Share

PRIA YANG SAMA

Penulis: Ayu Sipayung
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-07 01:42:29

"Kalian ternyata sudah datang, yasudah jika begitu masuklah ke ruangan yang akan ditunjukkan, pemilik perusahaan ini sudah menunggu untuk mewawancarai kalian sebentar." ucap Vandes menatap dua wanita didepannya, Flora dan Areta.

"Wawancara?" tanya Areta kaget.

Vandes membuang muka karena suara Areta yang cukup mengganggu telinganya.

"Ma..maaf tuan, saya hanya kaget saja." ucap Areta ragu.

"Iya, kalian akan diwawancarai. Sekarang pergilah, seseorang akan menunjukkan ruangannya."

Setelahnya, Flora dan Areta langsung berjalan dengan seorang wanita cantik yang memandu jalan mereka. Ditengah tengah perjalanan, Areta berdecak kesal berbisik kepada flora.

"Loe kok gak bilang sih kalau harus diwawancarai, loe tau gue paling gak bisa kayak gitu. Loe sengaja ya!" bisik Areta kesal.

Flora memutar bola mata malas.

"Gue juga gak tau Areta, ribet banget sih loe!" tekan Flora berbisik juga. Areta hanya bisa diam menahan kekesalannya.

"Ini ruangan tuan muda, kalian masuklah. Tapi saya beri saran, jangan membuat kesalahan di hadapannya dan berlaku dengan sangat sopan." ucap wanita itu tegas.

"Baik kak, terimakasih." ucap Flora tersenyum ramah. Wanita itu mengangguk lalu langsung pergi meninggalkan mereka di depan ruangan yang cukup berbeda dengan ruangan lainnya. Ruangan ini berbeda sendiri dari ruangan lainnya. Intinya, sangat megah.

"Ayo masuk!"

"Loe harus bantu gue, flora!"

Ceklek...

"Permisi tuan." ucap Flora menatap pria yang duduk di kursi putar membelakangi mereka.

Mendengar suara, pria itu langsung berbalik menggunakan kursi putarnya.

Flora menelan ludahnya kasar melihat pria yang menjadi bossnya adalah pria yang disukai pada malam hari semalam.

Areta juga tidak kalah kaget. Bahkan, ketampanan pacarnya tidak ada apa apanya dengan ketampanan pria yang ada di hadapannya ini.

Pria itu berdehem melihat tatapan dari dua wanita yang ada di hadapannya. Dia cukup risih. Dia menatap Flora dan Areta dengan datar.

"Kalian penari itu?" tanyanya dingin.

Saat Flora ingin menjawab, Areta lebih dulu menjawab dengan semangat.

"Benar sekali tuan!" ucap Areta semangat.

"Silahkan duduk." ucapnya melirik kursi dua yang berada di hadapannya.

Areta langsung saja mendekat dan duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan pria itu. Sementara flora hanya menggeleng dengan tingkah rekan penarinya ini. Dia sudah bisa menebak kalau Areta pasti menyukai pria yang bisa dikatakan dia sukai juga. Flora hanya tidak habis pikir bagaimana Areta bisa menyukai pria yang bukan pacarnya. Flora langsung ikut duduk disampingnya Areta.

Areta melebarkan mata kagum setelah melihat lebih dekat wajah pria yang menjadi bosnya ini.

"Saya tidak menyukai tatapanmu!" ucap Pria itu tegas dan dingin.

Areta langsung menelan ludahnya pahit merasakan aura bosnya yang sangat menyeramkan.

"Saya tidak memanggil kalian ke sini untuk menatapi saya." ucapnya lagi dingin. Flora dan Areta langsung menunduk takut.

"Kalian sudah tau penawaran yang dibuat oleh tuan Vandes?" tanya Pria itu.

Areta diam menunduk dengan kebingungannya. Dia memang belum mengetahui siapa Vandes karena dia tidak ikut perkenalan semalam.

Flora yang paham langsung mengangkat kepalanya dan menatap mata tuannya.

"Sudah tuan." jawabnya pelan. Mata mereka bertemu. Tangan Flora rasanya berkeringat dingin.

"Apa dia mengingatku?" batin Flora bertanya tanya.

"Bagus." ucap singkat pria itu.

"Apa kalian sudah mengetahui siapa saya?" tanyanya lagi.

"Sudah, bos pemilik perusahaan ini kan?" tanya Areta semangat.

"Kamu?" tanya pria itu menatap Flora dan mengabaikan pertanyaan Areta.

"Saya mengenal tuan sebagai pemilik perusahaan ini, tapi saya belum mengetahui nama tuan." jawab Flora.

Pria itu mengangguk pelan. Dia tersenyum tipis dan tidak terlihat.

"Saya pemilik perusahaan ini. Nama saya Veekit. Dan tuan Vandes adalah tangan kanan saya sekaligus sepupu kandung saya." ucapnya tegas.

Flora mengangguk mengerti.

"Saya Areta tuan." ucap Areta memberikan tangan kanannya semangat.

