Share

PENDEKAR MACAN KUMBANG
PENDEKAR MACAN KUMBANG
Penulis: AKANYAWAN

BADAI FITNAH

"TAHAN!!!"

Seorang pemuda yang hendak dikeroyok, mencoba melobi puluhan orang yang sekarang sedang mengepungnya. 

Golok, pedang, tombak, serta senjata lain yang hampir menyentuh tubuh sang pemuda seketika terhenti. Padahal apabila senjata itu sampai ke badan, maka dapat mengakhiri hidupnya. 

“Apa tujuan kalian sebenarnya? Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan,” ucap pemuda berbaju hitam dengan sedikit corak hijau itu. 

Pemuda itu memang tidak mengerti asalan dia dikepung tokoh golongan putih, juga orang-orang dari pemerintah Kerajaan Sindang Negara.

"Jangan coba mengelak, Macan Kumbang! Kau telah membunuh Ranu Paksi, tokoh dari golongan putih!" ucap seorang lelaki tua dengan janggut putih. 

Tampak dari penampilannya, lelaki tua itu merupakan seorang tokoh yang paling disegani. Selain itu, dia juga memiliki banyak pasukan. 

"Ini fitnah keji! Aku tidak pernah membunuh Paman Ranu. Dia terbunuh ketika melawan Seta Jelang untuk menyelamatkanku.”

Pemuda bernama Angga Saksana itu masih tidak mengerti. Ranu Paksi adalah pamannya sendiri, juga sangat dekat dengannya. Apa mungkin dia dituduh sebagai pembunuh? Itu betul-betul tidak masuk akal. 

"Bohong! Dia berdusta, Ketua Partai Telaga Emas!  Aku membawa saksi yang bisa membuktikan bahwa dia memang membunuh Ranu Paksi,” ucap Seta Jelang yang ternyata juga hadir di tempat tersebut. 

Seta Jelang ternyata membawa seorang perempuan muda yang menyaksikan pertempuran penyebab kematian Ranu Paksi tersebut. Menurut keterangan si perempuan muda, Seta Jelang hendak dibunuh oleh Macam Kumbang, namun ditolong oleh Ranu Paksi. Sayangnya hal itu membuat pimpinan Partai Lembaga Hijau itu tewas ditusuk sebilah pedang. 

Mendengar pengakuan palsu tersebut, membuat Angga Saksana sadar jika dia sedang dijebak oleh lelaki berpakaian mewah dengan mata juling tersebut. 

Dia juga baru sadar kenapa banyak orang yang mengejarnya. Tuduhan ini sepertinya sudah tersebar ke seluruh dunia kedigdayaan, bahwa ada seorang pemuda yang menyebar maut dengan membunuh Ranu Paksi di Sindang Nagara. 

"Kau tidak bisa mengelak lagi, Macan Kumbang. Sekarang seluruh golongan putih akan menuntut tanggung jawab darimu," ucap Ketua Partai Telaga Emas, salah satu partai golongan putih yang sangat disegani. 

Entah kenapa dia bisa terpancing oleh Seta Jelang, sehingga percaya bahwa Angga yang membunuh Ranu Paksi. Padahal semua orang tahu, jika Seta Jelang adalah tokoh pemerintahan yang terkenal rakus serta suka memungut pajak besar dari rakyat kecil. 

Seharusnya Macan Kumbang bisa lebih dipercaya, daripada Seta Jelang yang sekarang berdiri di sampingnya. 

"Aku memang tidak punya saksi, tetapi luka paman Ranu berasal dari pedang milik Seta Jelang," ucap lelaki muda tampan tersebut.  

Dia masih dipenuhi keterkejutan atas kenyataan bahwa dirinya yang baru turun ke dunia kedigdayaan dianggap sebagai orang jahat. Dan hal itu hanya karena dia berurusan dengan Seta Jelang—sosok yang selalu menghalalkan segala cara untuk ambisi pribadinya. 

Angga Saksana sebetulnya terlibat urusan dengan Seta Jelang karena menolong seorang gadis. Saat itu, sang gadis hampir diperkosa oleh komplotan yang dipimpin oleh Seta Jelang. 

Hidung Seta Jelang hampir patah akibat pukulan sakti milik Angga. Hal itulah yang membuat Seta Jelang mempunyai dendam kesumat padanya, hingga menyewa pembunuh bayaran.

Namun, Angga justru dibantu Ranu Paksi—orang yang dipanggilnya Paman. Sang paman memang tidak menyukai apa yang dilakukan Seta Jelang.

Sayangnya Angga tak sadar jika kejadian itu ternyata membuat dirinya harus menerima perlakuan seperti ini. Tidak ada orang yang percaya kepadanya. Apalagi karena dia berpakaian serba hitam. Sedangkan hitam adalah ciri bahwa seseorang itu berasal dari golongan hitam. Sama halnya dengan orang golongan putih yang harus memakai pakaian dengan unsur putih.

"Bohong! Aku tidak pernah memiliki bentuk pedang seperti itu. Pedang itu milik Ranu Paksi sendiri!" Seta Jelang berteriak, tak ingin tabiat jahatnya kelihatan. 

"Betul! Bentuk pedang seperti itu milik Ranu Paksi. Kami pernah melihat dia memakainya saat latihan," ucap beberapa orang golongan putih yang ikut bersaksi.     

Hal itu jelas membuat Angga tak punya cara lain untuk membela diri. Apalagi dia hanya orang asing di tempat tersebut. 

"Tunggu apa lagi? Habisi pembunuh itu, serta bawa mayatnya ke Kota Raja!" perintah Seta Jelang sambil mengangkat pedang dengan suara menggebu. 

Kemudian, diikuti oleh seluruh orang yang berada di tanah lapang tersebut, siap menjadikannya arena pembantaian seorang pemuda berjuluk Macan Kumbang. 

Angga sadar jika hukum di Sindang Nagara sangat mengerikan. Seseorang yang terbukti berbuat salah akan dicincang. Kemudian mayatnya akan dibakar di depan khalayak banyak, persis di depan Istana Raja. 

Hal itu membuat Angga tak punya jalan lain selain melarikan diri. Karena percuma melobi orang yang sudah termakan dengan hasutan tersebut. 

"Ayo serang! Sepertinya dia ingin melarikan diri lagi!" seru Ketua Partai Telaga Emas. 

Pertarungan tak dapat dihindari, sehingga Angga harus menghadapi orang yang akan membunuhnya. Karena tidak memiliki senjata yang bisa diandalkan, sang pemuda merebut tombak dari salah satu lawan yang berhasil ia lumpuhkan. 

Dia harus melakukan itu jika tidak ingin dicincang seperti daging. Mau tak mau dia harus bertahan, mengingat dia belum mendapatkan informasi tentang asal usul dirinya. 

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Purwo Agung
sepertinya oke juga
goodnovel comment avatar
Aulia Akbar
percuma di baca kalau kaya yg lain.. ngga ada batas lanjutannya...
goodnovel comment avatar
Zul Adah
xde bab baru ke thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status