Share

6 Hubungan yang Terputus.

Apa kabar  Sarah,'?" sapa Artika kepadanya.

"Aku baik saja, tapi engkau lebih beruntung dariku. Kita akan lihat seberapa baik keberuntungan kamu," ujar Sarah sambil tersenyum yang sulit diartikan Artika.

"Apa maksud kamu?" Tanya Artika.

"Apa kakek dan neneknya sudah datang?" Tanya Sarah yang membuat  Artika terdiam. 

"Kami akan segera pulang, menemui kakek dan nenek anakku," jawab Artika.

"Apakah mereka akan menerima kamu?" Lagi lagi Sarah menghunjamkan sesuatu di jantung Artika.

"Tentu saja, tidak akan ada kesulitan," jawab Artika pula.

" Pada waktu wisuda Yudika dia pasti datang. Itu hanya beberapa bulan lagi." ujarnya lagi.

"'Apakah mereka setuju?" Seru Sarah.

Artika terdiam dengan berbagai perasaan yang menggumpal dalam dirinya. 

"Maksud kamu apa iya? Kamu merasa kami tidak diterima iya?" Artika mulai marah. 

"Bukan urusan kamu mencampuri hidupku," Artika mulai menunjukan perlawanan. 

Sesuatu yang tidak diduga Sarah dengan mulut usilnya.

Iya , waktu Wisuda Yudika tidak lama lagi. Dia akan menyelesaikan Sarjana Kedokteran. 

Meski fakultas kedokteran favorit 

karena masa depannya jelas karena ada segudang benefit kesehatan akan didapatkan dari rumah sakit tempat mereka nanti bekerja.

Namun,  untuk menempuh pendidikan kedokteran bukanlah sesuatu yang mudah.

Menyelesaikan studi Kedokteran 144 SKS, yang  waktunya bisa antara 4 hingga 7 tahun.

Ilmu teori maupun praktek dalam bentuk praktikum. 

Mengikuti ujian atau UTS dan UAS, sesuai dengan tingkat semester saat kuliah. 

Setelah menyelesaikan tugas akhir mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran atau S.Ked. 

Namun, gelar ini belum bisa digunakan untuk menjadi dokter. 

Selanjutnya harus menjalani pendidikan profesi sebagai ko'as.

Sebagai dokter muda  praktek dan terjun langsung ke rumah sakit, bertemu pasien dibawah pengawasan dokter senior.

Mereka membantu dokter untuk mengerjakan tugas-tugasnya. 

Di tahap akhir koas nanti menjalani lagi ujian  Mini Clinical Evalution Exercise (mini CEX). 

Setelah ujiannya lulus,  kembali mengikuti wisuda dan berhak mendapat gelar Dokter (dr). 

Lakukan lagi ujian Kompetensi Dokter Indonesia atau  sertifikasi kedokteran untuk dapat mengobati pasien menjadi dokter.

Terdapat dua jenis tes yang harus diikuti, yaitu ujian tertulis  dan praktek.

Setelah selesai, pada saat inilah Yudika akan mengucapkan Sumpah dokternya.

Semuanya itu telah dijalani oleh Yudika dan menunggu pekantikannya 

Untuk dua bulan ini ia harus libur untuk bertemu orang tuanya ditampung mempersiapkan wisudanya lagi. 

Inilah masa masa sulit bagi Artika. Suaminya itu tidak membawanya pulang untuk bertemu dengan ibu dan neneknya Arri Yudika Putra, anak semata wayang mereka yang telah berumur 3 tahun.

"Aku tidak bisa membawamu pulang, jadi izinkan aku pergi," kata Yudika.

Artika hanya dapat pasrah, karena Yudika memutuskan demikian.

"Ada masalah dengan perkawinan kita?" Tanya Artika.

"Mungkin sedikit, tapi aku akan mengatasinya."

"Orang tua kamu tidak setuju iya?" 

"Jangan pikirkan itu," Yudika mengelak.

"Ceritakan saja," desak Artika.

"Ayahku ingin aku pulang ke desa dan bekerja disana, apa pendapat kamu?"

"Aku setuju saja, tapi tidak sekarang. Aku tidak siap meninggalkan Jakarta."

"Jadi tunggu saja, orang tuaku akan datang. Kita akan memutuskan. " 

Artika melepas Yudika pergi. Hilang segala cinta dan segala permainan mereka yang biasa menggairahkan. 

Dua bulan setelahnya Yudika akan kembali. Namun Artika telah tahu apa yang terjadi.

Sandra Gadis yang cemburu dengan kebetuntungannya bertemu pada suatu pagi.

"Kamu ingin berita dariku?" Tanya Sandra.

"Katakan saja," jawab Artika dengan dada berdebar.

"Suamimu kawin lagi," ujar Sandra pendek.

"Jangan membuat fitnah," kata Artika tidak percaya.

"Tanyakan saja," jawab Sandra berlalu.  Ia cukup puas mengatakan berita pendek itu untuk Artika.

