Share

BAB 4. Menyusun Strategi

Sonic Group adalah perusahaan besar di bidang elekronik yang sudah sembilan puluh tahun berdiri. Negara ini mengakui bahwa Sonic Group mempunyai andil yang besar dalam perekonomian Inggris. Bahkan jaringannya sudah diterima oleh banyak negara Eropa dan Asia. 

Pendiri utamanya Tuan Jacob Whiston, yang setelah meninggalnya, ia mewariskan semua aset pada putra semata wayangnya. Tuan Chris Whiston. 

Waktu berjalan, dan Chris menyadari bahwa ia tidak bisa selamanya menggenggam sendiri perusahaan yang sudah dibangun mendiang ayahnya. Ia menghabiskan masa mudanya berkutat sebagai pebisnis handal. Jadi, di usianya sekarang, sudah saatnya ia mewarisi semua pada Luke Whiston. Agar ia bisa sedikit membebaskan diri dari semua beban bisnis di usia senjanya. 

Di gerung Sonic Group, orang-orang melakukan aktivitas seperti biasa. Semua pegawai sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Di kantor bagian divisi pemasaran, di ruangan tim 2, seorang laki-laki baru saja keluar dari sana. Begitu menerima sebuah panggilan, ia menarik diri dari sekumpulan orang supersibuk di ruangannya. 

Begitu berada di depan ruangan yang lebih tenang, ia menyentuh layar ponsel dan menempelkan benda tersebut di telinganya.

“Hallo,” ucap Daniel.

Suara di balik panggilan itu, seketika membuat ekpresi Daniel berubah dengan cepat. Senyumnya nampak penuh kepuasan sembari mengangguk-anggukkan kepala. 

“Baiklah. Sekarang waktunya Ell bekerja,” kata Daniel.

Sebelum mengakhiri panggilan, Daniel mengatakan sesuatu. “Katakan pada Angel, aku akan memberinya boneka paling besar nanti. Aku juga berjanji mengajak anak itu jalan-jalan. Asal ayahnya bersedia bekerja sama denganku terus.”

Daniel menyeringai. 

“Aku tutup dulu,” ucapnya lagi sembari langsung mengakhiri panggilan itu. 

Setelah itu, ia tidak segera kembali ke ruangan kerjanya. Daniel harus melakukan panggilan baru. Meski ia tahu setumpuk pekerjaan menunggu di mejanya, tapi bagi Daniel ada yang harus ia dahulukan sekarang.

“Hallo, Ell.”

Begitu panggilan baru tersambung pada Ellshora, semangat Daniel mulai menggebu-gebu. 

“Luke akan melewati Fleet Street. Kamu bisa pakai mobil mewahku untuk menikmati ketenangan di jalan itu, Sayang,” goda Daniel. Tapi godaan Daniel yang sampai ke telinga Ellshora justru terdengar seperti suara dengungan lalat yang mengganggu. 

Di seberang jalan, depan sebuah toserba yang tak jauh dari rumah Ellshora, gadis itu duduk dalam sebuah mobil. Tentu ini bukan sebuah mobil yang layak disebut mewah. Mobil tua dengan banyak masalah di dalamnya.

“Ada banyak jalan yang bisa membuatnya cepat sampai ke kantor, kenapa malah milih jalan yang panjang itu, sih?”  celetuk Ellshora sembari menikmati es krim cone rasa bluberry. 

Daniel enggan menggubris soal itu. “Cepat lakukan tugasmu sekarang. Kamu harus lebih dulu sampai darinya. Mengerti?”

Ellshora juga enggan menjawab. Ia menutup panggilan tanpa basa-basi. Usai menghabiskan es krim di tangannya, dengan segera ia menyalakan mesin mobil, menginjak pedal gas kemudian langsung mengemudi dengan kecepatan maksimal. 

‘Tidak sopan sekali dia. Tanpa permisi menutup panggilan dari bos yang memberinya pekerjaan,’ gerutu Daniel. Dan tiba-tiba sebuah notifikasi masuk di ponselnya. Sebuah informasi mengenai cuaca hari ini.  

‘Hujan?’ ucap Daniel dalam hati. Ada sebuah ide yang terasa seperti air mengalir di otaknya. ‘Takdir sedang mendukung rencanaku hari ini,’ imbuhnya dengan senyuman penuh kepuasan. 

Daniel pikir, strateginya akan membuahkan hasil sesuai prediksi. 

Dan benar saja. Semua ide yang sebelumnya sudah diatur laki-laki itu, dan dikerjakan oleh Ellshora, benar-benar berjalan lancar. Lima menit setelah Ellshora berada dalam mobil Luke, dan Ronan mulai mengemudi, hujan turun dengan derasnya. 

