Home / Young Adult / PERJALANAN PANJANG MERELAKANMU / Malam Dengan Minuman Keras

Share

Malam Dengan Minuman Keras

Author: Betti Cahaya
last update Huling Na-update: 2025-04-27 06:23:10

"Ta-tari?"

Saka gugup, dia menatap jemari, sadar rokoknya habis terbakar udara, baranya hampir mengenai kulit, Saka membuangnya di bawah tatapan penuh intimidasi Utari. Tangannya sedikit kaku saat meraih gelas yang jatuh, dibiarkannya genangan kopi di meja begitu saja.

"Ada apa?" Suara Saka terdengar dipaksakan, mencoba menyembunyikan kegugupan.

Utari mendekat, langkahnya tegas, tatapannya tajam menusuk, "Jelaskan, Saka!"

Saka meraih beberapa lembar tisu dan mengelap genangan kopi dengan gerakan asal. "Apanya?"

Utari menarik tangan Saka, memaksanya untuk menatap langsung ke matanya, Saka tidak bisa mengelak lagi. "Kamu pasti tahu maksudku, harusnya aku bertanya saat Bhama tiba-tiba memutuskanku, kalau saja ... kalau saja, aku tahu apa yang sebenarnya terjadi, pasti Bhama ... pasti Bhama tidak akan begini."

Saka menarik tangannya dari Utari. Pandangannya jatuh ke lantai. Kepergian Bhama yang tragis masih meninggalkan luka yang cukup dalam untuk orang-orang terdekatnya, termasuk Saka.

"Kamu nggak usah tahu, Bhama ngelakuin itu juga buat kamu!" ucap Saka merendah, pandangannya kembali menunduk berusaha terlihat sibuk dengan kopi yang tumpah.

"Apa maksudmu?" desak Utari yang makin haus penjelasan, hatinya kesal dan penasaran. "Jawab aku, Ka! Aku bisa gila kalau begini!" paksa Utari.

Saka mendengus kesal, dia melempar gumpalan tisu bekas ke tempat sampah. "Lebih baik kamu nggak tahu apa-apa, ikhlasin Bhama, cuma itu yang harus kamu lakukan!"

Utari menarik kursi dan duduk, kedua tangannya terlipat dan punggungnya bersandar erat. "Aku nggak akan pergi sebelum kamu kasih tahu yang sebenarnya!" ucap Utari memaksa.

Saka mendesah berat, dia kesal melihat usaha Utari, dia pun ingin bicara tapi ada hal yang sebaiknya tidak disampaikan pada gadis itu.

Saka ikut duduk, pandangannya menunduk, "Aku juga sedih, Tari." Suaranya merendah berharap Utari melepaskan dirinya.

"Kalau gitu katakan semua Saka, apa yang terjadi pada Bhama? Siapa Vina? Benarkah Bhama yang menghamili perempuan itu?" Utari menggeleng berat baginya untuk menerima, "Bhama bukan orang seperti itu, Saka!" ucap Utari menyesali.

Saka mengusap wajahnya, jelas terlihat dia terpojok. Penyesalan, kemarahan, dan kesedihan bercampur menjadi satu.

"Aku yakin rangkaian kejadian itulah yang akhirnya membuat Bhama ... pu-tus asa!" lanjut Utari sedikit terbata.

"Harusnya kamu tanya dia!"

"Itulah yang aku sesali!"

Saka melihat Utari dengan kasihan, gadis itu harus terluka berkali-kali.

"Waktu itu," Saka mengalah, dia menarik napas dan mulai bicara, " Aku dan Bhama sedang duduk di pos. Lalu kami diajak Tegar ke rumah Raka untuk nonton bola, di sana ternyata udah ramai, ada Anggara, Raka, Januar, bahkan Ayu, Mayang, dan teman Mayang bernama Vina. Kami baru kenal di sana, ada juga beberapa teman Anggara yang aku enggak tahu."

"Ternyata, mereka udah nyiapin minuman keras sebelumnya." Saka menunduk sambil memegangi kepalanya.

"Lalu apa, Ka?" Utari penasaran, matanya tidak berkedip.

"Aku menyesal ikut minum waktu itu," jawab Saka berat.

"Bhama juga?"

Saka mengangguk. "Tidak enak Utari, masa mau sok suci," Saka mendengus kesal, mungkin pada dirinya sendiri.

"Aku dan Bhama jarang bergaul dengan mereka, harusnya ... kami menolak ajakan Tegar dari awal," sesal Saka.

