Home / Pendekar / PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU / Bab 57: Pertanda Kegelapan

Share

Bab 57: Pertanda Kegelapan

last update Last Updated: 2024-10-30 11:40:45

Setelah beberapa minggu berlatih dan bersiap-siap, penduduk desa merasa lebih percaya diri. Mereka telah membangun ikatan yang lebih kuat satu sama lain, dan semangat juang mereka semakin berkobar. Namun, meskipun begitu, Pendekar Buta, Wira, dan Sri Langit terus merasakan kehadiran ancaman yang mendekat. Suara-suara aneh di malam hari semakin sering terdengar, dan suasana desa terasa semakin tegang.

Suatu pagi, ketika matahari baru saja terbit, Pendekar Buta memutuskan untuk memimpin latihan di lapangan terbuka dekat hutan. Dia merasa bahwa dengan berlatih di luar, penduduk desa bisa merasakan energi alam dan membangun koneksi lebih dalam dengan lingkungan mereka.

“Baiklah, teman-teman,” Pendekar Buta memulai. “Hari ini kita akan berlatih teknik pertarungan yang lebih lanjutan. Mari kita tingkatkan kemampuan kita!”

Penduduk desa berkumpul dengan semangat. Wira dan Sri Langit berkeliling, memastikan semua orang memahami instruksi dan membantu mereka memperbaiki teknik mereka. Suasana
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 145 : Cahaya di Akhir Perjalanan

    Raka berdiri di atas tebing yang menghadap ke desa Lembah Hantu, tempat segala sesuatunya dimulai. Cahaya matahari pagi menyinari lembah dengan lembut, seolah memberikan restu terakhir atas perjalanannya. Seiring berjalannya waktu, Raka tidak hanya menjadi seorang pendekar yang dihormati, tetapi juga seorang pelindung yang dipandang sebagai pahlawan oleh banyak desa. Namun, ia tahu bahwa ini adalah waktunya untuk mengakhiri perjalanannya sebagai pendekar. Di sampingnya, Arjuna, sahabat sekaligus rekan yang telah setia mendampinginya, tersenyum bangga. Mereka telah bersama melalui banyak pertempuran, mengalahkan musuh-musuh kuat, dan membela orang-orang yang membutuhkan perlindungan. Sekarang, setelah semua ancaman besar tersingkir, mereka bisa merasa bahwa tugas mereka telah selesai. "Raka, kita telah melewati banyak hal. Tapi aku tahu kau merasa ada yang masih tersisa," kata Arjuna sambil menepuk pundaknya. Raka mengangguk. "Iya, Arjuna. Aku merasa perjalanan ini bukan hanya soa

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 144 : Kebangkitan Harapan

    Setelah kemenangan melawan Surya Kelam, desa-desa di sekitar hutan akhirnya mendapatkan ketenangan yang sudah lama mereka rindukan. Raka, Arjuna, dan para pendekar lainnya disambut sebagai pahlawan di setiap desa yang mereka kunjungi. Penduduk desa memberi mereka sambutan hangat, dengan perayaan sederhana yang penuh kegembiraan dan ucapan syukur. Namun, di balik semua itu, Raka merasakan ada tanggung jawab yang lebih besar di pundaknya.Suatu malam, di tengah perayaan kecil di desa Lembah Hantu, Raka dan Arjuna duduk bersama di tepi sungai yang tenang, menikmati suara alam yang kembali damai. Di bawah cahaya bintang, Arjuna menatap Raka dengan penuh kekaguman.“Raka,” kata Arjuna dengan nada serius, “dalam perjalanan kita, aku melihat bagaimana kau berkembang. Kau bukan hanya pendekar yang kuat, tapi kau juga membawa harapan bagi semua orang di desa ini. Banyak yang mengandalkanmu, kau tahu?”Raka terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Arjuna. Ia menyadari bahwa selama ini, kekuatan d

