Share

BAB 3. Sesuai Rencana

Kota Norwich rupanya masih mampu menarik kembali seorang Luke Whiston. Pria tiga puluh tahun yang telah menghabiskan lebih dari separuh waktunya di Oxford. Usai menyelesaikan studi, Luke tak kunjung kembali ke kota kelahirannya dengan banyak alasan. Tapi cukup satu alasan membawa Luke kembali ke tempat asalnya. 

Luke menyadari, sudah waktunya ayahnya berhenti dan menyerahkan semua urusan perusahaan besar keluarga mereka padanya. Luke akan mengerahkan segenap dirinya pada Sonic Group, seperti semangat ayahnya yang tak pernah padam sejak dulu. 

Ronan mengemudikan mobil melewati Fleet Street, kawasan jalanan kota yang tak banyak dilewati banyak orang. Menurut informasi yang Ronan dengar, CEO muda yang berada di kursi belakangnya, menyukai ketenangan yang selalu ditawarkan oleh jalanan ini. 

“Maaf, Tuan. Kudengar kau menyukai suasana jalanan seperti ini. Jadi aku memilih lewat kesini.” Ronan membuka pembicaraan di tengah-tengah kesunyian yang cukup lama berada dalam mobil itu. 

Luke mengangguk. “Yah. Aku suka.”

Luke memang menikmati pemandangan menakjubkan sepanjang perjalanannya melewati Fleet Street. Deretan pohon pinus dan alder yang meneduhkan. Hanya beberapa kendaraan yang melintas. Seingatnya, sudah tujuh tahun lebih terakhir kali Luke melewati jalan ini. 

Ronan, supir pribadi yang dipilih langsung oleh Tuan Chris Wriston untuk putranya. Sebelumnya, Ronan bekerja di kantor Sonic Group sebagai petugas keamanan gedung. Usianya kini tiga puluh lima tahun. Ia memiliki istri dan putrinya yang cantik. 

“Ngomong-ngomong, musik apa yang Tuan sukai?” tanya Ronan. Tangannya sibuk dengan audio di dashboard mobil “Biar kunyalakan lagu kesukaanmu.”

“Lebih baik tak menyalakan apapun,” jawab Luke datar. Jawaban yang membuat Ronan cepat-cepat mematikan tombol audio.

“Baik, Tuan.”

Ronan menarik nafasnya panjang, kemudian mengeluarkannya pelan-pelan. Entah mengapa ia merasa canggung sekali sekarang. Kabar yang beredar di kantor, Luke memiliki sikap yang dingin, irit bicara dan terkesan acuh. Sangat kontras dengan sikap kedua orang tuanya. Tuan Chris seorang konglomerat yang selalu hangat dan banyak bicara pada semua orang. Sikap Nyonya Annami juga tak berbeda dengan suaminya. 

Jari tangan Luke menyingkap lengan bajunya, melihat jam di pergelangannya. “Bisa lebih cepat lagi? Kau tahu jam berapa jadwal pertemuanku hari ini?”

Mendengar itu, Ronan spontan melirik jam tangannya pula. 

“Maaf, Tuan. Satu jam lagi pertemuan itu dimulai” ucapnya gugup. “Aku akan lebih cepat lagi.”

Setelah mengetahui mereka tak punya banyak waktu, Ronan segera menaikkan kecepatan mengemudinya. Beruntungnya, situasi di jalanan sangat mendukung untuk mengemudi dengan kecepatan maksimal begini. 

Saat Ronan masih dihadapkan dengan canggung dan kegugupan yang belum usai, tiba-tiba sesuatu terjadi. 

Ciiiiiitttt. 

Ronan memutar kemudinya dengan cepat, lalu menginjak pedal rem mendadak. Luke kaget bukan main. Terlebih dengan Ronan. Sebuah mobil yang tengah melintas di depan mobil Luke, mendadak berhenti. Dan Ronan yang masih dalam kecepatan maksimal nyaris tak dapat menghindari kecelakaan yang bisa saja terjadi saat itu. Beruntung, nasib baik masih berpihak dengan mereka. 

“Tuan, kau baik-baik saja?” Ronan membalikkan tubuhnya, menghadap kursi belakang dengan kepanikan. “Maafkan aku, Tuan. Aku benar-benar tidak tahu mobil itu berhenti mendadak di tengah jalan begini.”

Meski ia juga merasa jantungnya nyaris copot dan benar-benar panik, Luke berhasil mengendalikan diri. Ekspresinya datar. “Turun dan cepatlah kau urus orang gila yang membawa mobil bar-bar itu.”

“Baik, Tuan.”

Setelah melepas sabuk pengaman, Luka bergegas turun dan menghampiri mobil yang baru saja hampir membuat hidupnya selesai. Ia mengetuk kaca mobil yang masih tertutup itu, tak lama seseorang dari dalam mobil tersebut membuka pintu dan turun. 