Utari mengerti penyesalan Saka, dia tahu benar Bhama jarang bergaul dengan mereka, beda level, apalagi Anggara, dia anak Pak Lurah yang terkenal suka bikin onar.

"Lalu?" Utari menegang menunggu kelanjutan cerita Saka yang temponya terlalu pelan untuk Utari yang sangat ingin tahu.

"Entahlah ...."

"Jawab yang benar, Saka! Lalu apa? Kalian mabuk?" desak Utari, nada suaranya nyaris histeris.

"Aku nggak tau! Aku bangun paling pertama, keadaan udah kacau."

"Kacau bagaimana?"

"Ya kamu pikir sendiri, Tari. Ada laki-laki perempuan dan kami semua mabuk!" teriak Saka, emosinya meledak.

Saka menunduk, kedua tangannya menarik rambut dan memijit kepala dengan kasar. Pikirannya kembali ke beberapa waktu yang lalu. Masih teringat jelas saat Bhama datang ke rumahnya dengan wajah kebingungan.

"Wanita itu hamil, Ka! Haduh!" keluh Bhama buntu.

"Memangnya kamu beneran nidurin dia?" Saka pun terkejut.

Bhama mondar mandir. "Aku nggak ingat, Ka. Aku bangun sudah di kamar dan cewek itu nangis di pojokan cuma pake selimut. Aku nggak ingat apapun!"

"Yang lain udah nggak ada, cuma Raka sama Tegar tidur di ruang tamu. Aku bingung kenapa bisa di kamar dan ..., argh!!!" Bhama memukuli kepalanya berulang kali dengan keras.

"Saka!" Guncangan keras tangan Utari menyeret Saka kembali, Bhama kini hanya ada diingatannya.

"Aku tanya kenapa diam? Kalian rame-rame, kenapa Bhama yang menghamili Vina, banyak kemungki--"

"Cukup, Tar. Cukup!" elak Saka marah.

"Bukan cuma kamu yang kehilangan, aku juga, aku syok, aku sedih! Hargai perasaanku!" teriak Saka membuat Utari mundur.

Utari diam, Saka mungkin benar. Dia adalah sahabat Bhama, meski dari Saka, Utari bisa menggali banyak hal, tapi Utari mungkin harus bersabar.

Utari pun mulai melangkah, dia hendak meninggalkan Saka yang menunduk enggan menghadapinya.

"Tari!" panggilan Saka menahan langkah Utari, gadis itu pun berhenti dan kembali menoleh.

"Aku nggak tahu siapa yang salah, tapi keadaan saat itu memojokan Bhama, dia nggak bisa mengelak dari tanggung jawab dan harus menikahi Vina. Sudahlah Tari, ikhlasin Bhama!" Suara Saka penuh penekanan.

Utari jelas kecewa, dia menggeleng dan pergi. Hatinya terlalu sakit untuk menangis, kini ambisinya semakin besar untuk mencari sebuah kebenaran yang hatinya percaya.

Utari berpikir keras, bagaimana Bhama bisa terlibat kejadian seperti itu? Utari yang merasa paling mengenal Bhama, benar-benar kecolongan.

Tanpa sadar, Utari melangkah ke rumah Raka. Utari mengetuk, pintu pun dibuka oleh Bu Rahma.

"Tari? Tumben?" sapa Bu Rahma heran.

"Raka ada, Bu? Saya ada perlu," jawab Utari.

"Ada, sebentar." Bu Rahma pun masuk dan berteriak, "Raka ada yang nyari."

Utari menunggu dengan penuh harap kalau Raka akan menjawab pertanyaannya.

"Siapa?" Utari mendengar suara Raka dari dalam. Saat Raka muncul dari kamarnya dan melihat Utari di depan pintu, raut wajahnya berubah panik. Dia langsung masuk kembali ke kamar.

Utari yang menyadarinya langsung menerobos masuk, dengan sigap dia menahan pintu kamar yang hendak di tutup. "Raka, tolong ... aku cuma mau nanya!" teriak Utari, untung kakinya berhasil mengganjal pintu.

"Aku nggak tahu apa-apa, sumpah!" ucap Raka seperti ketakutan sambil berusaha menutup pintunya.

"Kalau kamu nggak tahu apa-apa kamu nggak akan sembunyi kaya gini, buka Raka!" paksa Utari.

Raka menurut, lagi pula saat ini orang tuanya ada di rumah, dia tidak ingin membuat keributan. Perlahan pintu terbuka, dan dengan wajah tertunduk dia menemui Utari dan berjalan ke teras.

