Semua tampak merenung, mencoba menelaah misteri yang terjadi. Meskipun tidak ada titik terang, masalah malah bertambah runyam.
"Ini sangat gawat, keselamatan dirimu sangat penting." ucap Pramana setelah mendengar cerita dari Tuan Putri.
"Apa paman ada kecurigaan tentang siapa yang melakukannya?" tanya Tuan Putri penasaran. Mengingat Pramana setidaknya lebih paham tentang kerajaan dibandingkan Tuan Putri.
Karena alasan itu juga, Tuan Putri datang ke Lembah Hijau. Memenuhi undangan Juragan Koswara adalah formalitas semata.
"Susah sekali ditebak, Tuan Putri. Ada banyak kepentingan di Istana, termasuk pihak ingin berkuasa." ucap Ketua Partai Lembah Hijau.
"Apa paman curiga dengan orang Partai Bukit Merah?" tiba-tiba Angga bicara. Jelas membuat semua yang ada di situ cukup terkejut.
Hal itu terjadi karena memang kedua Partai tidak pernah akur. Namun yang membuat heran dari mana Angga tahu hal tersebut.
Tuan Putri keceplosan menyebutkan nama Angga yang membuat sosok serba hitam kaget. Namun ketika menyebutkan Anggara keempatnya kembali tenang.Putri Lintang Ayu dan Angga dalam bahaya besar, sekali serang akan merenggut nyawa mereka.“Pastikan Tuan Putri hidup, sedangkan pemuda itu biarkan saja mati,” ucap salah satu dari sosok serba hitam. Tampak dari cara bertarungnya, dia yang paling kuat di antara yang lainnya.“Tidak semudah itu, hadapi aku terlebih dahulu!” seru seseorang yang datang ke tempat tersebut.Sosok yang datang ternyata ada dua orang dengan kudanya masing-masing. Sosok pertama seorang lelaki tua dengan pakaian pejabat kerajaan Paladu. Sedangkan yang kedua adalah seorang pemuda dengan pakaian serba putih.Melihat siapa yang datang, keempatnya tampak terkejut. Mengenal siapa pemuda yang tadi berbicara tersebut.CIATT!Pemuda berpakaian serba putih langsung
Adyaksa penasaran sebenarnya siapa Angga sebenarnya? Meskipun Jati Luhur bilang bahwa dia keponakannya, namun itu sungguh aneh. Sepengetahuan si pemuda Jati Luhur hidup sendirian di Paladu dalam waktu lama.Meskipun beberapa tahun ke belakang dia pernah memutuskan pulang kampung halamannya di Srimanganti. Sebuah daerah yang berada di ujung selatan Tanah Suci.Tanah Suci adalah sebutan bagi daerah barat pulang Jawa, namun bukan yang paling barat. Daerah yang dikelilingi enam Gunung yang dijadikan kerajaan."Aku masih ingat, malam itu Macan Kumbang datang ke tempatku. Penampilannya mirip dengan Gara ketika berjalan, namun dia tak memiliki codet di pelipis kirinya?" tanya Adyaksa kepada dirinya sendiri."Biarkan saja, kalau benar dia Macan Kumbang justru itu lebih baik," ucap Adyaksa kembali. Pemuda berpakaian serba putih bersyukur jika Macan Kumbang masih hidup.Adyaksa menganggap dosa telah mengkhianati sahabatnya itu s
Saat itu seluruh warga yang selamat langsung menurunkan mayat tersebut disertai isak tangis."Ayah. Jangan tinggalkan aku sendirian!" seru anak lelaki berusia tiga belas tahun meratapi mayat. Ternyata dia adalah putra dari orang yang tewas di tiang gantungan tersebut"Tabahkan hatimu anak muda, biar aku yang merawat dirimu sekarang." Ucapan itu muncul dari seseorang lelaki tua di belakang pemuda itu."Siapa kakek sebenarnya, apa mengenal ayah?" tanya pemuda itu dengan polos."Nanti juga akan tahu siapa aku, sekarang kita pergi dari sini," ajak pria tua dengan jambang serta rambut serba putih."Te-tetapi. Ayah bagaimana?" tanya pemuda. Tampak dia ingin mengebumikan jasad ayahnya untuk terakhir kalinya."Nanti diurus oleh warga, sekarang kita harus cepat, di sini berbahaya," ajak lelaki itu setengah memaksa."Tetapi aku ingin bersama ayah," ucap pemuda itu merengek tak ingin berpisah dengan ayahnya.&nbs
