Home / Pendekar / PENDEKAR MACAN KUMBANG / TERBAWA SUNGAI JAGO

Share

TERBAWA SUNGAI JAGO

Author: AKANYAWAN
last update Last Updated: 2021-12-31 11:42:11

Tombak yang dipakai Angga terus menghantam lawan. Akan tetapi, tidak sampai melukai terlalu parah, karena lawannya adalah golongan putih. Dia tidak bisa membunuh orang tak berdosa.

Namun dia sangat ingin mengakhiri hidup Seta Jelang, juga perempuan yang menjadi saksi. 

Sayangnya seberapa kuat dia bertempur, dia hanya sendirian. Tak mungkin dia bisa bertahan tanpa membunuh. Itu membuatnya dalam situasi yang sulit. 

KRASS!

Sebuah sayatan pedang mengenai betisnya, sehingga darah mengucur. Luka itu adalah sabetan keempat yang harus dia terima selama pertempuran. 

"Oh, Dewata ... aku akan tewas dalam keadaan seperti ini," keluh Angga Saksana, merasa putus asa dengan nasib yang dialaminya. 

Tewas dalam keadaan sebagai tersangka pembunuhan, itu sangat memilukan. Angga tak ingin mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh ayahnya dulu, yaitu mati di tiang gantungan. 

Ketika Angga nyaris kehabisan tenaga, tiba-tiba hujan turun. Kejadian itu membuat situasi pertarungan menjadi berbeda, karena hujan deras menghalangi pandangan. 

AUM! AUM!

Tiba-tiba ada suara harimau terdengar di tempat tersebut. Jelas hal itu membuat banyak tokoh golongan putih ketakutan. 

Suara itu adalah auman khas macan kumbang, hewan paling ditakuti di daerah tersebut. 

"Apa betul pemuda itu memiliki kekuatan hewan legenda itu?" tanya Ketua Partai Telaga Emas penasaran.

"Bedebah! Pemuda itu meloloskan diri!" teriak Seta Jelang saat mendapati Angga sudah tak ada lagi di tempat tersebut. 

"Ke mana dia pergi?" tanya Ketua Partai Telaga Emas yang menyesal tidak fokus pada pertarungan. 

"Dia pergi ke arah timur, di mana Sungai Jago berada!" ucap salah satu orang yang melihat Angga melarikan diri. 

"Ayo, kejar! Pembunuh itu tak akan selamat dari dahsyatnya Sungai Jago!" perintah Seta Jelang. 

Seta Jelang yakin bahwa Sungai Jago hanya memiliki satu jalan, tidak ada jalan lain. Jika melarikan diri ke sungai tersebut, maka sama saja mengantarkan nyawa.

***

Angga tampak bingung ketika menatap sungai besar di depannya. Sedangkan orang yang menginginkan nyawanya sudah semakin dekat. 

"Kau harus selamat. Buktikan jika kau tidak bersalah." Ucapan itu terngiang di telinga Angga. 

Itu adalah ucapan terakhir yang dia dengar sebelum meninggalkan kediaman gurunya. Dia kemudian menatap sebuah cincin permata berwarna hijau yang melingkari di jari kelingkingnya. 

"Kau adalah putra seorang kesatria hebat pada zamannya. Kesaktian dari Macan Kumbang yang melindungimu, tidak terbatas," ucap sang guru ketika menceritakan tentang bagaimana ayahnya dulu. 

Angga Saksana sebenarnya datang ke Sindang Nagara untuk mencari jati diri. Akan tetapi karena kini nasibnya di ujung tanduk, dia tidak punya pilihan lain selain melompat ke sungai. Dia terpaksa pergi sementara untuk menyelamatkan diri. 

BYARRR!

Angga Saksana terjun ke Sungai Jago yang airnya sangat deras, hingga dia hanyut terbawa arus sungai. Dia berusaha bertahan, namun tenaganya sudah habis. Dia tak tahu lagi apa yang akan terjadi selanjutnya. Hanya keajaiban yang menyelamatkannya. 

Sementara itu, dari kejauhan puluhan orang sampai di tepi Sungai Jago. Mereka melihat dengan jelas bagaimana tubuh Angga Saksana terombang-ambing terbawa air bah yang dahsyat. 