"Mau nanya apa?" tanya Raka lesu.

"Ceritakan kejadian malam itu! Malam dimana kalian nonton bola bersama wanita bernama Vina lalu kalian mabuk!" cecar Utari mengintimidasi, usia Utari yang ada di atas Raka membuatnya berani meski keduanya bukan teman, hanya saling mengenal.

"Ya ... begitu!" Raka nampak enggan menjawab.

"Ceritain!" paksa Utari mulai kesal.

"Kami mabuk Kak Tari," Raka terus berusaha menghindar, tapi tatapan intimidasi dan desakan Utari membuatnya terpojok.

"Kami mabuk, terus selesai nonton bola ... ada yang nyalain film begituan, lalu ... mereka mulai kebawa—"

"Film apa?!"

"Film ... film terlarang," jelas Raka lesu.

"Apa?!"

Dukung cerita ini dengan like, komen, subcribe, dan follow ya teman-teman.

Terimakasih.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • PERJALANAN PANJANG MERELAKANMU   Cincin Istimewa

    "Bu ... doain ya, aku mau bicara sama Pak Jamal soal permintaanya untuk segera menikahi Utari," ucap Bhama berpamitan pada Bu Mirah yang tengah sibuk dengan setrikaan tetangga."Iya, Bham, mudah-mudahan mereka ngerti, kalau kalian berjodoh pasti semuanya dipermudah, kok!" jawab Bu Mirah merestui."Bagus nggak, Bu?" tanya Bhama menunjukan sesuatu.Mata Bu Mirah berbinar, "cantik, Bham ... semoga Tari suka."Lalu saat malam tiba, sepeda motor keluaran lama berhenti di depan rumah Utari, Bu Ratna melihat anak gadisnya turun dan mengajak lelaki yang mengantarnya pulang untuk masuk."Pak ... ada Bhama itu, sini!" seru Bu Ratna memanggil suaminya.Beberapa waktu yang lalu mereka mempertanyakan keseriusan Bhama pada Utari."Assalamualaikum ...." Utari masuk disambut ibu dan bapaknya, Bhama pun mengucap salam dan menyalami kedua orang tua Tari dengan sopan."Aku ke dalam dulu," ucap Tari, dia baru saja pulang dari kampus, secara sengaja dia membiarkan Bhama bicara dulu dengan orang tuanya, se

  • PERJALANAN PANJANG MERELAKANMU   Nikahi

    "Sialan, Anggara!" Damar menahan geram, tangannya terkepal erat, sementara hatinya tidak tega mendengar setiap kalimat yang keluar dari Hanum."Ayo laporkan dia ke polisi!" ajak Utari di puncak kemarahannya."Jangan ...!" Hanum menggeleng lemah, wajahnya pucat."Jangan takut, Num!" Damar mencoba menenangkan, nada suaranya melunak, meski masih diliputi kemarahan.Hanum menggeleng lagi, kali ini lebih kuat, air mata mengalir di pipinya. "Dia pernah bilang, kalau pun dia masuk penjara, paling tidak akan lama. Dia punya uang, Kak. Dia punya banyak orang dalam. Setelah dia keluar ... dia akan ngejar aku lagi." Suaranya bergetar, napasnya tersengal. "Sementara aku ... malunya akan seumur hidup."Utari menatap Hanum dengan mata basah. "Num, kita ada di sini untuk kamu. Kamu nggak sendiri." Tapi kata-kata itu terasa hampa ketika Hanum menunduk, menghindari tatapan mereka."Melaporkan Mas Anggara, artinya mengungkap aibku," ucap Hanum akhirnya, suaranya lirih, hampir tak terdengar. "Rasanya ..

  • PERJALANAN PANJANG MERELAKANMU   Anggara Baji*ngan

    PERHATIAN.Bacanya pelan-pelan, Kakak. Di sini alurnya mundur, terus mundur lagi. Selamat membaca."Betul, Num. Kami nggak bisa apa-apa dan akan terus kelimpungan begini kalau nggak tahu masalah sebenarnya apa, tolong jujur pada kami, kami janji akan membantu dan melindungimu dari Anggara," tegas Damar.Hanum menunduk tanpa berani menatap Damar apalagi Utari, tangan yang memegang segelas teh manis pun bergetar, dia mencengkram erat-erat pegangan di gelas itu."A-aku ...."Tangan Utari terulur meraih tangan Hanum yang gemetaran, meski kepalanya masih berat dia berusaha bangun untuk lebih dekat dan memberi Hanum kenyamanan. Damar yang melihat inisiatif Utari pun sigap membantu Utari untuk duduk tegak.Hanum sontak menatap mata Damar, pandangannya memancarkan cinta yang begitu tulus pada Utari. Hatinya sakit mengingat Bhama, meski harusnya dia baik-baik saja. Hanum berusaha keras menekan perasaannya. Bagaimana pun Utari berhak melanjutkan hidup dan bahagia."Num ... berat ya? Sejahat itu

