Home / Historical / PERMAISURI YIN / 62. Korban Pertama

Share

62. Korban Pertama

Author: Rosa Rasyidin
last update Last Updated: 2025-01-15 20:44:53

Su Yin menghindar dengan memanjat dinding istana ketika manusia dengan wujud setengah serigala itu nyaris mencakarnya. Wajah yang menyerang tidak ketahuan sama sekali, semua tertutup bulu yang lebat.

Pertarungan itu tidak seimbang, lelaki dengan cakar dan taring yang tajam tersebut bahkan telah merobek hanfu tipis sang permaisuri hingga penampilan Su Yin terlihat setengah tak berbaju.

“Kenapa zaman dulu banyak sekali mahkluk-mahkluk aneh.” Su Yin duduk sambil mengatur napas. Ingin ia berlari tapi mahluk di depannya mengeluarkan sepuluh jari dengan kuku tajam.

Pertarungan tidak dapat dihindari. Polisi wanita itu melawan dengan tangan kosong dan mengandalkan tendangan serta pukulan saja.

Su Yin berhasil menghantam uluhati lelaki itu hingga mundur beberapa langkah. Namun, bukannya mengaku kalah, mahluk tersebut mundur untuk mengumpulkan kekuatan.

Manusia dengan bulu-bulu lebat itu berlari menggunakan dua tangan serta kaki persis seperti binatang. Su Yin menganga sesaat tetapi ia lek
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • PERMAISURI YIN   62. Lingling

    Aligur tinggal di dalam rumah bordil. Ia bisa mencium dari jarak jauh kedatangan Selir Agung ke tempat yang dijanjikan. Dukun sakti itu kemudian duduk bersila sambil memejamkan mata dan tak lupa membaca mantera. Secara ajaib kepalanya berputar dari depan ke belakang tanpa ada tulang yang patah sama sekali. Lalu karena cepatnya perputaran itu arwahnya pun keluar dan berubah menjadi seringan selendang merah yang ia gunakan. Aligur terbang menyusuri tempat-tempat gelap agar tak terkena cahaya matahari dan bersembunyi di balik kereta bangsawan dan sampai di rumah singgah Tugur. “Tuanku,” bisiknya di telinga Tugur yang sedang tidur. Lelaki dengan tubuh kekar itu langsung bangun. “Ada apa?” “Dia akan datang, untuk menyempurnakan rencanamu, kau siap? Anak itu akan jadi milik orang lain, jika kau tak siap aku bisa menghentikannya.” “Lalukan sesuai rencana, aku masih bisa membuat anak yang lain.” “Baik, Tuanku.” Aligur kemudian melesat terbang lagi seperti tadi dan langsung memasuki tub

    Last Updated : 2025-01-16
  • PERMAISURI YIN   63. Narsis

    Pagi harinya Ming Hua sudah membaik, setelah mandi dan mengganti baju serta berdandan ia menuju istana naga emas sambil pelayannya membawakan kudapan yang masih hangat. Kedatangannya diumumkan, kebetulan Bai Jing dan Putra Mahkota akan sarapan bersama. Sekalian saja mereka mengajak ibunda yang terlihat sibuk belakangan ini. “Kau terlihat pucat akhir-akhir ini, anakku, apa kau menjaganya dengan baik?” Ming Hua memegang tangan Bai Jing sambil menatap putranya. Sang permaisuri di istana bunga emas masih terkejut dan ketika dirinya hampir dilecehkan hingga terlihat tak sehat. “Tentu saja, Ibunda, Putra Mahkota menjagaku dengan baik. Nuyi (sebulan pelayan istana di dalam lingkungan istana) bawakan teh kesukaan ibuku, sekarang.” Perintah Bai Jing dan segera dilaksanakan oleh pelayannya. “Tidak perlu repot-repot, Ibu ke sini karena merindukan kalian. Lihat, ini kudapan kesukaanmu, ayo dimakan. Kau harus sehat agar bisa menjadi ibu,” ucap Ming Hua tanpa sadar hingga membuat senyum pangera

    Last Updated : 2025-01-18
  • PERMAISURI YIN   64. Jatuh Cinta?

