Share

5 Masalah

Penulis: YUDI MASRAMID
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-18 18:25:56

Setelah agak jauh sebelum sampai di mobil, Artika kelelahan. 

"Yudika mari kita duduk, aku merasa pusing." Ujar Artika.

Artika duduk dan melihat bayangan hitam dikepalanya.  Ia merasa lemas, kemudian semuanya gelap. 

Artika pingsan tidak sadar diri. Ketika terbangun, dia sudah berada dirumah sakit.

Ia mendengar suara Yudika. 

"Artika,  bisakah kau mendengarku?" 

Artika mencoba untuk membuka matanya. Semuanya menjadi jelas sekarang.  Terbaring ditempat tidur. 

Yudika duduk di sebelahnya dan memegang tangan Artika. 

Gadis itu mencoba menggerakkan tangannya.

"Yudika, apa yang terjadi? Di mana aku? " Artika  sadar dari pingsannya.

"Kamu sudah bangun, kamu tidak pingsan ketika berjalan." Yudika mengatakan sambil memegang  wajah Artika merasakan suhu tubuhnya.

"Sudah semuanya baik-baik saja, aku akan menjaganya  di sini," lanjut Yudika.

Dokter melihat kepada Yudika. 

"Istri kamu kelelahan, bisa jadi kurang darah "

Tentu saja Yudika tahu. 

"Ini kehamilan pertama, bisa jadi ada sedikit kesulitan." 

Artika melihat dengan penuh semangat, berpaling dari gadis berjas putih itu. Dokter dan perawat dirumah sakit. 

“Kamu kelelahan dan kamu akan tinggal di sini selama satu jam lagi, tidurlah dan kemudian boleh pulang,"

Dokter mulai mendekati pintu, membukanya dan pergi keluar.

Yudika mengusap rambut Artika dan menyuruhnya tidur memulihkan diri. 

Setelah satu jam mereka pulang. Yudika memeluk Artika dan menuntunnya ke mobil. 

 

***

Kandungannya juga sudah membesar, perut bagian bawah Artika mulai sering sakit.

"Ini sudah hampir dekat,

 melahirkan. " Kata Artika.

"Aku akan lebih sering dirumah," Yudika memberikan jaminan. 

"Tidak perlu, aku akan menelpon ambulance dan juga kamu kalau waktunya."

Yudika dengan tekun terus bersamanya memperhatikan Artika. 

Ia harus membagi waktu dengan kuliahnya. 

 Artika juga membatasi dirinya membawa mobil. 

Ia secara rutin memeriksakan dirinya kedokter Kandungan. Meski ia banyak tahu dengan kesehatan. 

Waktu kelahiran segera tiba, malam itu Yudika menghantarkannya ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit Artika menemui dokter  dan memeriksa bukaannya.

Mereka memasukkan dia ke ruangan bersalin.

"Jadi Artika, tenanglah. Saya menunggumu."

Yudika memeluknya, membelai punggungnya.

Kata-kata dan tindakan Yudika membuat Artika merasa sedikit lebih baik.

Setelah beberapa jam yang menyakitkan, ketika melahirkan keduanya memegangi tangan  putra mereka yang lahir dengan sehat.

"Yudika lihat, aku sangat senang," Artika berteriak dalam tangisan yang melelahkan. 

Artika menatap mata Yudika dan menangis bahagia, orang-orang terdekatnya sekarang adalah Yudika tercinta dan putra mereka yang baru saja lahir. 

"Anakku, aku juga senang memilikimu! Terima kasih atas kebahagiaan kami, " Yudika mencium hidung anaknya.

"Siapa akan kita beri nama si kecil ini?" Tanya Yudika.

"Kita beri nama Arry saja," jawab Artika.

"Itu terlalu pendek'," bantah Yudika.

"Nama lengkapnya, Arri Yudika Putra," sambung Artika pula.

Mata Yudika bersinar. 

"Baiklah, aku suka itu. Arri Yudika Putra," ujarnya lagi mengulang.

"Dia akan segera mewarnai hidup kita," mata Yudika berbinar binar. 

"Lalu, kapan kita memberitahu kakeknya?" Tanyaku.

Yudika tidak segera menjawab. Setelah berpikir sebentar berkata. 

"Segera, setelah kamu siap, juga ibumu." Katanya pelan. 

"Aku akan memberitahu ibuku, setelah beberapa bulan."

"Kamu tahu, orang tuaku tinggal ditempat yang jauh dan aku ingin cepat menyelesaikan studiku baru memberitahu mereka " Ujarnya lagi.

***

Di pagi hari Michael membangunkan Artika dengan ciuman yang tidak biasa dan penuh gairah. 

Artika memperdalam ciumannya, lalu sentuhannya di sekujur tubuh. 