"Satu purnama ke depan, Gusti Prabu." ucap Ketua Partai Telaga Emas."Untuk keperluan yang tidak tersedia di Paladu akan dibantu oleh Sindang Nagara," ujar Pangeran Mahesa Maheswara. Pemuda itu tampak ramah, tidak seperti Pangeran lain yang terkesan sombong.Semua pada akhirnya setuju bahwa Paladu akan menjadi tuan rumah Sayembara yang dilaksanakan dua tahun sekali itu. Ini untuk pertama kalinya Paladu diberi mandat, setelah hampir seratus tahun Sindang Nagara menguasai Tanah Suci.Karena sepuluh tahun terakhir acara selalu dilaksanakan di Sindang Nagara yang notabene kerajaan paling besar di Tanah Suci.Sebenarnya ada empat kerajaan lain selain Paladu yang selalu mengikuti Sayembara. Namun daerah mereka kurang cocok dijadikan sebagai acara besar. Ditambah ada kerajaan yang sering terkena bencana.Selain itu ada dua belas Partai di Tanah Suci yang juga akan ikut dalam Sayembara tersebut. Tujuan diadakannya Sayembara ad
Angga tampak tidak mengelak sedikit pun melalui serangan dari lawan yang datang.Angga baru sadar dari lamunannya ketika sudah ambruk ke tanah gembur. Hidungnya mengeluarkan darah, pertanda lawannya memiliki kedigdayaan tinggi. Seketika dadanya sesak, kepalanya berkunang dengan badan yang bergetar hebat.Angga berusaha untuk berdiri, disisa tenaga yang dimilikinya. Si Codet berusaha melihat siapa orang yang telah membuatnya terpental sangat jauh.Pemuda dengan luka codet itu melihat sosok tak dikenal sedang melawan Adhyaksa. Keduanya terlibat dalam pertarungan yang luar biasa sengit."Oh iya, bukankah Adyaksa yang menemaniku ke Gunung Kubang?" tanya Angga kepada dirinya sendiri.PLAK!!Pemuda itu menampar dirinya sendiri berkali-kali, pertanda dia baru sadar. Meratapi apa yang dia lakukan, sehingga termenung begitu rupa."Setan apa yang membuatku seperti ini?" tanya Angga kembali. Dia terus me
BRAKK! Tubuh Adyaksa terpental ke belakang beberapa depa dari tempat pertarungan. Adyaksa terkapar di tanah dengan tubuh penuh darah. Baju serba putih yang dia pakai kini sudah tak terlihat saking kotornya. Membuat tubuh sang pemuda itu berlumuran darah, dia sudah tak bisa berdiri. Tangan kirinya sudah tak bisa digerakkan akibat serangan pertamanya, membuatnya meringis. Ditambah kaki kanan yang sudah robek oleh sabetan pedang, sehingga nyawanya di ujung tanduk. Sekali saja Jeladeri melayangkan pedang miliknya, maka nyawa Adyaksa akan melayang. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Angga kepada dirinya sendiri. Melihat kondisi Adyaksa yang berada di ujung tanduk. Jiwa ingin menolong jelas menggelora dari si pemuda Ada risiko yang harus dia terima dengan pilihan yang dipilih. Angga harus menimbang baik buruknya keputusan yang harus dia pilih. Angga ingat perjanjian dengan Tuan Putri agar tidak mengeluarkan kemampuannya. Nam
"Aku hanya roh yang penasaran, tak senang melihat orang membunuh tanpa alasan," ucap Angga sambil tersenyum sinis."Bedebah. Kau akan menyusul kawanmu itu," ucap Jeladeri sambil melompat ke atas, lalu akan menghantamkan pedang miliknya.Angga melihat kondisi Adyaksa sudah tak sadarkan diri tampak khawatir. Sehingga memutuskan untuk menggunakan jurus pamungkas yang dimilikinya.Jurus itu dinamakan dengan "Kilat Bayangan Macan Kumbang". Sebuah kedigdayaan yang membuat Angga dapat bergerak sangat cepat hingga menjadi bayangan yang terlihat berwarna hitam. Tubuhnya seperti seekor Macan Kumbang yang siap menerjang mangsanya. Bergerak seperti kilat cahaya yang berpindah sangat cepat.KRASS! KRASS! KRASS!Sebuah cakaran menghantam tubuh Iblis Janggut Putih puluhan berapa kali. Teriakan kesakitan dari sosok berpakaian hitam itu terdengar keras. Tubuhnya terjungkal dengan luka cakaran dimana-mana. Pedang sakti miliknya te
“Aduh! Kenapa bisa lupa segala. Setan apa yang masuk ke tubuhku?” tanya Angga pada dirinya sendiri. Menggerutu di depan Adyaksa yang malah tertawa melihat kebodohan Angga.“Terus dengan kondisi seperti ini, apa kita tetap pergi ke Gunung Kubang?” tanya Adyaksa.“Sepertinya kita harus tetap ke sana, kondisiku terkadang tak menentu. Kamu juga masih terluka, yang aku lakukan tadi hanya pengobatan sementara,” ucap Angga.Macan Kumbang sadar jika kondisi dirinya adalah ulah seseorang, meskipun tak tahu siapa. Juga luka Adyaksa perlu disembuhkan sebelum obat sementara, sudah tidak mujarab lagi.“Tunggu apa lagi, ayo kita ke sana? Hari sudah sangat siang, sedangkan perjalanan masih jauh?” tanya Adyaksa.“Ayo. Tetapi kita makan dulu, lapar!” seru Angga sambil menyantap daging ayam hutan yang dipanggangnya.“Kau mau menghabiskannya sendirian, tidak m