    Malam hari ketika Su Yin sudah istirahat lebih dahulu, Li Wei masih memeriksa peta Dinasti Tang di mana kota Chang An sebagai pusat kota dengan beberapa kota besar dan desa yang masih baru. Beberapa di antara penduduk merupakan pelarian dari dinasti atau peradaban lain. Mereka mencari suaka dan perlindungan agar hidup aman. Tak bisa dipungkiri, selain Tang, masih banyak peradaban lain yang masih suka berperang. Suku Serigala hanya salah satu contoh. Desa bebatuan merupakan desa yang berada di luar pemerintah Tang dan pendudukan sangat primitif. Mereka masih memegang tradisi memakan daging manusia, yang mana korbannya ditunjuk oleh tetua desa. Bagi mereka yang masih patuh akan suka rela menumbalkan orang tersayang demi keberlangsungan adat istiadat. Bagi yang ingin meraih harapan hidup lebih baik akan kabur dari desa diam-diam. Ada yang berhasil ada yang tidak. Yang tidak berhasil kebanyakan dibunuh serigala jadi-jadian, yang berhasil kabur umumnya mengalami kesulitan beradaptasi de

    Last Updated : 2025-01-18
  • PERMAISURI YIN   64. Ekspedisi ke Utara

    Pelayan dan para penjaga sudah bersiap untuk berangkat. Namun, ada seseorang yang terlihat berlari menuju kereta iring-iringan pangeran. Su Yin mengenal gadis itu. Ru Yi datang membawa beberapa barang yang dibungkus menggunakan kain. “Pemaisuri, andai boleh, aku akan memilih ikut sebagai tabib dalam perjalanan kali ini,” ucap Ru Yi sambil mengatur napas. “Tidak usah, lanjutkan saja belajarmu, aku baik-baik saja, aku juga dokter, tapi ini apa?” tanya Su Yin sambil menimbang-nimbang. “Ada cream siang, cream malam, cream anti matahari dan cream awet muda, hi hi hi.” Ru Yi tersenyum kecil. Begitu yang ia pelajari dari buku yang dituliskan oleh Permaisuri Yin. “Oh, jadi dokter kecantikan rupanya.” Su Yin melirik Ru Yi dari ujung rambut sampai kaki. Gadis itu mengenakan baju tabib yang dari kualitas kain yang bagus dan membuatnya terlihat cantik. “Kau di sini tidak ada niat menikah?” Tiba-tiba aja pertanyaan sang permaisuri ke sana. “Ehm, malu, Permaisuri, umur hamba sudah 24 tahun. S

    Last Updated : 2025-01-18
  • PERMAISURI YIN   65. Opium

    Ming Hua memijit kepalanya yang terasa pusing. Kemudian ia memanggil Gui Mama dan meminta benda yang ia perintahkan untuk dibeli, walau dengan harga yang mahal. “Tapi, Nyonya, ini tak baik bagi kesehatan.” Ragu-ragu pelayan dengan gigi emas itu memberikannya. “Sekali saja, aku tidak bisa tidur nyenyak belakangan ini.” Selir Agung mengambil cerutu panjang dan mengisap opium. Pertama kali ia batuk dan lama-lama terbiasa. Guna opium sebenarnya untuk pengobatan dan mengurangi sakit perut hebat. Tetapi terkadang pemakaiannya sering disalah gunakan untuk merasa terbang ke langit ketujuh. Ming Hua merasa tenang sekali walau pandangannya mengabur. Ia pun tertidur dan opium jatuh ke lantai. Teler karena pertama kali menggunakan opium. Gui Mama membersihkan jejak penggunaan benda itu dan mengasapi ruangan agar wangi bunga seperti biasa. Tiba-tiba saja tanpa pemberitahuan sebelumnya, Kaisar datang ke istana bunga perak. Para pelayan memberi hormat. Gui Mama sudah mencoba membangunkan Selir