"Sekali lagi kamu bertindak lancang, saya akan mengusir mu." tegas Veekit dingin menatap Areta.

Areta terdiam menarik kembali tangannya dan menunduk. Nyalinya benar benar menciut.

Jam istirahat telah tiba. Flora dan Areta berpencar untuk beristirahat. Areta entah kemana perginya, sedangkan flora memilih mencari kantin. Sehabis diwawancarai sebentar, mereka dipinta untuk membaca banyak lembaran peraturan dan lembaran penting mengenai pekerjaan mereka. Mereka harus mengerti semua isinya.

"Dimana kantinnya?" gumam flora sembari terus berjalan mengelilingi gedung kantor.

"Mau bertanya, tapi aku malu." gumamnya lagi merutuki dirinya sendiri yang terlalu pemalu.

"Hei." sapa seseorang dari arah belakang.

Flora berbalik ke arah suara.

"Tuan Vandes." gumam Flora heran. Vandes tersenyum tipis sembari mulai berjalan mendekati Flora.

"Kamu ngapain ke arah sini?" tanya Vandes mengerutkan keningnya heran. Sebab arah yang dijalani flora adalah jalan menuju belakang gedung. Tentu saja Vandes bertanya tanya.

Flora menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sembari cengesan.

"Saya ingin ke kantin tuan, tetapi saya tidak tau tempatnya berada." ucapnya ragu.

Vandes mengangguk memahami dan memaklumi.

"Ternyata kamu mau ke kantin. Yasudah biar ku antar kan, tapi dimana rekanmu itu?" tanya Vandes menatap ke sekeliling.

"Kami tidak sama tuan."

"Kenapa begitu?" tanyanya lagi.

"Hehe, kami memang tidak terlalu dekat." jawab Flora pelan.

"Saya mengerti, yasudah ayo biar ku antarkan."

"Terimakasih tuan."

"Emm."

Di kantin, semua orang berbisik heboh.

Pasalnya, seseorang yang baru saja bergabung di perusahaan ternama ini bisa bisanya dekat dengan salah satu orang terpenting di perusahaan ini.

"Lihatlah dia, hebat sekali bisa dekat dengan tuan Vandes." bisik satu.

"Ganjen sekali wanita itu, dia kan orang baru disini." bisik dua.

"Flora!" gumam Areta yang juga berada di kantin dengan melebarkan matanya kaget.

Flora yang peka akan situasi menjadi berbalik menjauhi kantin. Dia tau sekarang dia menjadi pusat perhatian.

"Tuan, saya lebih baik kembali saja." ucap Flora pelan.

"Ada apa? Bukankah kau mengatakan kau ingin ke kantin?" tanya Vandes kaget melihat perubahan Flora yang secara tiba tiba.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PENARI ITU WANITAKU   BAGIAN TERAKHIR

    Halo semuanya...Kembali lagi dengan author yang akan melanjutkan jalan cerita "PENARI ITU WANITAKU." Baiklah, author hanya ingin memperjelas jika episode ini adalah episode penutup dari cerita ini sebelum akhirnya benar benar tamat. Maaf jika terkesan buru-buru karena author sedang merilis cerita baru. Author berharap episode terakhir ini bisa memberikan rasa puas kepada pembaca dan kesan yang baik untuk diingat. Author spil ya, jika ending cerita ini pastinya adalah happy ending karena semua masalah akan selesai pada episode terakhir ini. Tanpa berlama lama, silahkan dan nikmati pembacaannya sayang author !!!**Langit baru saja menjemput gelap serta hiasan-hiasan bintang di sekitarnya. Dibawah langit, tepatnya di sebuah gedung megah hampir seperti gedung pencakar langit yang terlihat megah dan terlihat seperti desain bangsawan, gedung itu mulai dipenuhi oleh para tamu yang tidak sembarang tamu mengingat malam ini adalah acara ulang tahun yang pertama kali diacarakan oleh seorang p

  • PENARI ITU WANITAKU   TERNYATA KAU

    Ceklek..."Selamat siang semuanya." ucap seorang wanita yang baru saja datang. Seorang wanita yang sudah mulai berkeriput namun masih terlihat sangat cantik dan anggun. Disampingnya ada seorang wanita yang jauh lebih muda. Dengan pakaian ketat dan terlihat mahal, wanita itu tersenyum di samping wanita tadi. Mereka semua sudah tau siapa kedua wanita itu. Tapi akila baru pertama kali melihat keduanya, ralat wanita yang jauh lebih tua itu pernah dia temui sekali bersama Sean karena wanita itu katanya ingin melihat putra dari sahabatnya. Tapi wanita yang bergaya model itu belum pernah dia lihat."Selamat siang nyonya, silahkan duduk!" ujar Sani berdiri bersama flora dan mempersilahkan keduanya duduk. Keduanya pun duduk bergabung bersama mereka."Jadi sudah sampai mana pembahasan kalian? Kami tidak ketinggalan kan?" tanya sookit, ya itu sookit dan di sampingnya adalah Amira. Dia mengatakannya dengan lembut, persis seperti ibu yang lembut."Kami belum membahas apapun tentang ulang tahun Vee