Yudika suka dengan leher Artika dan menggigitnya, lalu menciumnya, menjulurkan lidahnya di lehernya. 

Artika tidak bisa menahan erangan. Dia melepas pakaian, menyentuh dada Artika, membuka bra membelai satu persatu dengan lidahnya.

Kembali ke bibir, mencium dengan longgar, menarik bibir atas atau bawah. 

 Langkahnya cepat, tidak terkendali. Artika mengerang di bawahnya, mencoba menahan  menggigit bibir terlebih dahulu.

Dia menyelesaikan dengan lambat dan berirama.

 

Artika semakin tenggelam di dalamnya. Dia sangat mencintainya! "

Dengan senang Artika  tertidur dalam pelukan tercinta.

Artika berbaring diam, dua puluh menit kemudian, dia memutuskan  untuk bangun. 

Setelah mencuci, dia pergi ke dapur dengan kejutan kecil.

Lagi lagi Yudika mendatanginya dan mencium di bibirnya.

Artika juga menghampiri  dan mencium suaminya di sudut bibir. 

Senang juga ketika anak Artika sudah 3 tahun. 

Ia membuatkan  bubur lunak. Dengan tersenyum Arri anak Artika  melihat kepadanya.

"Jaga si kecil itu, aku akan memasak," kata Artika sambil bangun dari tempat tidur,.

"Aku akan pergi ke kamar mandi dan pergi. Aku tidak akan lama, " kata Artika dan pergi ke kamar mandi.

Artika keluar dari kamar mandi dalam waktu sekitar dua puluh menit dan pergi ke dapur.

"Pergilah menonton TV, sementara aku akan mencuci piring," kata Artika mengumpulkan piring dari meja dan mendorongnya ke pintu keluar.

Dalam sepuluh menit dia sudah bergabung dengan ayah dan anak menonton kartun.

Setelah menghabiskan satu jam Arri tertidur di sofa.

***

Aula itu sangat besar, didekorasi dengan indah. 

Ada banyak orang, kenalan, dan mereka yang saya lihat untuk pertama kalinya. 

Yudika membimbing anaknya berjalan, langkah kecilnya terlihat lucu.

Dia mendukung Arri membawanya keluar membeli es krim.

Artika ditinggal dalam ruangan.

Di antara kerumunan, Artika melihat Sarah, orang yang suka usil dan mengganggunya. 

 "Hai, saya sudah lama tidak melihat kamu." Ujar Sarah kepada Artika.

Artika tidak suka dengan Sarah. Tapi dia teman baik Yudika.

"Akhirnya aku tahu, bahwa kamu sudah menikah," ujarnya pula dengan suara kering. 

"Apa kabar  Sarah," sapaku kepadanya.

"Aku baik saja, tapi engkau lebih beruntung dariku. Kita akan lihat seberapa baik keberuntungan kamu," ujarnya sambil tersenyum yang sulit diartikan.

"Apa maksud kamu?" Tanya Artika.

"Apa kakek dan neneknya sudah datang," tanya Sarah yang membuat  Artika terdiam. 

"Kami akan segera pulang, menemui kakek dan nenek anakku," jawab Artika.

"Apakah mereka akan menerima kamu?" Lagi lagi Sarah menghunjamkan sesuatu di jantung Artika.

"Tentu saja; tidak akan kesulitan," jawab Artika pula.

"Cukup jauh juga tempat kakek dan neneknya, tapi pada waktu wisuda Yudika dia pasti datang. Itu hanya beberapa bulan lagi."

Artika terdiam dengan berbagai perasaan yang menggumpal dalam dirinya. 

"Maksud kamu apa iya? Kamu merasa kami tidak diterima iya?" Artika mulai marah. 

"Bukan urusan kamu mencampuri hidupku," Artika mulai menunjukan perlawanan. 

Sesuatu yang tidak diduga Sarah dengan mulut usilnya.

@@@

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • PERAWAT CINTA    Bab 22 Permainan Artika

    Artika mengalami malam terburuk hari itu. Freddy meletakkan jarinya di bawah dagu Artika dan dengan lembut mengangkat kepala Artika sampai menatapnya.“Kamu selalu bisa memanggilku, Artika, saya tidak marah. Sebenarnya, saya senang kamu menghubungi saya. .” Freddy mengatupkan gigi."Seseorang bisa saja menyakitimu dan aku tidak akan pernah bisa memaafkan diriku sendiri jika itu terjadi."Artika menatapnya, dan mencoba untuk melihat jauh ke dalam diri Freddy.Kaget keluar dari bibir Artika ketika dia menyadari bahwa bibirnya ada di bibir Freddy.Artika dengan pengaruh obat, sudah sangat ingin dicium oleh Freddy.Artika meleleh dengan desahan gemetar didalam pelukan yang kuat Freddy.," Saya ingin ini. Sentuh aku, cium aku, buka bajuku, tolonglah,” suara Artika penuh permohonan.Ia menginginkan lebih jauh, menginginkan pria ini sejak lama, dan kini ia tidak tahan lagi. Menyuruh Freddy men

