu.“Ternyata semakin Rere sering tidak ada, semakin terasa bahwa dia yang paling bisa merawatku.” Mata Rowena memandang keluar jendela sembari tubuhnya duduk di atas kursi roda.Nenek Freza sudah terlihat segar setelah tidur sebentar tadi, setelah acara penyambutan tamu asing. Lalu seorang perawat lain membantunya untuk bebenah diri setelah terbangun.Sejak terakhir acara tadi, dia belum melihat Rere. “Mungkin dia masih menegerjakan persiapan untuk makan malam nanti. Yasudah lah.”Bahkan hingga bersiap-siap untuk makan malam pun, Rowena dibantu oleh seorang penata gaya, dari rambut hingga pakaian.Rere belum terlihat masuk ke dalam kamar, padahal dia pun seharusnya sudah mulai bersiap.***Pintu terbuka dari luar, saat seorang wanita memasuki kamar hotel. Wajahnya be

  • PEMBANTU NAIK KELAS   Bab 74. Gaun Pembawa Bencana

    Lutut Rere gemetar, dan dadanya sesak. Takdir selalu menempatkannya di posisi sulit akhir-akhir ini. Terutama yang berkaitan dengan suaminya.Tidak perlu waktu lama, Freza sudah memutar wajahnya untuk memandang Rere. Wajahnya terpaku saat melihat dandanan istrinya yang tidak biasa. Sungguh anggun dan cantik, walau belum menaburkan make-up di wajah.Merasa tidak dihiraukan, Rowena menarik pipi Freza untuk kembali memandangnya. Belum sempat sang nenek mengeluarkan suara, wajah Freza kembali memandang Rere secara otomatis.“Freza! Kenapa kamu tidak menghiraukan eyang?” Kini kedua lengan Rowena dilipat di depan dadanya.“Ah, eyang. Maaf maaf. Aku seperti tersihir barusan.” Freza memalingkan wajahnya sambil tertawa dan kini memandangi sang nenek.“Mbak Rere cantik sekali. Gaunnya juga indah,” puji Sesil.“Sudah-sudah, tidak perlu hiraukan dia. Kalian ke sini mau mengobrol dengan eyang, kan?” Lagi-lagi Rowena merajuk. Dengan otomatis Freza dan Sesil kembali berfokus pada sang nenek.Melihat

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status