Luke mengumpulkan seluruh tenaga dan kesadaran dari semua pikiran anehnya. Ia melepas diri dari lingkaran tangan Ellshora yang telah menahannya sebelum ia terjatuh.Ellshora mengambil sesuatu di saku dan menyodorkannya pada Luke. “Makan ini untuk menghilangkan mualmu, Tuan,” godanya.Luke enggan menerima, dan bersikap seolah ia memang baik-baik saja. Meski pusing di kepalanya sudah membaik, tapi perutnya masih terasa mual.Melihat sikap Luke, Ellshora langsung saja memasukkan permen mint di saku pria itu tanpa izin. “Kau pasti membutuhkannya, Tuan.”“Aku hanya menuruti ucapanmu untuk tak membuang waktu yang berharga di jalan, Tuan. Aku mengejar waktu untukmu,” ujar Ellshora dengan nada sindiran.Susunan gigi Ellshora yang rapi terlihat jelas saat ia menyeringai dengan bangga. “Dan kita berhasil datang lima belas menit lebih cepat dari perkiraan, Tuan!”Tapi Luke mengabaikan Ellshora dengan kesal yang sudah memuncak. Tak ingin berlama-lama, Luke cepat berlalu dari situ dan segera menu
Mobil melesat cepat ke depan, dan Ellshora melihat pembatas jalan cukup dekat dengannya. Ellshora cepat menghentikan laju mobil dengan menginjak pedas rem. Hingga decitan terdengar cukup keras. Citttttt! Tepat satu meter jarak antara pembatas jalan dan mobil yang berhasil Ellshora hentikan mendadak. “Ellshora!” bentak Luke yang merasa jantungnya nyaris lepas. Luke geram, sangat geram. Sebab ia berpikir Ellshora mengabaikan ucapan Luke sebelumnya dan masih mengemudi dengan kacau. “Kau ingin membunuhku, hah!” Suara bentakan Luke seolah tak menembus pendengaran Ellshora. Ellshora tak mendengar apapun yang masuk ke telinganya. “Sudah kukatakan ...” Luke berhenti. Ia melihat ke depan. Ellshora masih diam, tatapannya kosong. Deru nafas yang tek beraturan terdengar jelas di telinga Luke. Dalam ingatan Luke, ia pernah merasakan sitasi seperti ini sebelumnya. Dan saat ia mencoba menyeret dirinya ke waktu yang telah berlalu, Luke teringat sesuatu. “Ellshora?” Luke merendahkan nadanya s
“Apa pria itu seorang ayah yang telah meninggalkanmu dan ibumu?”Pertanyaan Luke membuat Ellshora tersentak. Ia merasakan kegelisahan yang tak diungkapkan.“Maaf. Tapi bisakah kita tak membahas soal itu?” ucap Ellshora mencoba membebaskan diri dari pembicaraan ke arah yang lebih sensitif.Luke melihat ekspresi wajah Ellshora yang seolah menunjukkan bahwa ia tengah memohon. “Oh, oke. Maaf.”Sejak awal pertemuan Luke dengan Ellshora, gadis itu selalu menunjukkan sisi berani seolah tanpa kelemaan dan juga banyak bicara. Tapi malam ini, Luke telah melihat sisi lain seorang Ellshora.Kopi hangat di cangkir sudah habis, Ellshora bangkit dan bersiap untuk pergi.“Jam kerjaku sudah selesai, kan? Aku pamit pergi, Tuan,” ucap Ellshora meletakkan kunci mobil di atas meja.Luke mengerutkan dahi. “Sudah kukatakan waktu itu, kau bisa menggunakan mobilku untuk pulang. Kau lupa?”“Terima kasih sebelumnya, Tuan. Tapi maaf, aku harus menolak fasilitas mewah itu darimu. Aku lebih nyaman menggunakan taks
Sudah hampir jam sebelas belas sekarang. Luke menghentikan mobil di sisi jalan beberapa meter dari rumah Ellshora. Seperti permintaan Ellshora sebelumnya. Ellshora membuka pintu dan turun dari mobil Luke. Sementara, Luke juga ikut keluar sambil membawa boneka minions yang ia beli di festival tadi. “Terima kasih untuk malam ini, Luke,” ucap Ellshora. Luke menunjukkan senyumnya lagi. “Bawa ini,” katanya, menyerahkan boneka itu pada Ellshora. Tapi Ellshora yang keheranan tak langsung menerima. “Kau membelinya untuk di taruh di kamarku, kan?” “Meski aku suka minions, tapi kurasa boneka tak cocok denganku. Jadi ... ambil saja untukmu,” kilah Luke. Sejak awal Ellshora memang alasannya membeli barang itu. Hanya saja, ia enggan mengakui. “Baiklah kalau meminta.” Akhirnya Ellshora menerimanya, dengan raut wajah yang membuat Luke cukup senang pula. “Aku harus langsung pulang. Sekali lagi, terima kasih untuk malam ini,” pamit Ellshora. Luke terus memandangi punggung Ellshora. Gadis itu