    Last Updated : 2025-01-20
  • PERMAISURI YIN   66. Gagal Lagi

    Bagian 65 Putra Mahkota duduk di meja kerjanya. Ia baru saja memeriksa seluruh istana sampai bagian sudut ditemani Shen Du demi mencari apa yang bisa dicurigai. Namun, hasilnya kosong. Mata sipit sang pangeran pertama melihat surat dari adiknay yang belum dibuka. Sudah tiga hari Li Wei pergi dan ia baru mengingatnya. Segera saja lelaki dengan hidung bengkok itu membukanya. Surat yang cukup panjang dan membuatnya menahan napas sejenak. Surat itu diletakkan oleh Zu Min. Li Wei bermaksud baik padanya, ia tahu itu. Namun, permintaan sang adik mengapa sangat berat?“Dari sekian banyak orang, mengapa kau memintaku mencurigai ibuku sendiri? Sejahat-jahatnya Ibu, beliau tetap ibuku dan ketika aku diangkat menjadi Kaisar, Ibu akan menjadi Ibu Suri.” Surat itu dibakar oleh Zu Min dan ia anggap lupa dengan isinya. Meski surat sudah jadi abu, Putra Mahkota tetap saja terbawa pikiran. Ia bahkan memikirkan hal itu ketika makan bersama Bai Jing. “Fujin (suamiku), apakah makanannya tidak enak?

    Last Updated : 2025-01-20
  • PERMAISURI YIN   67. Bahagia

    Iring-iringan kereta Pangeran Kedua melewati desa di mana padi sedang kuning-kuningnya tumbuh. Pangeran yang berada di dalam kereta membuka jendela begitu juga dengan Su Yin demi menikmati pemandangan indah. “Waaah, di kota besar lahan ini sudah berubah menjadi jalan raya, mall, pertokoan dan apartement. Aku benar-benar beruntung bisa melihat Cina yang agung di zaman dulu,” ucap Su Yin sambil melihat beberapa petani menjaga sawah. “Tang yang agung dan tenang, jangan sampai diganggu oleh musuh dari mana saja. Rakyat sudah hidup tenteram dan mereka tidak perlu tahu tentang boroknya dalam istana. Biarkan mereka makmur sebagai petani, pedagang atau apa saja.” Begitu isi kepala Li Wei. Rombongan terus melewai persawahan dan perkebunan, kali ini kebun semangka. Merasa senang, Su Yin keluar dari kereta dan memilih jalan kaki sambil menikmati udara segar. Pemandangan di luar istana membuatnya lebih bahagia. Siang hari tiba, iring-iringan itu istirahat di tepi sungai dan para pelayan memas

    Last Updated : 2025-01-20
  • PERMAISURI YIN   68. Sang Guru

    Iring-iringan kereta terus berjalan menuju pegunungan utara yang dingin. Kini mereka melewati jalanan di antara tebing tinggi di sisi kiri dan kanan. Saking tingginya, ukuran manusia kecil sekali kalau dilihat dari atas. “Aku perlu memakai mobil berjam-jam kalau pergi ke tempat ini, dan sekarang aku benar-benar pergi pakai kereta.” Su Yin menyibak tirai. Terkadang, kalau ia kelelahan dirinya akan tidur di dalam kereta yang dibuat cukup besar demi kenyamanan para tuan. Angin yang bertiup cukup dingin di antara tebing yang menjulang. Su Yin merapatkan mantel dan asap berembus dari bibirnya. Kotak pemberian dari Ru Yi tergeser. Sang permaisuri meraih dan melihat isinya. Di sana ada beberapa cream wajah dengan aroma bunga yang alami. Lalu ada benang sutra untuk menjahit luka, kasa, beberapa bubuk obat, salep, juga jarum jahit. “Kotak P3K zaman dulu, terima kasih kawan.” Su Yin menutup lagi kotak itu. Kereta berhenti dan sang permaisuri turun, ia disambut oleh Pangeran yang terlihat k

