Share

5 Masalah

Setelah agak jauh sebelum sampai di mobil, Artika kelelahan. 

"Yudika mari kita duduk, aku merasa pusing." Ujar Artika.

Artika duduk dan melihat bayangan hitam dikepalanya.  Ia merasa lemas, kemudian semuanya gelap. 

Artika pingsan tidak sadar diri. Ketika terbangun, dia sudah berada dirumah sakit.

Ia mendengar suara Yudika. 

"Artika,  bisakah kau mendengarku?" 

Artika mencoba untuk membuka matanya. Semuanya menjadi jelas sekarang.  Terbaring ditempat tidur. 

Yudika duduk di sebelahnya dan memegang tangan Artika. 

Gadis itu mencoba menggerakkan tangannya.

"Yudika, apa yang terjadi? Di mana aku? " Artika  sadar dari pingsannya.

"Kamu sudah bangun, kamu tidak pingsan ketika berjalan." Yudika mengatakan sambil memegang  wajah Artika merasakan suhu tubuhnya.

"Sudah semuanya baik-baik saja, aku akan menjaganya  di sini," lanjut Yudika.

Dokter melihat kepada Yudika. 

"Istri kamu kelelahan, bisa jadi kurang darah "

Tentu saja Yudika tahu. 

"Ini kehamilan pertama, bisa jadi ada sedikit kesulitan." 

Artika melihat dengan penuh semangat, berpaling dari gadis berjas putih itu. Dokter dan perawat dirumah sakit. 

“Kamu kelelahan dan kamu akan tinggal di sini selama satu jam lagi, tidurlah dan kemudian boleh pulang,"

Dokter mulai mendekati pintu, membukanya dan pergi keluar.

Yudika mengusap rambut Artika dan menyuruhnya tidur memulihkan diri. 

Setelah satu jam mereka pulang. Yudika memeluk Artika dan menuntunnya ke mobil. 

 

***

Kandungannya juga sudah membesar, perut bagian bawah Artika mulai sering sakit.

"Ini sudah hampir dekat,

 melahirkan. " Kata Artika.

"Aku akan lebih sering dirumah," Yudika memberikan jaminan. 

"Tidak perlu, aku akan menelpon ambulance dan juga kamu kalau waktunya."

Yudika dengan tekun terus bersamanya memperhatikan Artika. 

Ia harus membagi waktu dengan kuliahnya. 

 Artika juga membatasi dirinya membawa mobil. 

Ia secara rutin memeriksakan dirinya kedokter Kandungan. Meski ia banyak tahu dengan kesehatan. 

Waktu kelahiran segera tiba, malam itu Yudika menghantarkannya ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Artika menemui dokter  dan memeriksa bukaannya.

Mereka memasukkan dia ke ruangan bersalin.

"Jadi Artika, tenanglah. Saya menunggumu."

Yudika memeluknya, membelai punggungnya.

Kata-kata dan tindakan Yudika membuat Artika merasa sedikit lebih baik.

Setelah beberapa jam yang menyakitkan, ketika melahirkan keduanya memegangi tangan  putra mereka yang lahir dengan sehat.

"Yudika lihat, aku sangat senang," Artika berteriak dalam tangisan yang melelahkan. 

Artika menatap mata Yudika dan menangis bahagia, orang-orang terdekatnya sekarang adalah Yudika tercinta dan putra mereka yang baru saja lahir. 

"Anakku, aku juga senang memilikimu! Terima kasih atas kebahagiaan kami, " Yudika mencium hidung anaknya.

"Siapa akan kita beri nama si kecil ini?" Tanya Yudika.

"Kita beri nama Arry saja," jawab Artika.

"Itu terlalu pendek'," bantah Yudika.

"Nama lengkapnya, Arri Yudika Putra," sambung Artika pula.

Mata Yudika bersinar. 

"Baiklah, aku suka itu. Arri Yudika Putra," ujarnya lagi mengulang.

"Dia akan segera mewarnai hidup kita," mata Yudika berbinar binar. 

"Lalu, kapan kita memberitahu kakeknya?" Tanyaku.

Yudika tidak segera menjawab. Setelah berpikir sebentar berkata. 

"Segera, setelah kamu siap, juga ibumu." Katanya pelan. 

"Aku akan memberitahu ibuku, setelah beberapa bulan."