"Tidak ada yang pernah selamat dari Sungai Jago. Di sungai ini ada ratusan buaya, dan arusnya berujung ke Laut Selatan,” ucap Seta Jelang yang yakin bahwa Angga Saksana akan tewas terbawa arus Sungai Jago. 

"Apa yang harus kita lakukan? Baginda Raja tidak akan percaya jika tidak ada bukti bahwa Macan Kumbang sudah tewas," tanya perempuan muda yang tadi menjadi saksi pembunuhan Ranu Paksi.

Pertanyaan itu ternyata membuat semua orang tertunduk, karena mereka merasa gagal menjalankan tugas.

"Tidak ada jalan lain, selain kita berbohong kepada Baginda Raja," ucap Seta Jelang sambil mengepalkan tinju. 

Ketua Partai Telaga Emas yang mendengar hal tersebut cukup terkejut. Karena bagi golongan putih, kebohongan adalah perbuatan jahat. 

"Apa yang kau rencanakan, tuan Seta Jelang?" tanya perempuan yang menjadi saksi pembunuhan Ranu Paksi. 

Setelah lama berpikir, akhirnya Seta Jelang menjawab, “Kita harus membuat bukti palsu. Kita bisa mengambil salah satu mayat prajurit yang tewas, karena tidak ada golongan putih yang terbunuh oleh Macan Kumbang.”

 “Aku tidak setuju!” Ketua Partai Telaga Emas menolak usulan tersebut. Begitu juga dengan tokoh golongan putih lainnya. Sebab, hal itu tidak sesuai dengan hati nurani mereka. 

“Tuan sekalian yakin bisa menerima amarah Raja jika dia tahu kita kehilangan Macam Kumbang di Sungai Jago? Semua orang yang ada di sini akan mati sebagai hukumannya. Tuan mau begitu?” 

“Ta-tapi ….” 

“Nyawa semua orang yang ada di sini sedang terancam.” 

Seta Jelang mencoba meyakinkan Ketua Partai Telaga Emas dan seluruh tokoh golongan putih, hingga akhirnya mereka tidak punya pilihan lain selain setuju. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   Melarikan Diri

    Setelah itu dilanjutkan dengan adat perkawinan antara Adyaksa dengan Lintang Ayu Wardani. Keduanya dinikahkan oleh sesepuh yaitu tak lain adalah Aki Jati Luhur.Angga harus menjadi wali bersama ayahnya, Prabu Bajra Wastu Kencana.Di tempat itu juga diadakan sebuah adat ketika seorang adik melangkahi kakaknya dalam sebuah pernikahan. Angga harus lari kemudian dikejar oleh Adyaksa sampai dapat. Sebagai bukti bahwa Anggara Wastu Kencana telah rela jika adiknya menikah, sebuah adat yang akan terus dijaga sampai ratusan tahun ke depan."Kenapa aku mau disuruh berlari?" ucap Angga sambil garuk-garuk kepala. Namun dia tampak kaget ketika di antara penonton ada seorang perempuan yang tersenyum kepadanya. Hal itu jelas membuat dirinya kaget bukan main, mungkin takut diajak nikah seperti adiknya."Apa yang terjadi kepadamu?" tanya Ranu Paksi kepada muridnya yang tampak bingung."Ada urusan pribadi yang sedikit mengganggu, paman" ucap Angga."Apa yang bisa aku bantu?" tanya Ranu Paksi mencoba me

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   Raja Guru Adyaksa

    "Tentu saja, sekali gerakan kau akan kehilangan kepalamu.""Kenapa kau paham dengannya?""Tentu saja, ketika kau sibuk di Istana. Aku mengangkat seorang murid yaitu dirinya." ucap Semanik yang seakan membuat Pangeran Mandura tidak percaya hal itu terjadi.Pangeran Mandura tetap menganggap Angga seperti dulu, hanya orang lemah yang tidak punya kemampuan apa-apa."Jadi apa yang akan kau lakukan jika aku tetap akan berangkat?" tanya Pangeran Mandura yang malah kecewa dengan ayahnya yang justru memberikan kemampuan kepada orang lain. Padahal Pangeran Mandura sendiri yang tak pernah pulang ketika berada di Istana Sindang Nagara dimana akan dilakukan prosesi Raja baru."Aku yang akan membunuhmu!"Jelas semua orang kaget dengan ucapan dari Semanik. Tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh resi yang paling berpengaruh itu."Partai Ngarai Biru adalah milik Anggara Wastu Kencana, jadi akan setia terhadap yang sah apapun yang terjadi!"Beberapa orang yang mendengarkan ucapan dari Seman

