Share

PENDEKAR MACAN KUMBANG
PENDEKAR MACAN KUMBANG
Author: AKANYAWAN

BADAI FITNAH

Author: AKANYAWAN
last update Last Updated: 2021-12-31 11:31:24

"TAHAN!!!"

Seorang pemuda yang hendak dikeroyok, mencoba melobi puluhan orang yang sekarang sedang mengepungnya. 

Golok, pedang, tombak, serta senjata lain yang hampir menyentuh tubuh sang pemuda seketika terhenti. Padahal apabila senjata itu sampai ke badan, maka dapat mengakhiri hidupnya. 

“Apa tujuan kalian sebenarnya? Aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan,” ucap pemuda berbaju hitam dengan sedikit corak hijau itu. 

Pemuda itu memang tidak mengerti asalan dia dikepung tokoh golongan putih, juga orang-orang dari pemerintah Kerajaan Sindang Negara.

"Jangan coba mengelak, Macan Kumbang! Kau telah membunuh Ranu Paksi, tokoh dari golongan putih!" ucap seorang lelaki tua dengan janggut putih. 

Tampak dari penampilannya, lelaki tua itu merupakan seorang tokoh yang paling disegani. Selain itu, dia juga memiliki banyak pasukan. 

"Ini fitnah keji! Aku tidak pernah membunuh Paman Ranu. Dia terbunuh ketika melawan Seta Jelang untuk menyelamatkanku.”

Pemuda bernama Angga Saksana itu masih tidak mengerti. Ranu Paksi adalah pamannya sendiri, juga sangat dekat dengannya. Apa mungkin dia dituduh sebagai pembunuh? Itu betul-betul tidak masuk akal. 

"Bohong! Dia berdusta, Ketua Partai Telaga Emas!  Aku membawa saksi yang bisa membuktikan bahwa dia memang membunuh Ranu Paksi,” ucap Seta Jelang yang ternyata juga hadir di tempat tersebut. 

Seta Jelang ternyata membawa seorang perempuan muda yang menyaksikan pertempuran penyebab kematian Ranu Paksi tersebut. Menurut keterangan si perempuan muda, Seta Jelang hendak dibunuh oleh Macam Kumbang, namun ditolong oleh Ranu Paksi. Sayangnya hal itu membuat pimpinan Partai Lembaga Hijau itu tewas ditusuk sebilah pedang. 

Mendengar pengakuan palsu tersebut, membuat Angga Saksana sadar jika dia sedang dijebak oleh lelaki berpakaian mewah dengan mata juling tersebut. 

Dia juga baru sadar kenapa banyak orang yang mengejarnya. Tuduhan ini sepertinya sudah tersebar ke seluruh dunia kedigdayaan, bahwa ada seorang pemuda yang menyebar maut dengan membunuh Ranu Paksi di Sindang Nagara. 

"Kau tidak bisa mengelak lagi, Macan Kumbang. Sekarang seluruh golongan putih akan menuntut tanggung jawab darimu," ucap Ketua Partai Telaga Emas, salah satu partai golongan putih yang sangat disegani. 

Entah kenapa dia bisa terpancing oleh Seta Jelang, sehingga percaya bahwa Angga yang membunuh Ranu Paksi. Padahal semua orang tahu, jika Seta Jelang adalah tokoh pemerintahan yang terkenal rakus serta suka memungut pajak besar dari rakyat kecil. 

Seharusnya Macan Kumbang bisa lebih dipercaya, daripada Seta Jelang yang sekarang berdiri di sampingnya. 

"Aku memang tidak punya saksi, tetapi luka paman Ranu berasal dari pedang milik Seta Jelang," ucap lelaki muda tampan tersebut.  

Dia masih dipenuhi keterkejutan atas kenyataan bahwa dirinya yang baru turun ke dunia kedigdayaan dianggap sebagai orang jahat. Dan hal itu hanya karena dia berurusan dengan Seta Jelang—sosok yang selalu menghalalkan segala cara untuk ambisi pribadinya. 

Angga Saksana sebetulnya terlibat urusan dengan Seta Jelang karena menolong seorang gadis. Saat itu, sang gadis hampir diperkosa oleh komplotan yang dipimpin oleh Seta Jelang. 

Hidung Seta Jelang hampir patah akibat pukulan sakti milik Angga. Hal itulah yang membuat Seta Jelang mempunyai dendam kesumat padanya, hingga menyewa pembunuh bayaran.