"Kamu tahu, orang tuaku tinggal ditempat yang jauh dan aku ingin cepat menyelesaikan studiku baru memberitahu mereka " Ujarnya lagi.

***

Di pagi hari Michael membangunkan Artika dengan ciuman yang tidak biasa dan penuh gairah. 

Artika memperdalam ciumannya, lalu sentuhannya di sekujur tubuh. 

Yudika suka dengan leher Artika dan menggigitnya, lalu menciumnya, menjulurkan lidahnya di lehernya. 

Artika tidak bisa menahan erangan. Dia melepas pakaian, menyentuh dada Artika, membuka bra membelai satu persatu dengan lidahnya.

Kembali ke bibir, mencium dengan longgar, menarik bibir atas atau bawah. 

 Langkahnya cepat, tidak terkendali. Artika mengerang di bawahnya, mencoba menahan  menggigit bibir terlebih dahulu.

Dia menyelesaikan dengan lambat dan berirama.

 

Artika semakin tenggelam di dalamnya. Dia sangat mencintainya! "

Dengan senang Artika  tertidur dalam pelukan tercinta.

Artika berbaring diam, dua puluh menit kemudian, dia memutuskan  untuk bangun. 

Setelah mencuci, dia pergi ke dapur dengan kejutan kecil.

Lagi lagi Yudika mendatanginya dan mencium di bibirnya.

Artika juga menghampiri  dan mencium suaminya di sudut bibir. 

Senang juga ketika anak Artika sudah 3 tahun. 

Ia membuatkan  bubur lunak. Dengan tersenyum Arri anak Artika  melihat kepadanya.

"Jaga si kecil itu, aku akan memasak," kata Artika sambil bangun dari tempat tidur,.

"Aku akan pergi ke kamar mandi dan pergi. Aku tidak akan lama, " kata Artika dan pergi ke kamar mandi.

Artika keluar dari kamar mandi dalam waktu sekitar dua puluh menit dan pergi ke dapur.

"Pergilah menonton TV, sementara aku akan mencuci piring," kata Artika mengumpulkan piring dari meja dan mendorongnya ke pintu keluar.

Dalam sepuluh menit dia sudah bergabung dengan ayah dan anak menonton kartun.

Setelah menghabiskan satu jam Arri tertidur di sofa.

***

Aula itu sangat besar, didekorasi dengan indah. 

Ada banyak orang, kenalan, dan mereka yang saya lihat untuk pertama kalinya. 

Yudika membimbing anaknya berjalan, langkah kecilnya terlihat lucu.

Dia mendukung Arri membawanya keluar membeli es krim.

Artika ditinggal dalam ruangan.

Di antara kerumunan, Artika melihat Sarah, orang yang suka usil dan mengganggunya. 

 "Hai, saya sudah lama tidak melihat kamu." Ujar Sarah kepada Artika.

Artika tidak suka dengan Sarah. Tapi dia teman baik Yudika.

"Akhirnya aku tahu, bahwa kamu sudah menikah," ujarnya pula dengan suara kering. 

"Apa kabar  Sarah," sapaku kepadanya.

"Aku baik saja, tapi engkau lebih beruntung dariku. Kita akan lihat seberapa baik keberuntungan kamu," ujarnya sambil tersenyum yang sulit diartikan.

"Apa maksud kamu?" Tanya Artika.

"Apa kakek dan neneknya sudah datang," tanya Sarah yang membuat  Artika terdiam. 

"Kami akan segera pulang, menemui kakek dan nenek anakku," jawab Artika.

"Apakah mereka akan menerima kamu?" Lagi lagi Sarah menghunjamkan sesuatu di jantung Artika.

"Tentu saja; tidak akan kesulitan," jawab Artika pula.

"Cukup jauh juga tempat kakek dan neneknya, tapi pada waktu wisuda Yudika dia pasti datang. Itu hanya beberapa bulan lagi."

Artika terdiam dengan berbagai perasaan yang menggumpal dalam dirinya. 

"Maksud kamu apa iya? Kamu merasa kami tidak diterima iya?" Artika mulai marah. 

"Bukan urusan kamu mencampuri hidupku," Artika mulai menunjukan perlawanan. 

Sesuatu yang tidak diduga Sarah dengan mulut usilnya.

@@@

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status