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 143 : Pertarungan Terakhir

    Di hari berikutnya, Raka, Arjuna, dan para pendekar yang telah berkumpul untuk menghadapi kekuatan kegelapan mulai menyusun strategi. Setelah kembali dari pertemuan dengan Jayanegara, Raka kini merasa lebih mantap, seolah kekuatan dalam dirinya mencapai puncaknya. Permata Kesadaran yang ia terima dari Jayanegara menjadi lambang tekadnya, dan ia tahu bahwa pertarungan kali ini akan menjadi ujian terbesarnya.Langit mulai gelap ketika Raka dan pasukannya tiba di perbatasan hutan yang menjadi markas kelompok Surya Kelam. Tanahnya gersang, dan suasana terasa mencekam, seakan dipenuhi aura negatif yang mempengaruhi setiap jiwa yang ada di sana. Angin berhembus kencang, membawa aroma tanah yang terbakar, sementara bayangan-bayangan gelap berkelebat di antara pepohonan.“Kita sudah berada di ujung perjuangan ini,” kata Arjuna kepada Raka. “Semua orang di desa mempercayakan keselamatan mereka pada kita. Aku harap kita bisa melindungi mereka.”Raka mengangguk. Ia tahu betapa berbahayanya lawan

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 142 : Pertemuan Tak Terduga

    Keesokan paginya, Raka dan Arjuna bangun lebih pagi dari biasanya. Pertarungan malam sebelumnya masih terbayang jelas di benak mereka. Meski tubuh terasa lelah, mereka tak ingin berlama-lama diam. Desa-desa di sekitar tetap membutuhkan bantuan mereka untuk menjaga keamanan, dan setelah kejadian semalam, mereka merasa lebih waspada.Saat mereka bersiap melanjutkan perjalanan, seorang lelaki tua datang mendekati mereka. Tubuhnya kurus, kulitnya kusam, namun matanya penuh dengan kebijaksanaan yang mendalam. Tanpa menunggu lebih lama, lelaki itu memperkenalkan diri sebagai Jayanegara, seorang pertapa yang tinggal di bukit dekat desa tersebut.“Aku mendengar tentang pertarungan kalian tadi malam,” kata Jayanegara dengan suara bergetar namun tegas. “Cahaya yang terpancar dari dirimu, Raka, mengisyaratkan sesuatu yang luar biasa. Kau memiliki kekuatan yang tak hanya berasal dari fisik, tapi juga dari jiwa yang tulus.”Raka menundukkan kepala dengan hormat. “Terima kasih, Kakek Jayanegara. Ta

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 141 : Bayangan Pengkhianatan

    Setelah kemenangan atas kelompok penerus Dewa Malam, Raka dan Arjuna melanjutkan perjalanan mereka ke desa-desa yang masih dalam pemulihan. Mereka membawa kabar baik bahwa ancaman dari kelompok kegelapan telah disingkirkan, dan hal ini disambut hangat oleh penduduk desa yang sebelumnya hidup dalam ketakutan. Kedatangan mereka ibarat cahaya bagi orang-orang yang berjuang untuk pulih dari trauma panjang.Namun, di balik semua keceriaan ini, ada sesuatu yang aneh. Seiring perjalanan, Raka mulai merasakan aura gelap yang entah dari mana asalnya. Seperti ada bayangan yang mengikuti mereka, melangkah di belakang tanpa terlihat, tetapi terasa. Meski suasana tampak damai, perasaan itu tak juga lenyap. Sebagai pendekar berpengalaman, naluri Raka sudah terasah tajam, dan ia yakin ada bahaya yang belum tersingkap.Di suatu malam, saat mereka tengah beristirahat di sebuah desa di tepi hutan, Raka dan Arjuna duduk di depan api unggun bersama para penduduk. Beberapa anak muda desa berkumpul di seki

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 140 : Cahaya di Tengah Kegelapan

    Setelah mengalahkan Dewa Malam, Raka berjalan perlahan keluar dari kuil dengan tubuh yang masih lelah akibat pertarungan. Di luar, Arjuna telah menunggunya dengan ekspresi cemas yang segera berubah lega ketika melihat Raka keluar dengan selamat. Mereka bertukar pandang sejenak tanpa banyak kata, namun sorot mata Arjuna menunjukkan rasa kagum dan hormat.“Aku tahu kau kuat, tapi aku tak menyangka kekuatanmu sedemikian besar hingga mampu menyingkirkan sosok sekuat Dewa Malam,” kata Arjuna.Raka hanya tersenyum tipis. “Ini bukan soal kekuatan fisik semata, Arjuna. Dalam setiap pertempuran, niat dan ketulusan hati jauh lebih kuat dari sekadar kemampuan bertarung.”Mereka berdua melangkah menjauh dari kuil yang tampak lebih sunyi daripada sebelumnya. Meski aura mengerikan sudah hilang, sekeliling lembah itu masih terasa sunyi, seakan-akan setiap pohon dan batu mengawasi kepergian mereka. Raka menatap lembah itu sekali lagi sebelum melangkah pergi, merasa bahwa ia telah menunaikan satu tuga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status