Share

PERCAKAPAN RAHASIA KELUARGA SUAMIKU || TAMAT
PERCAKAPAN RAHASIA KELUARGA SUAMIKU || TAMAT
Penulis: Ucu Nurhami Putri

Bab 1

Bagaimana kabar Bella, Al?"

Samar, aku mendengar percakapan orang-orang yang ada di sekitar. Saat ini aku sedang dirawat di ruang sakit setelah mobil yang aku bawa menabrak pembatas jalan.

Bella, siapa itu?

Kedua mataku yang awalnya terasa berat, kini lebih baik, dan aku mengurungkan untuk membukanya. Sebaiknya aku tetap seperti ini agar mereka tidak curiga dan tetap melanjutkan pembicaraannya. Aku juga sangat penasaran siapa Bella yang disebut tadi.

"Dia baik, Ma. Hanya saja dia memintaku untuk terus berada di sisinya."

Aku tahu itu adalah suara Mas Alvaro. Apa tadi yang bertanya adalah mama mertua? Siapa Bella yang mereka maksud sebenarnya?

"Turuti apapun keinginannya, Al. Saat ini dia memang sedang membutuhkan perhatianmu. Jangan sampai dia banyak pikiran dan beban yang bisa menyebabkan anak yang dikandungnya kenapa-kenapa," jelas mama mertua membuat dadaku terasa sesak.

Anak yang dikandung wanita itu? Apa jangan-jangan itu adalah anak Mas Alvaro? Astagfirullah, berapa lama aku terbaring di tempat ini dan tidak sadarkan diri? Sampai rahasia besar seperti ini saja aku baru mengetahuinya.

"Mama jangan sembarangan bicara, bagaimana kalau Kaluna mendengarnya?" sahut suara wanita yang aku kenali dia adalah Mbak Nia, kakak iparku.

"Dia mendengar? Mana mungkin. Dia itu sudah tidak sadarkan diri selama dua bulan. Mana mungkin sekarang tiba-tiba terbangun. Dia memang lebih baik seperti ini, karena bangun pun percuma dan tidak ada gunanya." 

Aku bisa mendengar mama mertua berbicara dengan sinis dan penuh kekecewaan dan aku sungguh terkejut ketika mendengar bahwa sudah dua bulan aku kehilangan kesadaran?

Ya, Allah, selama ini?

Tiga tahun sudah aku berumah tangga dengan Mas Alvaro, tapi tidak pernah sekalipun mendengar keluarganya berkata kasar seperti tadi. Namun, sekarang aku tahu semua sikap keluarganya.

Ternyata mereka begitu membenciku dan tidak menganggapku ada, terutama mama mertua. Padahal, selama ini aku selalu merasa mama yang paling baik dan sayang padaku setelah Mas Alvaro, tapi ternyata semuanya jauh dari apa yang ada di pikiranku.

"Cukup, Ma. Bagaimanapun dia tetaplah menantu, Mama, istriku." Mas Alvaro terdengar membela.

"Istri? Tapi kamu tidak akan pernah punya anak. Dia hanya sempurna untuk menjadi istri, tapi tidak seorang ibu. Apa kamu tidak mendengar apa yang dokter katakan? Dia tidak akan pernah bisa mengandung karena kesehatannya," papar mama lagi membuat hatiku semakin tersayat.

Anak? Apa keturunan begitu penting untuk keluarga suamiku? Apa benar dokter mengatakan hal itu?

Seluruh tubuhku terasa ngilu setelah mendengar perkataan mama. Kami baru membina rumah tangga selama tiga tahun, bukankah orang-orang banyak yang baru punya anak setelah lima tahun pernikahan bahkan sepuluh tahun pernikahan?

"Ma, bagaimanapun aku mencintainya. Aku tidak mungkin melepaskan Kaluna demi Bella, Ma. Aku tidak bisa." Suara Mas Al terdengar serak.

Kata-katanya memang terdengar jujur, tapi tetap saja aku tidak bisa bersama dengan pria yang sudah bersentuhan dengan wanita lain. Sungguh aku merasa jijik.

Ya, Allah, kenapa aku harus menjalani kehidupan seperti ini? 

"Cinta? Al, cinta itu tidak akan membuat hidupmu bahagia. Kaluna memang pantas untuk mendapatkan balasan seperti ini. Mbak rasa nanti perlahan-lahan dia juga akan menyayangi anak kamu dan Bella," sahut Mbak Nia menggebu.

Kedua tanganku mengepal kuat. Enak sekali dia berbicara begitu, mana mungkin aku akan menyayangi anak suamiku dan wanita lain yang aku sendiri tidak tahu dia siapa.

Sepertinya sudah saatnya aku menerima tawaran temannya Mas Langit untuk berkerja sama membangun restoran besar agar uangku tidak lagi dihabiskan oleh orang-orang seperti mereka.

"Mas, kamu di mana?"

"Mas!"

Terdengar seorang wanita berteriak dari luar kamar ini. Aku tidak tahu siapa dia, tapi aku bisa melihat dari ekor mata yang terbuka sedikit kalau mereka langsung berlarian keluar, termasuk Mas Alvaro.

Melihat mereka semua menutup pintu dengan terburu-buru, aku ikut turun dari tempat tidur. Sayangnya aku tidak punya tenaga dan tubuhku malah jatuh di lantai. Karena tidak mau membuat mereka curiga, dengan penuh perjuangan aku kembali naik ke atas tempat tidur pasien, dan mencari ponsel untuk menghubungi Mas Langit-kakakku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status