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • PERMAISURI YIN   Kabar Angin

    Su Yin masih mendekap Li Wei sangat erat. Malam setelah mereka kembali menyatu dan malam-malam berikutnya terasa sangat membara kerinduan yang harus dilampiaskan. Sejoli itu bagai tak memiliki waktu lain, seolah-olah perjumpaan mereka sangat singat dan tak mau kehilangan momen apa pun.Sebagai raja, Li Wei berusaha menjalankan aturan di selatan dan sebagai ratu Su Yin menjaga kewibawaan di depan bawahannya. Lain cerita di depan suaminya, ia seperti anak kecil yang terus memegang tangan pangeran kedua begitu erat.Sebab Su Yin teringat dengan kata Shen Du bahwa umurnya di masa lalu tidak panjang. Cerita sejarah yang ia peroleh pun hanya sedikit catatan tentang Permaisuri Yin, wanita yang mati muda ketika melahirkan anak keduanya.“Apakah semua persiapan sudah selesai?” tanya ratu pada rajanya.“Hampir. Kau sedang buat apa?” Li Wei balik bertanya ketika telah kembali dari luar.“Ehm mantel bulu. Kau akan menempuh perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan, angin di luar sana tidak b

  • PERMAISURI YIN   100. Sejoli Labil

    Selesai penobatan, Li Wei langsung membagi tugas-tugas penting untuk para bawahannya. Ia dan Su Yin akan tinggal di istana utama, menggantikan kaisar selatan yang telah tewas. Istana itu memang tidak lebih megah daripada di Chang An, tetapi memiliki ukiran serigala yang sangat kokoh.Jenderal Naga Perak memulai langkahnya dengan menerapkan sejumlah aturan di selatan. Di antaranya cara berpakaian mengikuti protokol Dinasti Tang. Warna merah hanya untuk raja dan ratu saja. Warna biru untuk para prajurit pemberani dan terhormat.Rakyat biasa tak lagi menggunakan pakaian dari kulit serigala. Mereka boleh menggunakan sutra atau bahan lainnya selama tidak menyamakan diri dengan pakaian raja dan ratu. Kulit serigala akan dijadikan hiasan bukan bahan utama.Sang raja memasuki kamar ketika urusan pekerjaannya telah selesai. Terlihat ratu sudah membuka baju warna merahnya dan menggunakan dalaman warna putih saja. Luntur harapan Li Wei, tadinya ia ingin mengulang momen malam pertama dan membuka

  • PERMAISURI YIN   99. Penobatan

    Su Yin sedang memeriksa sekujur tubuh suaminya yang mengalami luka dan memar. Perilaku keduanya tidak mirip dokter dan pasien, melainkan seperti sejoli yang rindu berat dan tak punya kesempatan untuk melampiaskan hasratnya.Dokter forensik itu menyetuh lengan bagian atas Li Wei yang ia jahit dua minggu lalu menggunakan benang sutra. Lukanya mulai mengering dan hanya butuh dibersihkan setiap hari.Dua mata itu saling menatap tanpa berkedip. Pangeran Kedua yang masih sakit tulang tak bisa menahan diri, ia menarik wajah Su Yin hingga keduanya tak ada jarak lagi.Permaisuri Yin melepas semua peralatan medis dan balas mencium Li Wei lebih dalam. Ya, memang keduanya saling merindukan. Namun, ketika polisi wanita itu menekan salah satu anggota tubuh suaminya, Li Wei pun melepas ciumannya dan mengaduh.“Sakit, kan?” tanya Su Yin dengan tatapan tak puas. Padahal ia sudah terbawa suasana.“Iya, aduh sakit sekali, kapan sembuhnya?” Li Wei memegang pinggangnya. Luka memanjang yang paling dalam.“