Namun, Angga justru dibantu Ranu Paksi—orang yang dipanggilnya Paman. Sang paman memang tidak menyukai apa yang dilakukan Seta Jelang.

Sayangnya Angga tak sadar jika kejadian itu ternyata membuat dirinya harus menerima perlakuan seperti ini. Tidak ada orang yang percaya kepadanya. Apalagi karena dia berpakaian serba hitam. Sedangkan hitam adalah ciri bahwa seseorang itu berasal dari golongan hitam. Sama halnya dengan orang golongan putih yang harus memakai pakaian dengan unsur putih.

"Bohong! Aku tidak pernah memiliki bentuk pedang seperti itu. Pedang itu milik Ranu Paksi sendiri!" Seta Jelang berteriak, tak ingin tabiat jahatnya kelihatan. 

"Betul! Bentuk pedang seperti itu milik Ranu Paksi. Kami pernah melihat dia memakainya saat latihan," ucap beberapa orang golongan putih yang ikut bersaksi.     

Hal itu jelas membuat Angga tak punya cara lain untuk membela diri. Apalagi dia hanya orang asing di tempat tersebut. 

"Tunggu apa lagi? Habisi pembunuh itu, serta bawa mayatnya ke Kota Raja!" perintah Seta Jelang sambil mengangkat pedang dengan suara menggebu. 

Kemudian, diikuti oleh seluruh orang yang berada di tanah lapang tersebut, siap menjadikannya arena pembantaian seorang pemuda berjuluk Macan Kumbang. 

Angga sadar jika hukum di Sindang Nagara sangat mengerikan. Seseorang yang terbukti berbuat salah akan dicincang. Kemudian mayatnya akan dibakar di depan khalayak banyak, persis di depan Istana Raja. 

Hal itu membuat Angga tak punya jalan lain selain melarikan diri. Karena percuma melobi orang yang sudah termakan dengan hasutan tersebut. 

"Ayo serang! Sepertinya dia ingin melarikan diri lagi!" seru Ketua Partai Telaga Emas. 

Pertarungan tak dapat dihindari, sehingga Angga harus menghadapi orang yang akan membunuhnya. Karena tidak memiliki senjata yang bisa diandalkan, sang pemuda merebut tombak dari salah satu lawan yang berhasil ia lumpuhkan. 

Dia harus melakukan itu jika tidak ingin dicincang seperti daging. Mau tak mau dia harus bertahan, mengingat dia belum mendapatkan informasi tentang asal usul dirinya. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Purwo Agung
sepertinya oke juga
goodnovel comment avatar
Aulia Akbar
percuma di baca kalau kaya yg lain.. ngga ada batas lanjutannya...
goodnovel comment avatar
Zul Adah
xde bab baru ke thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   Melarikan Diri

    Setelah itu dilanjutkan dengan adat perkawinan antara Adyaksa dengan Lintang Ayu Wardani. Keduanya dinikahkan oleh sesepuh yaitu tak lain adalah Aki Jati Luhur.Angga harus menjadi wali bersama ayahnya, Prabu Bajra Wastu Kencana.Di tempat itu juga diadakan sebuah adat ketika seorang adik melangkahi kakaknya dalam sebuah pernikahan. Angga harus lari kemudian dikejar oleh Adyaksa sampai dapat. Sebagai bukti bahwa Anggara Wastu Kencana telah rela jika adiknya menikah, sebuah adat yang akan terus dijaga sampai ratusan tahun ke depan."Kenapa aku mau disuruh berlari?" ucap Angga sambil garuk-garuk kepala. Namun dia tampak kaget ketika di antara penonton ada seorang perempuan yang tersenyum kepadanya. Hal itu jelas membuat dirinya kaget bukan main, mungkin takut diajak nikah seperti adiknya."Apa yang terjadi kepadamu?" tanya Ranu Paksi kepada muridnya yang tampak bingung."Ada urusan pribadi yang sedikit mengganggu, paman" ucap Angga."Apa yang bisa aku bantu?" tanya Ranu Paksi mencoba me

