Home / Historical / PERMAISURI YIN / 32. Mantel Bulu

Share

32. Mantel Bulu

Author: Rosa Rasyidin
last update Huling Na-update: 2024-12-17 09:06:01

Li Wei mengabaikan urusan dengan permaisurinya terlebih dahulu. Soal cemburu, biarlah.

Mungkin dari sana A Yin sadar bahwa ia harus mencintai dan berlaku baik dengan suaminya. Ada urusan lain yang jauh lebih penting.

“Duduk,” ucap Li Wei pada Chang Mi ketika mereka sampai di kamar.

Chang Mi duduk di tepi ranjang milik sang pangeran. Sesuai titah Selir Agung, ia harus merayu, menggoda dan membuat Li Wei penasaran dan mencintainya setengah mati.

Hal demikian sudah dipelajari oleh Chang Mi di rumah bordil. Yang ia takutkan hanya ketika dapat perlakuan tak baik dari lelaki yang menginginkan tubuhnya.

Chang Mi membuka satu demi satu hiasan kemudian merapikan rambutnya. Lapisan luar hanfu yang cerah juga mulai gadis itu longgarkan ikatannya. Ia menunggu dengan sabar sampai Li Wei mendatanginya.

Sedangkan sang pangeran mengaduk air putih di dalam cangkir untuk diberikan pada gadis pemberian Selir Agung. Kemudian lelaki itu membuka tempat penyimpanan barang-barang berbahaya.

Salah satu
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • PERMAISURI YIN   Luka yang Abadi

    Li Wei turun dari jeep, deru mesin perlahan mereda di tengah udara malam yang dingin. Jari-jarinya menggenggam tangan A Yin dengan erat, seolah ingin memastikan bahwa ia tetap ada di sisinya. Tak peduli apa yang akan terjadi.“Jangan takut, ingat pesanku diam saja, ya,” ucapnya dan A Yin mengangguk.Di depan mereka, sebuah gudang tua menjulang di tepian dermaga. Pintu besinya terbuka sedikit dan memperlihatkan cahaya redup di dalamnya. Li Wei menarik napas, lalu melangkah dan membawa A Yin masuk ke dalam sarang yang penuh dengan kekejian.Di dalam, puluhan pengawal berdiri seperti patung. Pakaian hitam mereka menyatu dengan bayangan. Tatapan mereka dingin dan tajam. Namun perhatian A Yin segera tertuju pada sosok di tengah ruangan.Seorang perempuan dengan rambut merah menyala yang jatuh di pundaknya. Wajahnya tersembunyi di balik topeng emas yang berkilauan. Ia duduk di kursi besar seperti ratu, jemarinya yang bersarung hitam mengetuk sandaran tangan dengan irama lambat."Li Wei. Lam

  • PERMAISURI YIN   Mutiara Keabadian

    Li Wei menggenggam kemudi dengan erat, sementara deru mesin jeep mengisi keheningan di antara mereka. A Yin duduk di sampingnya. Mata wanita itu terpaku pada lintasan panjang yang terbentang di depan.Jalanan penuh dengan mobil dan lalu lintas kendaraan lain. Beberapa anak SMA menyeberang sekolah dan di sana tempat Su Yin mengenyam pendidikan menengah ke atas.Li Wei menghela napas dalam. Ia menoleh sekilas ke arah A Yin yang masih terdiam."Kita di sini untuk menikmati hari, bukan untuk meratapi masa lalu," ucapnya, berusaha mencairkan suasana.A Yin hanya tersenyum kecil, lalu menatap kantong hitam yang berisi koin emas dari kuburannya."Pangeran, sebenarnya kita pergi ke mana?"“Mall. Kita beli baju untukmu dan segala kebutuhannya. Aku tak tahu kau akan tinggal berapa lama, jadi sudah kewajibanku menyediakan yang terbaik untukmu.”“Kenapa begitu? Bukankah kau masih tak mengakui aku istrimu?”“Karena aku mengambil banyak harta dari kuburanmu. Membeli baju tidak akan membuatku jatuh