  • PENARI ITU WANITAKU   RAHASIA

    "Kau menyukaiku sampai terus melirikku seperti itu?" tanya Sean tanpa menatap seseorang yang berada di sampingnya, seseorang yang cukup atau bahkan dibencinya selama bertahun tahun.Pria tersebut malah mengalihkan tatapannya semakin jelas menatap pria yang mengendarai mobil itu. Mereka berdua memang hanya berdua di dalam mobil tersebut mengingat mereka memang harus bersama untuk menemui seseorang pemilik wilayah yang akan menjadi tempat mereka melakukan proyek pembangunan."Kalau benar memangnya kenapa?" tanyanya enteng, dia Sean. Entahlah, entah bagaimana sekarang pandangannya melihat seorang pria yang sangat dibencinya tapi pria itu adalah pria yang disukai oleh adiknya, alias flora. Ya, dia tentu saja tau. Melihat bagaimana perlakuan sesama mereka serta kedekatan mereka siapapun akan tau jika mereka memang saling menyukai.Veekit melirik dan mendelik menatap Sean. Mengapa dia berubah seperti ini? Veekit merasa geli melihat tingkah Sean. Dia bertingkah seolah olah tidak terjadi apa

  • PENARI ITU WANITAKU   BERSATU

    "Biar aku saja yang berbicara." ucap flora kepada Sean dan Veekit disampingnya. Mereka menatap akila yang terduduk tenang di sebuah cafe yang menghadap jalan kota, cafe dengan tingkat paling atas dan berada di udara bebas tanpa ada penutup. Angin sepoi-sepoi meniup kencang rambut akila yang sebahu itu. Karena membelaku mereka membuat mereka bertiga tidak tau naga raut wajah akila. Ya, memang mereka mengikuti arah akila yang ternyata pergi ke sebuah cafe terdekat dari perusahaan.Flora berjalan mendekati akila sementara Veekit dan Sean saling tatap dengan malas lalu ikut mendekati kedua wanita itu tapi tanpa mengeluarkan suara."Halo kak?" sapa flora tersenyum manis sembari melambaikan tangannya kepada akila yang meliriknya tanpa berekspresi."Tidak perlu membujukku flo, aku sedang ingin sendiri." sahut akila mengalihkan kembali tatapannya ke depan dengan pandangan kosong. Di depannya ada secangkir kopi yang dia tau akila memang penyuka minuman kopi, apalagi jika rasanya manis.Flora t

  • PENARI ITU WANITAKU   PUTRIKU

    "Kita ditipu." kesal Sani sembari memakan ice cream yang ada di tangannya. Flora yang juga menikmati es krim dengan tenang hanya tersenyum miring melirik Sani yang sedari tadi mengoceh tidak jelas.Memang benar, mereka ditipu. Dan mereka ditipu oleh kedua tuan besar mereka. Katanya, ada rapat mendadak penting namun nyata mereka hanya diajak untuk menemani keduanya ke sebuah pusat perbelanjaan yang katanya untuk membeli sesuatu. Kini mereka berdua ditinggal duduk di sebuah kursi di dalam pusat perbelanjaan itu atau lebih tepatnya mall, sementara keduanya entah kemana perginya."Kemana kedua manusia aneh itua? Lama sekali." ujar lagi Sani kembali. Flora menggeleng tidak habis pikir mengapa Sani saat cerewet sekali."Ada apa si dan? Loe bawel banget dari tadi." sambung flora angkat bicara dengan tenang. Sani melirik sahabat ini dengan malas dengan bibir yang dia manyunkan."Gimana gak bawel, karena mereka berdua kita gak jadi pergi deh." jawab Sani sedikit memelas."Yasudah, Minggu depa

  • PENARI ITU WANITAKU   ULAR

    Akhir pekan seperti ini, dimana para pekerja akan merilekskan pikiran dengan healing bersama orang tersayang atau sekedar menikmati waktu santai sebelum esok akan kembali bekerja, berbeda sekali dengan dua orang wanita ini."Dua tuan besar itu benar benar gila, sejak kapan bekerja di akhir pekan seperti ini? Padahal aku sudah berencana untuk pergi berjalan jalan denganmu flo. Bukankah sudah lama kita tidak jalan berdua?" ujar Sani sembari memasang anting anting di telinganya. Dia melirik flora yang sedang mempersiapkan tasnya melalui kaca cermin besar di depannya."Kau tidak perlu heran, mereka dari dulu memang aneh." sahut flora singkat. Dia tidak terlalu mau memberikan komentar panjang karena dia sudah mengenal sedikit sifat konyol dan aneh dari dua tuan besar di tempat perusahaan mereka."Ada ada saja!" kesal Sani.Di tempat lain, di sebuah mansion mewah bergaya klasik namun dengan cat yang berwarna gelap membuat mansion itu terlihat sedikit menyeramkan apalagi jika di malam hari.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status