  • PERAWAT CINTA    Bab 21 Minta Dipuaskan

    Tanpa menunggu untuk mendengar ajakan Alice, Freddy berbalik dan menuju mobilnya.Lokasi yang dia kirim jauh dari kota Michigan dan akan memakan waktu tiga puluh menit atau satu jam untuk sampai ke sana, bahkan tanpa lalu lintas sibuk. Tapi Artika terdengar bingung dan sedikit takut ketika dia menelepon, Jantung Freddy berdebar dengan kencang.Dia mulai meluncur di jalan-jalan Michigan. Tak lama kemudian, GPS membuat dia tiba ditempat yang yang sepi.Di mana tempat ini? Sulit dipercaya bahwa ini adalah Michigan yang biasanya terang benderang. Kini dia banyak menempuh jalan yang gelap. Freddy berhenti di tempat parkir yang penuh dengan mobil dengan cahaya berkelap-kelip. *** Tiba-tiba, napas Fredry tercekat karena ada sosok mungil berdiri di luar gudang, dan dia sendirian sedang menunggu . Itu Artika yang sedang menunggunya. Cahaya dari gudang menerangi siluetnya dan Artika t

  • PERAWAT CINTA    20 Pesta Luar Kota

    Hari itu Laura mengajaknya ke pesta di pinggir kota di sudut sudut kota Michigan. Laura telah mencoba setiap gaun seksi dan menawarkan agar Artika juga mencobanya Artika tergoda untuk pergi. Dia melakukan hal yang sama dengan Laura. Karena tidak ada lagi, ia tidak keberatan memakai gaunnya.Laura yang seksi dan berdua memutuskan akan berpesta malam itu. Artika memakai gaun hitam yahg nyaris tidak menutupi lekuk tubuhnya. Serba terbuka. "Pakaian kamu seksi semua," kata Artika. "Pakai saja, ini pesta," kata Laura santai. Gaunnya nyaris tidak menyembunyikan buah dada Artika. Ia mau pergi karena dia tidak mau sendirian dikamar asrama. “Kenapa pesta ini harus jauh jauh?" keluh Artika ketika Laura menyebutkan suatu tempat diluar kota. “Pesta-pesta terbaik ada di sana?" jawab Laura santai. “ Saya tahu kamu ingin pergi ke

  • PERAWAT CINTA    19 Galau

    BersamaMereka makan di restoran Mc Donald dengan santai dan menghabiskan waktu melihat Adelia bermain di arena bermain. Tidak banyak permintaannya dan hanya makan di restoran cepat saji biasa pada hal ayahnya cukup kaya.Beberapa "Toy " Mc Donald dimiliki Adelia dan dia sangat senang. Satu diantaranya adalah Toy untuk anak laki-laki."Untuk siapa itu?" Tanya Artika."Untuk adik, nantinya Adelia yang akan memberikan. Siapakah nama adik?" Tanya Adelia"Arri, panggil saja Arri Yudika,"jawab Artika."Sulit juga mengeja namanya, tapi Arri aku bisa," kata Adelia tersenyum.Artika ingat dengan Arri Yudika anaknya dan hatinya merasa perih karena mengabaikannya. Ia selalu sibuk bekerja dan bepergian dan sangat jarang membawa si kecil itu ke restoran seperti ini.Jalan jalan di Michigan tidak begitu ramai dan Freddy serta sopirnya membawa mobil dengan santai.Mobil berhenti di luar rumah saat senja mulai menyelimu

  • PERAWAT CINTA    18 Adelia

    Lima hari setelah itu Freddy menelpon Artika ke tempat kerja."Hai, bagaimana kamu?" Tanya Freddy Hamilton."Baik, terima kasih telah menelpon,"jawab Artika pendek."Apa kamu lupa? Kamu harus cek darah saya dan melakukan pengobatan.""Aku tidak lupa,'" jawab Artika."Aku akan datang," tambahnya."Saya akan pergi ketempat kamu kerja di bagian onkologie sambil pengecekan darah," ujar Freddy.Lalu dia berkata lagi."Ada yang ingin bertemu"Artika merasa suprise lelaki itu datang dan ada sesuatu yang berbeda saat itu.Seseorang gadis kecil datang menyertai Freddy."Anakku, sekarang aku mendapatkan hak asuhnya karena mantan istriku melepasnya.!""Apa yang terjadi?" Tanya Artika."Mantan istriku akan menikah lagi," Freddy tersenyum.Artika menatap anak itu. Seorang anak perempuan berusia 7 atau 8 tahun.Di ruang tunggu, anak perempuan itu melompat dari k

