Share

4 Keluarga dan si Kecil

Yudika memeluk, mencium dengan sungguh-sungguh, menekan lebih dekat pada tubuh Artika. 

Kemudian dia dengan lembut merebahkan istrinya ke tempat tidur.

Yudika melepas sisa pakaian Artika. Dia mulai mencium kaki Artika, naik lebih tinggi.

Yudika menatap mata Artika saat dirinya tenggelam di samping Artika di tempat tidur.

Yudika mencium lagi, pertama bibir, leher, lalu turun dan terus turun. 

Saat Yudika mencapai perut Artika,  dia dengan lembut membelai .

Artika mengusap pundaknya dengan telapak tangan.

Yudika bangkit lagi dan mencium bibir Artika saat dia mulai memasuki tubuh Artika dengan lembut.

Artika memutar mata pada gerakannya lambat, sensual.

Artika ingin lebih cepat.

"Lebih cepat, Yudika," teriak Artika dengan mata sayu. 

Tidak perlu bertanya berkali-kali, Yudika mulai bergerak lebih cepat, lebih kuat. 

Dengan setiap dorongan baru dalam diri Artika, erangannya menjadi semakin keras. 

Yudika bergerak cepat dan  selesai menghembuskan napas dengan menyebut nama Artika.

Yudika tenggelam di samping Artika dan mencium dahi, pipi, leher, bibir Artika.

Yudika menariknya lebih dekat, Artika meletakkan kepalanya di dadanya.

Yudika meletakkan tangannya di perut Artika.

 ***

Perkawinan sudah terjadi, pikiran Artika menjadi galau. Sebaiknya dia memberi tahu ibunya. 

Artika mengambil telpon genggam, mulai menelpon ibu.

"Apa kabarmu nak, bagaimana kuliah Kamu?" Tanya ibunya. 

"Sudah selesai bu, mungkin dilanjutkan lagi," jawab Artika dengan lemah. 

"Kamu tidak menelpon iya, selamat," ujar ibunya sedikit dengan nada gembira. 

Artika mengatur napas, sebelum bicara lebih lanjut.

"Aku akan minta izin bu," Artika langsung mengatakan kepada ibunya. 

"Katakan saja Artika, ibu mendengarkan," suara ibunya terdengar lirih. 

"Umurku sudah 25 tahun bu, aku memerlukan teman," kata Artika hati hati. 

"Apa maksudmu teman?"

"Aku ingin menikah bu," suara Artika tersendat di kerongkongan . ibunya tertegun. 

"Apa yang harus ibu bantu Artika?"

"Aku minta restu ibu, itu saja," ujar Artika pula. 

"Tentu aku akan merestui kamu, bisa hubungi paman kamu?"

"Itu terlalu jauh bu, sederhana saja."

Ibunya terdiam sebentar. 

"Siapa calon suamimu Artika?"

"Masih kuliah kedokteran, mungkin 3 atau 4 tahun lagi selesai."

"Baiklah, jaga dirimu baik-baik dan salam untuk menantu ibu iya," ibu Artika menutup telepon. 

***

Hari ini adalah hari ulang tahun Yudika. 

Dia sudah berumur dua puluh tujuh tahun. Artika menyiapkan kejutan untuknya malam itu.

Dia ingin mengadakan pesta acara sedikit, namun Yudika melarangnya.

Keinginannya menyewa restoran besar dan kepada teman temannya belum disetujui Yudika .

 Itu masih menjadi rahasia sampai orang tua Yudika tahu dan merestui mereka.

"Kita pergi makan saja diluar, aku tidak mau kamu menjadi lelah," ujar Yudika. 

"Aku tidak lelah, tapi baiklah. " Artika mengalah. 

Namun perasaannya mulai tidak nyaman. Ini mungkin bawaan dari kehamilan pertama.

Tapi kemudian dia mengerti, ini sebuah masalah dari pernikahan mereka. 

Pernikahan yang belum diketahui kedua pihak orang tua Yudika. 

Dia harus bersabar, mungkin juga dia terlalu perasa Yudika akan mengabaikannya.

Setelah lulus Artika  bersembunyi di apartemen menyembunyikan kehamilan.