  • PERMAISURI YIN   98. Gila

    Permaisuri Bai Jing tak membuka mata meski Ru Yi telah melakukan segala cara untuk menyadarkannya. Wanita baik hati itu tak kuat ketika harus mengeluarkan bayi separuh serigala yang berwujud manusia biasa. Shen Du datang mendekat dengan keadaan tangan terluka. Lelaki itu mengambil sebuah benda bulat seperti mutiara. Ia meminta Ruyi agar menghancurkannya di air hangat dan memercikkan ke seluruh tubuh permaisuri. “Apa itu?” tanya Kaisar sambil menimang anaknya. “Mustika penahan arwah, Yang Mulia, belum saatnya Permaisuri Jing tutup usia, tapi karena huru-hara kandungan dan tubuhnya pun terganggu.” Kaisar hanya menghela napas saja. Benar-benar situasi yang tidak terkendali meski keamanan istana sudah dibuat sampai empat lapis. “Singkirkan semua mayat dan bersihkan kembali istana. Putriku harus mendapatkan penyambutan yang layak.” Perintah Kaisar pada pengawal pribadinya. “Yang Mulia, apa semua baik-baik saja.” Pangeran ketiga masuk ke rumah sakit istana. “Iya, semua baik, terima k

  • PERMAISURI YIN    97  Dewi Serigala 

    Seutas kain merah turun di departemen sihir dan perbintangan. Kain itu kemudian berubah menjadi sosok Aligur yang wajahnya ditumbuhi bulu-bulu warna merah. Dukun tersebut merupakan kaki tangan dewi serigala langit yang turun malam ini atas jamuannya. Aligur masuk ke kuil dengan niat mencari Shen Du. Namun, kepala departemen itu tidak ada di tempat. Dukun berambut merah tersebut ingin pergi, tetapi ia mendengar suara lonceng berdentangan dari ruang bawah tanah. Ya, ia menyadari kedatangan seorang saman yang sengaja mengganggunya. Wanita itu berubah jadi kain lagi dan turun menabrak semua jimat. Awalnya Aligur terpental, tetapi ia menjentikkan jari dan membakar semua jimat kertas hingga hangus dan tersisa jadi abu. Namun, Abu itu ternyata mengenai wajahnya dan ia terluka dalam. “Bedebah.” Dengan kemarahan di dalam dada Aligur menendang pintu yang dilapisi jimat lagi. Tiga kali tendangan pintu itu terbuka juga. Terlihat Park Hwa Rim menghentikan tarian demi menyambut tamu agungnya.

  • PERMAISURI YIN   96. Bulan Purnama Berdarah 

    Dengan pakaian seperti gundik, Aligur berjalan dengan gemulai di tengah kota Chang An. Tentu saja hal itu membuat mata lelaki tertuju dan mengikutinya. Ia tertawa dan menutupi wajahnya dengan kipas. Aligur terus berjalan hingga tak jauh lagi dari gerbang istana. Tiba-tiba saja dukun berambut merah itu menari dengan gerakan yang sangat indah. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas lalu berputar-putar. Tak ayal langit yang tadinya terang benderang langsung ditutupi awan gelap. “Hei, kau berhenti melakukan gerakan itu!” Kebetulan Pangeran Ketiga lewat di sana. Ia memerintah anak buahnya mengusir Aligur. Namun, belum sempat didekati anak buah pangeran ketiga terpental begitu jauh hingga kepalanya pecah. “Tangkap dia!” Pangeran Ketiga semakin terkejut ketika darah dari kepala prajuritnya dijilat seekor serigala. Penduduk pun berlarian ke sana kemari. Ditambah wajah Aligur perlahan-lahan menampakkan perubahan. Bulu warna merah tumbuh lebat di lehernya. “Dewi Serigala Langit, berkatilah