Perlahan, Ellshora mulai membuka matanya. Ia melihat Luke saat baru saja tersadar. “Luke ....” Luke menarik tubuh Ellshora dalam dekapannya. Rasa khawatir Luke cukup memuncak saat melihat Ellshora tenggelam di kolam sedalam lima meter itu. “Syukurlah, kau sudah sadar, Ell. Aku sangat cemas,” ucapnya dengan perasaan lega. Bahkan detak jantung yang tak beraturan, cukup jelas di telinga Ellshora. Sikap Luke membuat Ellshora sendiri tercengang. Dalam dekapan tangan Luke, suaranya terdengar rendah. “Kau menyelamatkanku, Tuan?” Luke merenggangkan pelukan. Wajah basah Ellshora sangat jelas dalam pandangan dekatnya. Sementara, ia juga tengah mengatur nafasnya. “Ell, kau baik-baik saja? Apa kita perlu ke rumah sakit sekarang?” tanya Luke khawatir. Ketika Luke hendak bangkit dan berencana segera ke rumah sakit, Ellshora menarik tangan pria itu. “Kau mengkhawatirkanku, Luke? Sebesar itukah rasa pedulimu terhadapku?” Luke menelan ludah, ada perasaan yang sulit dipaham dalam hatinya sekaran
"Apa kau ... punya pacar, Ell?” tanya Luke pada Ellshora. Pada akhirnya pertanyaan itu keluar dari mulutnya. Ellshora menatap Luke cukup tajam, ketika pria itu masih mengendalikan stir mobil. “Aku ... tidak punya pacar.” Luke membuang nafas, rasanya seperti mengeluarkan sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya begitu mendengar jawaban Ellshora barusan. Tak mungkin Ellshora menjawab jujur pertanyaan Luke tadi. Zane adalah pria yang telah menempati hatinya, sedangkan Luke bukan siapa-siapa di hati Ellshora. Luke hanya CEO muda bergelimang harta yang menjadi targetnya sesuai pilihan keluarga Bibi Mia. Pandangan Ellshora kembali ke luar mobil, melihat pemandangan yang ditawarkan oleh Fleet Street. Hanya beberapa kendaraan yang melintas, seperti biasa memang. “Jangan bilang kalau kau tak punya waktu untuk pacaran. Karena aku yakin bukan itu alasannya.” Luke menerka. “Alasannya, karena aku sedang menunggu seseorang. Seorang jodoh untukku,” ungkap Ellshora. “Pria yang penuh cinta yang
“Tidak tahu diri!”Bibi Mia melempar sepatu ke arah Ellshora. Ellshora berhasil menghindar. Tapi teriakan itu masih terdengar jelas. Bagai genderang yang nyaris memecahkan telinganya.“Bocah tidak tahu balas budi! Jangan berpikir kau bisa kabur sebelum hutangmu lunas!” murka Bibi Mia.Pintu rumah dibanting dengan keras, dengan segenap tenaga dan emosi yang menggebu dalam diri Ellshora. Untungnya, pintu itu baik-baik saja sekarang. Bibi Mia kesal bukan main. Rencana yang Daniel usulkan menurutnya memang harus dilakukan bagaimanapun juga. Ia mengakui bahwa Ellshora mempunyai daya tarik yang kuat. Ia mempunyai kecantikan dan tubuh yang proporsional.“Dia hanya perlu mendekati pria kaya itu. Membuatnya jatuh cinta, lalu ambil uangnya sebanyak mungkin,” Bibi Mia masih bersungut-sungut.“Dia punya banyak hutang, tapi masih memirkirkan hati,” imbuh Bibi Mia.“Apa dia masih muda?” tanya Paman Gary, sembari melirik Daniel.Dengan cepat Paman Gary mendapat balasan anggukan dari anak laki-lakiny
Ellshora berhenti memandangi wajah Zane di layar ponsel ketika sebuah notifikasi pesan baru masuk. Ia segera membukanya dan memberi balasan dengan cepat."Kamu sibuk, Ell?" pesan dari Zane. "Tidak, aku lagi santai," balas Ellshora."Aku rindu kamu. Bisa kita bertemu?" Zane membalas."Tentu bisa. Sekarang? Di mana?" Ellshora pun kembali membalas pesan ZaneSatu menit. Dua menit. Lima menit.Dan nyaris enam puluh menit tak kunjung pesan Ellshora mendapat balasan. Berkali-kali ia membolak-balik menu di layar ponsel. Usai berganti pakaian dan mengambil tas, matanya kembali melirik ponsel. Tapi belum juga ada pesan balasan yang masuk.‘Huh! Dia selalu begini,’ gerutu Ellshora. Kemudian setelah menekan beberapa kali ponselnya, ia mendekatkan benda tersebut di telinganya. Namun bukan suara Zane yang ia dengar dari panggilan yang itu, tapi suara lain.‘Mohon maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. Cobalah....”‘Cobalah keluar kamar dan segera pergi temui pacarmu,’ celoteh Ellshora ke