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   MUNCULNYA WANITA ASING

    "Bukan, aku bukan putra Mahkota. Sudah ada Raja baru yang akan memimpin Nagarawangi ke depannya." ucap Angga yang kini bicara sendiri namun menggunakan suara yang berbeda dengan aslinya.Mendengar hal itu jelas membuat Pangeran Mandura terkejut bukan main, tak mengerti siapa yang akan meneruskan tahta Sindang Nagara."Siapa yang kau maksud?" tanya Pangeran Mandura tampak penasaran."Satu yang pasti bukan dirimu!"Angga malah bicara seenaknya yang membuat Pangeran Mandura jelas tersinggung, lawannya tahu niatnya. Meskipun masih penasaran, namun rasa kesal lebih menumpuk di dirinya.Angga sama sekali tidak menjelaskan bahwa yang akan menjadi Raja adalah Adyaksa yang menikahi Gusti Putri Lintang Ayu Warda

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   PERGERAKAN DARI NGARAI BIRU

    “Maafkan Ayah, Aku sedang urusan penting di Hutan Mati. Sepertinya tempat kita dulu sangat cocok untuk dijadikan tempat perjuangan mendapatkan tahta Sindang Nagara.” ucap sang anak yang tidak merasa sedih akan kematian adiknya sendiri itu.“Mau kau jadikan apa anakku? Bukankah bencana dahsyat itu sudah memperingatkan kita untuk tidak gegabah di sana?” Sang Ayah mencoba untuk memberi masukan kepada anaknya yang semakin hari semakin tidak jelas pikirannya.“Tenang saja ayah, tidak akan terjadi apa-apa. Sindang Nagara sedang kosong, ini kesempatan kita untuk mendapatkan tahta itu.”Anak tersebut adalah Pangeran Mandura semakin bersemangat untuk melancarkan hasrat terpendam nya. Hasrat yang selama ini tertutup oleh sang ayah, yang ternyata adalah seseorang yang mengabdi lama di Sindan

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   RAJA CODET DAN BAYANGAN HITAM

    Angga berteriak ketika ada sebuah senjata menyerang, jelas membuat Prana Shinta kaget. Namun dapat ditahan menggunakan tangan, sehingga serangan tidak datang lagi.JLEP!Sebuah anak panah terbang dengan sangat cepat, langsung mengenai pohon. Beruntung tidak kena ke tubuh tiga orang yang sedang berjuang."Hei bayangan hitam, siapa kau? Cepat tunjukan siapa kau?" tanya Prana Shinta sambil mengeluarkan pedang miliknya."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Prana Shinta sambil waspada terhadap serangan."Kita harus berpencar, supaya ketahuan dimana sebenarnya serangan datang!"Keduanya berpencar seraya mencari dari mana asal serangan yang datang. Namun aneh

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   SEPASANG WALET MERAH

    "Raja, aku di sini," ucap perempuan yang menjadi pasangannya. Tampak jika perempuan itu tertimpa reruntuhan, namun dia bisa selamat dari kematian."Syukurlah kau tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini. Kita tunggu apakah ada orang yang datang atau tidak," ucap Raja yang ternyata masih hidup. "Menurut dugaan pasti ada serangan lain yang akan merebut Nagarawangi!"Keduanya kemudian pergi dari reruntuhan yang membuat mereka terluka. Ada yang lecet, ada juga yang terluka dalam hingga perlu pertolongan temannya.Dua puluh persen dari semua kekuatan memang masih bisa bertahan, mereka memutuskan untuk kembali ke kediaman Raja. Mengikuti apa yang diperintahkan oleh Raja bahwa akan mengawasi jika serangan datang.***

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status