  • PERMAISURI YIN   95.  Saman dari Silla 

    Shen Du bersujud di depan Kaisar. Ia dipanggil secara khusus di tengah malam atas peringatan tentang peristiwa bulan berdarah. “Karena kau yang paling pertama memperingatiku. Kau yang harus bertanggung jawab mencegah peristiwa ini terjadi. Sebagai kaisar aku sudah memperketat keamanan. Lalu, apa yang telah kau lakukan?” “Yang Mulia,” ucap Shen Du. “Angkat kepalamu, aku sedang bicara denganmu.” Shen Du kemudian menegakkan tubuhnya. Ia menarik napas sebentar. Ketika ingin berbicara pemimpin departemen sihir dan perbintangan itu merasakan beberapa roh jahat terbang di dekat kaisar. “Yang Mulia, secara spiritual hamba akan mencegah terjadinya peristiwa bulan berdarah hingga Permaisuri Utama akan melahirkan dengan selamat, hanya saja.” “Hanya saja? Apa maksudmu?” “Hamba membutuhkan bantuan. Hamba memiliki kenalan seorang dukun saman terkenal dari Silla yang agung. Park Hwa Rim, dia bisa membantu hamba menekan kekuatan jahat yang mulai memasuki istana.” “Kekuatan jahat sudah masuk?”

  • PERMAISURI YIN   94. Karam

    Su Yin dan An Ama terkejut ketika sampai di kapal perang, beberapa prajurit Tang melawan serigala dengan ragam warna. Ya, pasukan Yi Gur sebagian bisa mengubah wujud, begitu pula dengan pemimpinnya. “Nyonya, hati-hati,” ucap An Mama ketika dua serigala memandang ke arah mereka. “Tebas langsung ke kepala saja, hiaaat!” Sang permaisuri melompat dan melayangkan pedang ke arah serigala hingga lepas. An Mama mendorong dan membuang binatang itu ke laut. Hal yang sama kemudian dilakukan oleh prajurit Tang yang lain. “Kenapa dia ada di sini?” Perhatian Li Wei teralihkan. Pada saat yang sama Yigur menodongkan belati ke lehernya. “Enak saja, hanya aku yang boleh menyakiti suamiku, hiaaat!” Su Yin berlari dan menghalangi belati Yigur dengan pedangnya. “Kita jumpa lagi, kau datang juga.” Yigur tersenyum. “Kenapa kau tidak menuruti kata-kataku!” Li Wei masih sempat bertanya. “Kita bahas hal itu nanti, selesaikan yang di depan dulu.” Su Yin dan Li Wei bekerja sama melawan Yi

  • PERMAISURI YIN   93. Ikan Hiu

    Li Wei berdiri di atas benteng pertahanan. Pangeran Kedua sedang memantau para prajurit yang berlatih. Ia meraih teropong di pingang, lalu melihat ke arah yang jauh sampai ke tepi pantai. Armada angkatan laut yang dipimpin oleh menhan langsung sedang mengisi amunisi. Sebuah anak panah menancap di sebelah Li Wei. Di anak panah itu terikat sebuah surat. Ia membuka dan membacanya dengan perlahan lalu meremas dan membuangnya. “Suku serigala sedang mempersiapkan serangan untuk kita. Kapal mereka mulai berjalan. Sampaikan pesanku pada menhan agar mempercepat persiapan. Sampaikan diam-diam jangan sampai ada yang tahu, mengerti!” perintah Li Wei. “Baik, Pangeran.” Furong melompat dari benteng dan berlari ke kandang kuda lalu segera ke pelabuhan. Tersisa Pangeran Kedua dengan beberapa pasukan elitenya. Lelaki itu mengembuskan napas dalam. Ia boleh mati tapi Permaisuri Yin harus selamat apa pun caranya. Li Wei pergi menemui An Mama secara pribadi. Sang guru yang sedang mengasah pedang berd

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status