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   Raja Guru Adyaksa

    "Tentu saja, sekali gerakan kau akan kehilangan kepalamu.""Kenapa kau paham dengannya?""Tentu saja, ketika kau sibuk di Istana. Aku mengangkat seorang murid yaitu dirinya." ucap Semanik yang seakan membuat Pangeran Mandura tidak percaya hal itu terjadi.Pangeran Mandura tetap menganggap Angga seperti dulu, hanya orang lemah yang tidak punya kemampuan apa-apa."Jadi apa yang akan kau lakukan jika aku tetap akan berangkat?" tanya Pangeran Mandura yang malah kecewa dengan ayahnya yang justru memberikan kemampuan kepada orang lain. Padahal Pangeran Mandura sendiri yang tak pernah pulang ketika berada di Istana Sindang Nagara dimana akan dilakukan prosesi Raja baru."Aku yang akan membunuhmu!"Jelas semua orang kaget dengan ucapan dari Semanik. Tidak mengerti apa yang sebenarnya dipikirkan oleh resi yang paling berpengaruh itu."Partai Ngarai Biru adalah milik Anggara Wastu Kencana, jadi akan setia terhadap yang sah apapun yang terjadi!"Beberapa orang yang mendengarkan ucapan dari Seman

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   MUNCULNYA WANITA ASING

    "Bukan, aku bukan putra Mahkota. Sudah ada Raja baru yang akan memimpin Nagarawangi ke depannya." ucap Angga yang kini bicara sendiri namun menggunakan suara yang berbeda dengan aslinya.Mendengar hal itu jelas membuat Pangeran Mandura terkejut bukan main, tak mengerti siapa yang akan meneruskan tahta Sindang Nagara."Siapa yang kau maksud?" tanya Pangeran Mandura tampak penasaran."Satu yang pasti bukan dirimu!"Angga malah bicara seenaknya yang membuat Pangeran Mandura jelas tersinggung, lawannya tahu niatnya. Meskipun masih penasaran, namun rasa kesal lebih menumpuk di dirinya.Angga sama sekali tidak menjelaskan bahwa yang akan menjadi Raja adalah Adyaksa yang menikahi Gusti Putri Lintang Ayu Warda

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   PERGERAKAN DARI NGARAI BIRU

    “Maafkan Ayah, Aku sedang urusan penting di Hutan Mati. Sepertinya tempat kita dulu sangat cocok untuk dijadikan tempat perjuangan mendapatkan tahta Sindang Nagara.” ucap sang anak yang tidak merasa sedih akan kematian adiknya sendiri itu.“Mau kau jadikan apa anakku? Bukankah bencana dahsyat itu sudah memperingatkan kita untuk tidak gegabah di sana?” Sang Ayah mencoba untuk memberi masukan kepada anaknya yang semakin hari semakin tidak jelas pikirannya.“Tenang saja ayah, tidak akan terjadi apa-apa. Sindang Nagara sedang kosong, ini kesempatan kita untuk mendapatkan tahta itu.”Anak tersebut adalah Pangeran Mandura semakin bersemangat untuk melancarkan hasrat terpendam nya. Hasrat yang selama ini tertutup oleh sang ayah, yang ternyata adalah seseorang yang mengabdi lama di Sindan

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   RAJA CODET DAN BAYANGAN HITAM

    Angga berteriak ketika ada sebuah senjata menyerang, jelas membuat Prana Shinta kaget. Namun dapat ditahan menggunakan tangan, sehingga serangan tidak datang lagi.JLEP!Sebuah anak panah terbang dengan sangat cepat, langsung mengenai pohon. Beruntung tidak kena ke tubuh tiga orang yang sedang berjuang."Hei bayangan hitam, siapa kau? Cepat tunjukan siapa kau?" tanya Prana Shinta sambil mengeluarkan pedang miliknya."Apa yang akan kita lakukan?" tanya Prana Shinta sambil waspada terhadap serangan."Kita harus berpencar, supaya ketahuan dimana sebenarnya serangan datang!"Keduanya berpencar seraya mencari dari mana asal serangan yang datang. Namun aneh

  • PENDEKAR MACAN KUMBANG   SEPASANG WALET MERAH

    "Raja, aku di sini," ucap perempuan yang menjadi pasangannya. Tampak jika perempuan itu tertimpa reruntuhan, namun dia bisa selamat dari kematian."Syukurlah kau tidak apa-apa, ayo kita pergi dari sini. Kita tunggu apakah ada orang yang datang atau tidak," ucap Raja yang ternyata masih hidup. "Menurut dugaan pasti ada serangan lain yang akan merebut Nagarawangi!"Keduanya kemudian pergi dari reruntuhan yang membuat mereka terluka. Ada yang lecet, ada juga yang terluka dalam hingga perlu pertolongan temannya.Dua puluh persen dari semua kekuatan memang masih bisa bertahan, mereka memutuskan untuk kembali ke kediaman Raja. Mengikuti apa yang diperintahkan oleh Raja bahwa akan mengawasi jika serangan datang.***

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status