  • PERJALANAN PANJANG MERELAKANMU   Jujur Pada Kami

    "Antar anak gadis Pak Jamal ini pulang. Kalau dia melawan ... bolehlah kasih sedikit pelajaran," ucap Anggara dengan nada dingin.Anggara menyeret Hanum masuk ke dalam gudang. Hanum meronta, tapi kekuatannya tidak sebanding. Di luar, Utari berusaha mengejar, tapi langkahnya dihadang oleh Raka, Tegar, dan Januar."Hanum!" seru Utari."Pergi, Kak! Aku nggak apa-apa!" teriak Hanum dari dalam gudang, mencoba menyembunyikan rasa takutnya sebelum pintu gudang itu dibanting menutup. Hanum tidak ingin ada orang lain yang terbawa oleh masalahnya."Hanum!" Utari menatap pintu itu dengan panik, tapi tiga lelaki di depannya menahan langkahnya."Kalian nggak malu ngelawan perempuan rame-rame begini?" Utari mencoba menekan ketakutannya, suaranya penuh keberanian yang hampir memudar."Kita nggak ngelawan, Kak," ucap Raka, suaranya terdengar tenang, tapi ada nada ancaman yang samar. "Ayo, aku antar Kakak pulang. Hanum cuma mau dibantu belajar sama Anggara. Ujian dia sudah dekat, kan?"Utari menatap R

  • PERJALANAN PANJANG MERELAKANMU   Permainan Kotor Anggara

    Tegar masuk ke dalam ruangan dengan langkah tergesa-gesa, wajahnya datar, tapi sorot matanya menyiratkan keraguan yang mulai tumbuh. "Saka udah beres, Bos," ucapnya singkat, suaranya nyaris tanpa intonasi.Anggara, yang duduk santai di kursi sambil memainkan pemantik api, tersenyum penuh kemenangan. "Bagus ... biar dia tahu siapa yang dia tantang!" ucapnya sambil tertawa kecil, suaranya dingin seperti ancaman terselubung.Tegar hanya mengangguk, senyumnya getir. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, bagaimana pun Saka adalah teman kecilnya, tapi dia memilih diam."Mas Damar juga udah pergi lagi. Sekarang aman," tambah Raka dari sudut ruangan, memastikan semua berjalan sesuai rencana.Anggara berdiri, memasukkan pemantik api ke sakunya. "Kan udah kubilang. Semua bakal beres. Kalau aku yang urus, hasilnya pasti sempurna."Januar, yang berdiri di dekat pintu, ikut bersuara sambil tertawa kecil. "Nggak ada yang bisa ngalahin Bos Anggara. Emang keren banget!"Mereka tertawa bersama, sepe

  • PERJALANAN PANJANG MERELAKANMU   Fitnah Keji

    "Aku bilang bukan satu, mungkin bukan satu orang, atau satu orang tapi tidak sekali! Yang jelas, orang yang tidur di sebelahku tanpa busana adalah Mas Bhama!" tegas Vina, sorot matanya tajam menusuk, seakan ingin memojokkan Utari hingga tak ada ruang untuk bernapas."Bhama nggak mungkin ngelakuin hal itu!" seru Utari, suaranya pecah karena emosi. Matanya memanas, seolah-olah api membakar hatinya yang kini dipenuhi rasa sakit bercampur marah."Dia mabuk, apa pun bisa terjadi, Mba! Aku nggak mengada-ada!" balas Vina dengan nada yang tak kalah tinggi, bersikukuh mempertahankan klaimnya.Utari berdiri mendadak. Napasnya memburu, jemarinya mengepal erat. "Kamu!" serunya penuh geram, kata-katanya tertahan di kerongkongan karena dadanya begitu sesak.Beberapa detik yang lalu, Utari merasa simpati terhadap Vina, perempuan yang dikiranya korban permainan kotor Anggara dan teman-temannya. Tapi sekarang? Sikap Vina memusnahkan rasa iba itu. Yang tersisa hanya kemarahan."Tari..." Saka, yang dudu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status