Ellshora berkali-kali melirik ke kaca spion tengah di dalam mobil. Dari sana, ia bisa melihat seorang Luke Whiston duduk di kursi belakang seorang diri. Cukup lama Ellshora merasakan keheningan yang terasa aneh. Meskipun suara hujan turun nampak seperti tumpahan air dari langit, tapi kendaraan yang Luke beli dengan harga fantastis mampu menolak kebisingan apapun dari luar. 

“Emmm ... sebelumnya, terima kasih atas pertolonganmu, Tuan,” Ellshora mencoba memecahkan suasana, membuka pembicaraan. 

“Pertolonganmu datang tepat waktu. Kalau tidak, aku  bisa terjebak hari yang sangat buruk,” imbuh Ellshora sembari melirik ke spion tengah lagi. Tapi yang ia lihat, Luke masih tak bereaksi apapun. 

Ellshora pikir, Luke harus mendengar ucapan terima kasihnya. Ia mencobanya lagi. “Terima kasih banyak, Tuan.”

Mata Ellshora tak berpaling dari tadi, sehingga ia masih bisa melihat Luke sama sekali tak memberi reaksi. Sepatah katapun, ia tak mendengarnya. Ellshora tersenyum kecut, ia melirik ke Ronan, dan untungnya pria itu membalas senyumannya. 

Kantor Sonic Group tampak megah. Menjulang tinggi nyaris mencakar langit. Gedung itu mempunyai banyak lantai, dan tak terhitung pula orang yang bergantung hidupnya bekerja di sana. Mobil Luke berhenti di depan pintu utama, yang langsung disambut beberapa petugas keamanan berseragam eksekutif. Setelah pintu mobil dibuka, Luke turun. 

Cody, sekretaris sekaligus asisten pribadi Luke, sudah berdiri di depan CEO muda itu. “Semua petinggi sudah menunggumu, Tuan,” katanya memberitahu Luke. 

Luke mulai melangkahkan kaki memasuki gedung itu untuk segera masuk ke ruang pertemuan. Diikuti Cody dan beberapa pengawal berseragam. Meski masih ada sepuluh menit lagi, bagi Luke ia seperti sudah kehabisan waktu. Pertemuan ini harus segera dimulai. 

Ellshora yang masih berada dalam mobil, akhirnya turun dengan bingung. Ronan langsung mendekatinya. 

“Aku sudah mengurus mobilmu. Kau bisa pulang setelah orang bengkel mengantarkan mobilmu ke sini. Mari menunggu di dalam, ” ajak Ronan. 

Ellshora menganggukkan kepala, mengiyakan ajakan Ronan barusan. “Baik, Tuan.”

    

Ronan membawa Ellshora masuk ke lobi, duduk di kursi yang berada di ruangan itu. 

Sementara Ronan pergi meninggalkan Ellshora karena ada urusan yang harus ia lakukan sekarang. Ellshora tak masalah, sebab tugasnya hari ini sudah beres. Ia tinggal menunggu mobilnya kembali dan segera pulang. 

Ellshora sendiri tak pernah berpikir melangkah sejauh ini. Selama ini targetnya tentu bukan tandingan seorang Luke. Entah mengapa Daniel berpikir Luke bisa takluk oleh Ellshora. Kemewahan tempat ini jelas menggambarkan kesempurnaan Luke Whiston. Meski ia ragu mampu menyelesaikan rencana ini dengan baik, ia harus meyakinkan dirinya sendiri. Karena kehidupan yang ia impikan selama ini bersama Zane berada di sebuah pintu. Dimana Luke adalah seorang pemegang kunci tersebut. 

Kurang lebih satu jam, Ellshora menunggu. Hingga datanglah seseorang pembawa kunci. Tetapi bukan Luke. 

“Sayang,” goda Daniel. 

Ekpresi Ellshora terkesan jijik. 

Daniel meraih tangan Ellshora, lalu memberikan sesuatu dan menangkupkan kedua tangan gadis itu dalam genggamannya. “Kamu bisa pulang sekarang. Hari ini kamu mendapat fasilitas terbaik dariku. Setidaknya kamu tidak perlu menunggu taksi,” kata Daniel setelah memberi kunci mobilnya pada Ellshora dan melepas genggaman tangan itu.

Sudut bibir Ellshora terangkat, wajahnya masam. 

“Taksi jauh lebih baik dari mobil tuamu,” celetuk Ellshora yang langsung pergi dari situ tanpa permisi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status