***

Hal itu terjadi. Orang tua Yudika ketika datang memilih untuk tidak bertemu dengan menantunya Artika.

"Apa yang terjadi? Kenapa aku tidak bisa menemuinya?"

"Tenang saja, aku masih mencintaimu."

"Cinta saja tidak cukup, aku ingin tahu seutuhnya." 

"Kamu sudah menikah lagi, tanpa seizinku." Ujar Artika.

 Yudika mulanya memilih diam. Lelaki yang katanya mencintai itu bungkam.

Namun tuduhan terakhir itu membuat dia buka suara.

"Apakah Sandra memberitahu kamu?"

"Iya," jawab Artika  

"Perempuan itu memang bermulut ular," Yudika mengatupkan gigi.

"Katakan saja kebenarannya!" Desak Artika. Yudika diam, sulit sekali mengeluarkan kata kata.

"Aku bisa menuntut kamu."

Teriak Artika.

"Tapi kamu adalah istri pertama," ujar Yudika tiba tiba.

Artika tersentak.

"Jadi benar bukan? Kamu mengkhianatiku?"

"Hanya menikah siri, "

Mata Artika terbelalak dan sinar matanya berkilat. 

"Jadi pergi saja kamu sebelum aku melempar kamu."

"Dengar penjelasanku Artika."

"Pergi..!!" Teriak Artika dengan suara serak.

***

Artika tidak datang ke acara wisuda Yudika.

Ketika wisuda berlangsung adalah nestapa bagi Artika. Tidak ada yang mengharapkan dia hadir disana.

Malamnya si kecil ditemani hanya pembantu, ketika Yudika juga tidak pulang.

Artika merasa jijik melihatnya. 

Artika tenggelam dalam kemeriahan lantai klub dansa malam itu.

Ada lelaki tampan yang ditemuinya dilantai dansa.

Jika Yudika berkhianat, jangan salahkan wanita berbuat hal yang serupa.

Kepalanya terasa berat karena memikirkan banyak masalah. Minum dan musik bisa menyelesaikan masalah itu. 

 Yudika dengan keluarganya berakhir dengan cara menyakitkan bagi Artika.

Salah satu cara bisa menghilangkan stres itu adalah, dengan menenangkan saraf . 

Musik dengan volume suara penuh.

"Yeah yeh..huh!" Artika meneriakkannya keras-keras, tumpang tindih, bergerak dalam lautan dansa di sebuah Klub malam. 

Artika bahkan tidak menyadarinya. Mabuk dan kepalanya yang berat. 

Pergaulan bebas telah menjadi miliknya saat itu.

Dia berkenalan dengan lelaki atau siapa saja di klub itu. Artika tidak peduli.

Ada Andris yang membungkuk dan mengangkatnya ke dalam pelukannya.

Andris yang gagah, dengan kemeja gelap dan mahal menemaninya.

Artika minum terlalu banyak, sehingga ia tergeletak begitu saja di didepan meja Andris. 

Andris membawanya dalam keadaan mabuk.

Sebuah hotel adalah persinggahan terdekat  mereka.  Artika   telanjang di balik selimut.

Pakaian yang memisahkan mereka tidak menghalangi Andris untuk merasakan kelembutan menggoda dari daging wanita yang subur.

Artika sudah menebak apa yang akan terjadi pada saat berikutnya.

Ciuman yang langsung menyelimuti Artika tanpa batas.

Lidah Andris menembus bibirnya yang terbuka, menuntut kemesraan yang lebih.

Namun dengan terengah-engah Artika akhirnya menarik bibirnya dari bibir Andris.

Lelaki itu menatap gadis itu dengan mata kabur dan menciumnya dengan ganas. 

"Aku membayarmu," ujar Andris.

"Simpan saja uangmu, aku tidak membutuhkannya. 

"Benar tidak? Aku punya banyak uang."

"Aku juga, apa kau pikir aku wanita panggilan?"

"Jadi tidak?" Andris berhenti mencium Artika.

Dia melemparkan puluhan lembar ratusan ribu kepada Artika.

"Kamu butuh ini," teriaknya.

Artika melemparkan uang itu kembali. 

"Uangku lebih banyak." Ujarnya.

Andris memperhatikan wanita itu, tas mahal dan pakaian yang mewah.

Dia kehilangan nafsunya. 

"Aku seharusnya tidak menciummu." kata Andris merasa menyesal.

"Apakah kamu sudah menikah?"

" Iya," ujar Artika.

"Kalau begitu, maaf aku membawamu ke-ranjang ini."

"Kamu tidak perlu meminta maaf," kata Artika dengan suara terengah-engah.

"Aku tidak berhubungan dengan wanita bersuami."

Artika menahan dorongan bawah sadar karena itu adalah ciuman yang juga diinginkannya setelah dua bulan tidak disentuh Yudika.

 Itu berakhir dalam penantian yang mengecewakan.

Andris membuatnya gemetar , dan Artika tahu  jika Andris mencoba mendapatkan sesuatu yang lebih, dia tidak akan menolak. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status