  • PERAWAT CINTA    17 Pulang

    Setelah berjalan disekitar taman dengan Artika, Freddy mencoba bersikap mesra. Begitulah Freddy, dihadapan kerabat Freddy seolah-olah begitu akrab berpacaran dengan Artika Ia memegang pinggang Artika dan dia tidak siap untuk itu. Dengan sedikit kekuatan Artika menggeliat keluar dari pelukan Freddy. "Kita adalah pasangan yang sedang jatuh cinta, biar mereka melihatnya." Ujar Freddy. Freddy ingin terus memeluk Artika. Wajah Artika gemetar dengan kikuk seperti demam. Tapi Freddy menatap Artika dengan tatapannya yang gelap. Ia kini menuju rumah neneknya. Sebuah rumah yang cukup indah, dan ada keluarga lain tinggal disana. Itu adalah kerabat Freddy dari ayahnya. Nenek Freddy dilihat Artika sebagai wanita yang luar biasa! Nenek itu, berusia delapan puluhan namun lebih muda dari penampilannya. Pipinya yang sedikit kemerahan merahan. Rambut rapi dengan sentuhan yang terawat me

  • PERAWAT CINTA    16 Sampanye

    Makan dan minum terus berlangsung dengan banyak tamu. Layaknya seperti pesta pernikahan. Sang nyonya rumah tidak memperhatikan lagi. Para wanita dengan kegiatannya sendiri. Para pria juga. Semua orang minum sampanye. Lelaki dan wanita. Anne Hamilton suka mabuk dan memaksa Artika menemaninya minum."Sampanye bagus untuk kesehatan," kata Anne Hamilton. "Tidak memabukkan seperti wine,wisky atau vodka," bujuk Anne Artika tidak tahu itu. Dia merasa tidak apa apa minum. Artika menurut seperti para wanita itu. Teman teman Anne juga. Buih sampanye menggoda dan Artika ingin akrab dengan para wanita. Meski tidak biasa dengan gaya hidup Amerika membuat Artika mabuk. Kepalanya sakit dan mual. Ia segera kembali kekamar sebelum jatuh. Ingin tidur dan berbaring. Artika merasa malu mengakui bahwa dia mabuk. Apalagi melihat para wanita itu kelihatan biasa biasa saja. Sampanye membuat pikiran Artika berat.

  • PERAWAT CINTA    15 Kerabat

    "Aku akan minum air atau jus saja," kata Artika."Baiklah, minuman kamu segera datang," kata Mama Freddy yang bernama Jenie Oei.Setelah beberapa saat, sebuah gelas besar berwarna kuning, dengan sedotan, buah-buahan, berada di tangan Artika.Artika minum dengan hati-hati. Terasa sejuk di kerongkongan.Ibunya memperkenalkan dia kepada kerabat dan teman-temannya."Apakah Freddy akan menikah?" Tanya kerabatnya."Tentu saja," jawab mama Freddy cepat.Mereka menyalami Artika dengan hangat."Kamu cantik sekali, wajahmu putih bersih," puji mereka.Artika tersenyum malu, ia juga menyalami mereka dan mereka para wanita mencium pipi Artika.Artika mencoba mengingat nama dan wajah para tamu kerabat Freddy dan ibunya.Nyonya Lana Ong adalah sahabat ibunya. Anne adik perempuan Freddy. Sementara Peter adalah sepupu dari ayahnya.Banyak lag

  • PERAWAT CINTA    14. Fred Hamilton

    Artika sudah berjanji membantu Freddy merawat luka. Artika yakin lelaki kaya seperti Freddy bisa mendapatkan apa saja .Ia bisa mendatangkan dokter kerumahnya.Tapi Freddy Hamilton mendesaknya."Kamu harus menyelesaikan pekerjaan kamu, bukankah itu pekerjaan sebagai perawat?""Kondisi kamu sudah membaik dan kita sudah melakukan plhebotomy.""HB saya masih tinggi iya?""Kita melakukan seminggu lagi, sesuai saran dokter kamu," ujar Artika pula."Saya akan datang membantu kamu," janji Artika."Gaji awal kamu dapat diambil," berkata lagi Fredy."Itu tidak bisa, aku belum bekerja," Artika menolaknya. "Satu lagi, kamu membantuku menghadiri ulang tahun ibuku," Fredy mengatakan dengan mata bersinar. "Maksud kamu apa Freddy?""Aku belum bercerita iya ? Ibuku orang Malaysia, China Malaysia. Ayahku telah meninggal dan ibuku selalu setia dengan ayah dengan tidak menikah lagi."A

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status