Share

Bab 2

"Untuk apa kamu ke sini?"

Dapat aku dengar Mas Alvaro bertanya dengan nada tinggi dan sepertinya dia sangat kesal, tapi aku tidak peduli.

Aku baru bisa bernapas lega setelah melihat ponselku masih tersimpan rapi di dalam tas, segera aku mengambilnya, lalu mengirimkan pesan singkat memintanya untuk datang ke sini agar mereka tidak curiga kalau aku sudah sadar.

Setelah pesan terkirim dan tanda biru sudah terlihat, kembali aku mengirimkan pesan kedua agar Mas Langit tidak mengatakan kepada siapapun kalau aku sudah sadar. Termasuk Mas Alvaro dan keluarganya yang sedang ada di luar.

Dengan cepat aku menyimpan ponsel itu kembali ke tempatnya dan pura-pura tertidur sambil mendengarkan apa yang mereka katakan. Sekarang aku hanya tinggal menunggu Mas Langit datang, baru mulai membuat rencana..

"Mas, beberapa waktu lagi aku akan melahirkan. Aku butuh kamu ada di sampingku, Mas. Aku tidak mau berjuang sendirian." Wanita itu mengadu dengan suara yang terdengar menangis.

Cih, keluarga yang aku kira alim, ternyata hanya kedok. Mereka bahkan menyembunyikan masalah sebesar ini. Kalau saja aku masih belum sadar, sudah pasti akan selalu dibohongi oleh mereka.

"Aku gak bisa, Bella. Kaluna di sini lebih membutuhkan aku, dia masih belum sadarkan diri." Mas Al kembali menolak dengan tegas, tapi sayangnya aku tetap tidak suka karena dia sudah melakukan pengkhianatan.

 "Enggak bisa kenapa? Sekarang yang membutuhkan kamu itu bukan Kaluna, tapi Bella!" bentak mama.

Aku yang berada di dalam saja sangat terkejut mendengar suaranya yang seperti ini karena biasanya mama berbicara dengan lembut. Namun, sepertinya rasa cintanya terhadap Bella membuatnya berubah.

"Benar apa yang Mama katakan, Al. Bella lebih membutuhkan dirimu daripada Kaluna. Kita ada di sini untuk dia, sementara Bella, dia hanya punya kamu," sahut Mbak Nia membuatku beberapa kali menggelengkan kepala.

Orang-orang yang katanya akan mendukung hubunganku dengan Mas Al meskipun tidak punya anak, sekarang sudah berbelok, dan merubah haluan. Hatiku tentu saja perih ketika mendengarnya. Di saat tubuh masih butuh perawatan, aku malah mendengar berita seperti ini.

Bukan dari orang lain, melainkan dari mulut mereka sendiri, dan didengar oleh kedua telingaku. Tega sekali mereka melakukan hal ini.

"Enggak, Ma, Mbak. Aku enggak bisa begini. Aku gak tega jika harus meninggalkan Kaluna sendiri," ucap Mas Al membuatku semakin marah.

Apa katanya? Tidak tega meninggalkan aku di sini sendiri, tapi dia tega mengkhianati aku? Yang kecelakaan aku, tapi malah otaknya yang rusak.

Kembali aku mengecek ponsel untuk melihat balasan dari Mas Langit.

"Ya, ampun, Dek? Kamu sudah sadar?" balasnya disertai stiker heran dan mengucapkan syukur.

"Sudah, Mas. Ke sini sekarang, ya, ada yang ingin aku bicarakan."

"Siap, Dek. Apapun yang kamu minta akan Mas turuti. Tunggu di sana, Mas akan segera sampai," balasnya cepat.

Bagus kalau begitu.

Aku ingin melihat sejauh apa kalian bisa bersandiwara di hadapanku, Mas. Kira-kira kalian akan terkejut tidak jika melihatku sudah sadarkan diri, tapi Bella masih belum melahirkan?

Bukankah sudah pasti dia akan cari-cari alasan agar bisa menemani wanita itu melahirkan?

Sudah pasti seperti itu.

Comments (3)
goodnovel comment avatar
yenyen
sama mbak..aku juga mau komen itu..bukan cuma habis daya tapi masa aktifnya juga sudah lewat ya
goodnovel comment avatar
Laiqanisa olethea
kok koma 2 bulan hp nya msh aktif?
goodnovel comment avatar
Fahmi
Bagus kalo begitu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status