Ellshora berdiri di hadapan Ronan, wajahnya nampak pucat pasi. Ekspresi panik, takut dan bingung jadi satu. 

“Maaf, Tuan. Maafkan aku.” Ellshora menangkupkan kedua telapak tangan dan menundukan sedikit tubuhnya pada Ronan. 

Di balik kaca mobil, Luke melihat seorang gadis ‘gila’ yang keluar dari mobil. Sementara ia hanya duduk di kursinya, menyaksikan dua orang itu dari jauh tanpa bisa mendengar suara apapun. 

“Nona, kau tidak seharusnya membahayakan dirimu sendiri dan juga orang lain begini. Kalau kau tak bisa mengemudi, kau bisa naik kendaraan umum,” tegur Ronan. “Apa kau punya SIM?”

Wajah Ellshora masih memperlihatkan ekpresi yang sama. Ia benar-benar bingung. 

“Bukan begitu. Tiba-tiba saja mobilku mogok di tengah jalan begini,” papar Ellshora. 

Ronan memandangi mobil Ellshora sesaat. Lalu beralih pada gadis yang masih berdiri di depannya, dari atas sampai bawah. Ellshora benci seseorang yang memandanginya seperti itu. Tapi itu hanya sebentar, Ronan cepat memalingkan pandangannya ke arah mobil Luke. Ia ingat, mereka harus cepat sampai kantor sebelum pertemuan itu dimulai. 

“Maaf, Tuan. Bisa kau membantuku?” harap Ellshora.

“Kau tau mesin mobil kan?” tambahnya. 

Cepat Ronan menoleh ke arah Ellshora kembali. “Maaf, Nona. Aku sedang buru-buru. Kau bisa menelpon bengkel langgananmu dan tunggu saja mereka datang.”

Jawaban itu membuat Ellshora murung, tapi ia masih mengharapkan pertolongan.

“Kalau aku ikut denganmu dulu, bagaimana?”

“Sekali lagi, maaf Nona. Tidak bisa. Aku bersama atasanku, dan kami sedang buru-buru. Aku harus pergi sekarang,” terang Ronan. 

Langkah kaki Ronan tegas, ia kembali ke mobilnya dan bersiap untuk pergi karena waktu terus berjalan. Sementara Ellshora terus memandangi Ronan, bahkan setelah Ronan sudah berada dalam mobil. Luke juga melihat bagaimana tatapan Ellshora yang terlihat murung dan nampak tidak baik-baik saja. 

“Apa yang terjadi? Kenapa dia seperti masih mengharapkan sesuatu denganmu?” tanya Luke. Meski ia tak begitu penasaran, tapi tatapan Ellshora yang tak berpaling juga membuatnya cukup terusik.

“Mobilnya mogok, dia meminta bantuan untuk memperbaikinya. Aku sudah menyuruhnya mengubungi bengkel dan menunggu mereka datang,” terang Ronan. Dan ia hanya mendapat sebuah anggukan dari Luke. 

“Arrrrgggggg!!!!”

Pekikan Ellshora terdengar bersamaan dengan suara petir yang tiba-tiba datang dengan kerasnya. Kedua tangan Ellshora spontak menutup kedua telinganya, dan tubuhnya yang dari tadi berdiri langsung terduduk di jalanan.

Bersamaan dengan itu, langitpun mendadak berubah menjadi pekat. Cuaca sangat mendung, gumpalan awan-awan hitam bersiap menumpahkan hujan.

Mata Luke mengitari situasi jalanan. Ia akui, Fleet street memang indah. Tapi dalam situasi seperti ini sangat kontras dengan keindahan yang dikagumi Luke dengan tempat ini, Jejeran pepohan besar, kesunyian karena tak ada kendaraan lain yang melintas dan seorang gadis dengan mobil mogoknya sendirian. Tentu itu situasi yang aman. 

“Bawa dia masuk ke dalam sekarang. Dan cepat lanjutkan perjalanan kita. Aku harus cepat sampai ke pertemuan itu.”

Luke terkejut. “Hah?”

Tapi Ellshora lebih terkejut lagi bisa berada di dalam mobil semewah ini. Jika sebelumnya ia dekat dengan banyak pria kaya, Luke adalah pria yang paling unggul diantara mereka semua. Interior mobilnya, aroma wanginya dan semua fitur mobil ini benar-benar membuatnya yakin bahwa ini adalah mobil termahal yang ia lihat. 

Senyuman Ellshora sangat puas, ia meraih sesuatu dalam tasnya. Lalu ia mengetikkan dua kalimat, dan langsung mengirim pesan singkat itu pada Daniel, sepupunya. 

“Sesuai rencana” begitu isi pesannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status