  • PERMAISURI YIN   Madu dari Permaisuri

    Li Wei diam sejenak, ia tak tahu harus melanjutkan atau menyudahi kegilaan yang dilakukan oleh A Yin yang kini mencium pipi dan mengenai bibirnya perlahan.“Su Yin merebutmu dariku.” Kata-kata itu terngiang di pikiran Li Wei.“Aku tidak kenal Su Yin.” Li Wei mendorong A Yin dari pelukannya.“Suatu hari nanti kau pasti akan mengenalnya jika bertemu lagi. Percayalah padaku.” A Yin memegang pipi Li Wei.Tangan A Yin terasa dingin sekali dan bayangan masa lalu kembali melintas di benak lelaki itu. Ia pun memilih duduk di tepian ranjang.“Dengar, apapun masa laluku, itu hanya masa lalu. Aku percaya kita bereinkarnasi, tapi ya sudahlah sekarang saatnya kita memulai kehidupan yang baru.” Li Wei hanya berusaha menutupi bayangan masa lalu yang bermain di pikirannya. Terlintas kenangan saat ia menikahi Permaisuri A Yin dan melewati malam pertama yang penuh rasa menggebu. “Masa lalu itu akan membebani hidupmu, Pangeran, jika kau tak menerimanya.” Tiba-tiba saja A Yin duduk di pangkuan Li Wei d

  • PERMAISURI YIN   Baju dan Celana

    Taman sekitar apartemen masih ramai dengan orang-orang yang menikmati udara di sore hari. Permaisuri A Yin belum sepenuhnya pulih dari keterkejutan saat hampir ditabrak oleh anak kecil yang mengendarai skuter. Napasnya masih sedikit tersengal, dan ia menatap Li Wei yang kini berdiri di sampingnya."Kau baik-baik saja?" tanya Li Wei, suaranya sedikit lembut. Ia sendiri bingung mengapa sangat khawatir dengan wanita itu.Permaisuri Yin menegakkan tubuhnya dan bersikap tenang layaknya seorang ratu. Meski dirinya masih diliputi rasa aneh dan kebingungan terhadap kehidupan di luar istana ini terlalu penuh kejutan."Aku hanya tidak terbiasa," ucap A Yin, matanya masih melihat taman di bawah apartemen. "Tidak ada anak kecil dengan alat seperti itu di istana. Kita juga belum pernah punya anak."Li Wei tersenyum. Membahas soal anak tentu ada interaksi intim antara lelaki dan perempuan dan ia belum pernah merasakan itu. Matanya juga berbinar seperti menikmati ketidaktahuan Permaisuri Yin tentang

  • PERMAISURI YIN   Beban Berat

    "Apa ini!" Li A Yin terlonjak, hampir ia menjatuhkan radio dari genggamannya. Matanya melihat penuh keheranan.Di dalam jeep yang menuju ke Shanghai, Permaisuri Li A Yin memegang perangkat kecil dengan penuh waspada. Benda itu memiliki kenop dan tombol-tombol aneh, dan tiba-tiba ada suara lelaki asing yang berbicara dengannya.“Tidak sopan, berani kau dengan seorang permaisuri.”Li Wei, yang sedang fokus mengemudi melirik sekilas sambil memutar bola mata "Radio. Itu hanya siaran, bukan sihir. Haduuuh, dari mana dia ini berasal?"Permaisuri Li A Yin mengerutkan keningnya, ia masih mencurigai benda tersebut."Bagaimana suara seseorang bisa terperangkap di dalam kotak ini? Sangat mustahil! Apakah dia seorang yang abadi?"Li Wei tertawa kecil. "Tidak, itu hanya teknologi." Ia tahu, setiap perjalanan dengan Permaisuri Li A Yin berarti menjawab pertanyaan demi pertanyaan dan lelaki itu cukup menikmatinya.“Ini.” Li Wei memberikan sesuatu.“Apa ini?” A Yin menerima sebungkus cokelat.“Kau t

  • PERMAISURI YIN   Kesenjangan Tahun

    Li Wei ingin meninggalkan makam, tetapi Li A Yin mengejar dan menarik bajunya. Permaisuri tak mau ditinggal karena ia juga takut di dalam makamnya sendiri.“Fujin, kenapa kau tega meninggalkanku di sini?” A Yin menahan baju Li Wei dan lelaki itu berusaha menepisnya.“Aku bukan suamimu, lepaskan aku.”“Kita sudah menikah, kita dinikahkan oleh kaisar dan akan menjadi pasangan abadi di langit juga bumi, kenapa kau lupa, Fujin!” A Yin menentak kakinya. “Nyonya, maaf tapi sepertinya kau salah orang.”“Mana mungkin salah orang, lihat wajahmu sama dengan suamiku, kecuali bajumu yang seperti pengemis. Ya mungkin kau baru kembali dari peperangan.” A Yin menatap Li Wei sambil berkedip cepat. Lelaki itu jadi semakin takut.“Nyonya, kau bicara apa? Tidak ada lagi peperangan di sini, tolong lepaskanlah aku.”“Lalu kenapa kau kemari, dan kenapa aku bisa di sini?”“Ya, mana aku tahu, ini makam, kau terkubur di sana ribuan tahun lamanya, dan aku berniat mencuri perhiasanmu untuk menyambung hidup, N

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status