Tidak perlu juga, namun ia tidak mencari temannya sesama kuliah dulu. Hampir semuanya sudah bekerja. 

Kecuali Artika yang belum membutuhkan pekerjaan.

***

Setelah lulus kuliah, menunggu kelahiran anak membuat Artika merasa bosan dirumah saja. 

Disamping itu, tubuhnya merasa lemah dan sering pusing.

"Kamu tidak sehat iya?" Tanya Yudika kawatir. 

"Aku kurang berolah raga," ujar Artika pula. Ia melihat tubuh yang kurus.

"Kurang gizi juga, kita sudah membeli banyak obat agar kamu kuat."

Artika diam, kehamilan pertama memang membuat kondisinya merosot.

"Aku ingin pergi, apakah kamu

mau mengajakku?" Tanya Artika.

"Tentu saja, aku akan perkenalkan kamu, kepada teman temanku," kata Yudika pula. 

Artika diajak Yudika kekampusnya. Perutnya sudah mulai tampak namun ia masih memakai baju longgar menyembunyikan kehamilannya. 

"Tak perlu disembunyikan," ujar Yudika.

"Kamu akan diledek teman kamu menikah tanpa memberitahu mereka," kata Artika mengingatkan.

Artika melihat baju longgar dan pinggangnya yang gemuk. 

"Aku tidak cantik iya?"

"Kamu cantik, aku selalu kagum dengan kecantikan kamu," Yudika berkata lagi. 

Berjalan menyusuri koridor menuju kampus Yudika  temannya mulai menyapa.

"Jangan takut gosip,  saya bisa menangani semuanya! Ini bukan urusan mereka, ” Yudika menyemangati Artika.

Yudika mendatang banyak  orang. Sepasang wanita dan pria, mereka segera memperhatikan Artika.

Seorang pria dan seorang gadis. Pria itu tinggi, berambut hitam, atletis, dan gadis itu memiliki tubuh yang sangat bagus dan rambut hitam yang panjang.

"Hai, saya Sinta, teman mahasiswa Yudika" gadis itu memperkenalkan dirinya.

,"Ini Edward, teman lelaki saya." Dia memperkenalkan pacarnya.

"Istri saya Artika, senang bertemu denganmu, " kata Yudika sambil tersenyum kepada pacar Sinta Edward.

'"Ya, kami juga senang,"  pria itu mengangkat tangan menatap Artika. 

Ia tersenyum ramah. 

Beberapa gadis yang sedikit lebih tua darinya melihat Artika dan tersenyum.

“Hai,” katanya pada Artika.

“Hai juga,"  jawab Artika. 

"Kami akan mengadakan pesta  ini untuk ulang tahun perkawinan kami

Ayo, saya undang, kamu."

"Saya akan memikirkan undangan anda, " jawab Artika.

Artika merasa perutnya yang sudah agak besar.

"Maaf, aku tidak langsung menyadarinya," kata wanita yang mengundang sambil menunduk. 

Yudika memasuki ruangan kampusnya. 

Seorang lagi menyapanya. 

"Hai, tampan, kita ada pesta, saya mengundang semua orang," dia berteriak kepada Yudika. 

Sementara dia mengatakan itu, Yudika sudah mendekati Artika 

lebih dekat. 

"Tampan, jadi bagaimana dengan pestanya, kami mengundang kamu?" Gadis itu menatapnya dengan saksama.

" Aku akan memikirkannya, " Yudika menjawab undangan itu dengan singkat.

Ketika keluar dan menuju pintu keluar, mendengar seseorang memanggil.

"Yudika? Apakah itu kamu?" Artika berbalik dan melihat Sarah.

"Sarah?" Artika menatapnya  dari ujung rambut sampai ujung kaki.

Dia mulai tertawa.

"Hai, "  Artika mulai menyapa meski dia tidak suka 

"Bagaimana kabarmu ?" Sarah melanjutkan sapaannya. 

"Maaf, tapi kami harus pergi, " kata Yudika memegang tangan Artika  dan berbalik ke pintu keluar.

"Sampai jumpa lagi," Sarah sudah berteriak di belakang mereka. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status