Suasana di ruang sidang terasa mencekam. Su Yin meremas jemari demi mencoba menenangkan diri. Cecillia duduk diam, tatapannya tajam ke arah ketua hakim. Sementara itu, Jaksa Aaron tetap tegak, matanya mengamati setiap perubahan rasa di wajah Li Wei.Ketua Hakim menatap mereka semua sebelum akhirnya mengangkat palu tinggi-tinggi."Setelah mempertimbangkan seluruh bukti dan mendengarkan argumen yang telah disampaikan dalam lima sidang terakhir, kami telah mencapai keputusan," ucap Rong Zuan Hui tergantung.Su Yin menarik napas dalam-dalam, jemarinya bergetar di pangkuan. Li Wei menatap lurus dengan tatapan dingin disertai rahangnya yang semakin mengeras.Ketua Hakim mengetukkan palu. Suara benturan kayu itu bergema di seluruh ruangan."Terdakwa, Li Wei, dinyatakan bebas bersyarat dengan ketentuan, dilarang meninggalkan negeri, bahkan kota ini, dan wajib melapor selama tiga tahun berturut-turut." Ketua Hakim selesai membacakan keputusannya.Ruangan sejenak sunyi sebelum ..."Apa? Tiga ta
Saat kejahatan kelompok mafia yang dipimpin Nona Fang akhirnya terungkap, Han Rui dan Liu Zeng menghadapi konsekuensi penuh dan menerima hukuman yang setimpal. Su Yin, dengan tekad yang tak tergoyahkan, menggali lebih dalam jejak masa lalu Nona Fang. Ia menemukan koneksi tersembunyi yang selama ini luput dari perhatian.Dengan strategi cermat, tim yang dibentuknya bergerak cepat, menjaring seluruh jaringan yang masih beroperasi dalam kegelapan. Officer Jimmi turut terlibat dalam setiap penyidikan serta penangkapan.Sementara itu, dari kejauhan, Nona Fang hanya bisa mengamati. Wajahnya yang rusak semakin terasa sakitnya, dan ia kehilangan kendali atas kekuasaan yang dulu ia genggam erat. Jumlah CCTV yang dipasang semakin banyak di setiap sudut kota membuatnya kesulitan mendapat korban baru.“Li Wei di mana sebenarnya kau sembunyi selama ini.” Nona Fang berdiri di atas atap apartemen.Di bawah sana Su Yin sedang menggeledah satu gedung yang selama ini menjadi tempat pergerakan anak buah
Di ruang interogasi yang gelap, Su Yin duduk tegak, matanya menatap tajam ke arah Han Rui dan Liu Zeng yang kini duduk berhadapan dengannya. Di sudut ruangan, Officer Jimmi berdiri dengan tangan terlipat dan memperhatikan jalannya interogasi."Kita bisa melakukan ini dengan cara mudah atau sulit. Tapi satu hal yang pasti, aku akan mendapatkan kebenarannya. Jadi, kalian lebih baik jujur sekarang juga!" tekan Inspektur Su Yin beserta ancamannya.Han Rui mengalihkan pandangan, wajahnya tampak penuh kegelisahan. Liu Zeng, yang sebelumnya mencoba tampak tenang, kini mulai berkeringat."Aku ... aku tidak tahu apa-apa tentang Nona Fang," ucap Han Rui. Su Yin membanting berkas ke meja dan membuat Han Rui tersentak."Jangan coba-coba berbohong! Aku punya cukup bukti yang menunjukkan bahwa kau dan Liu Zeng sudah lama bekerja untuknya. Lalu apa maksud selendang merah ini? Kenapa selalu muncul sebelum ada mayat ditemukan? Jawab jujur atau kalian akan aku tuntut dengan hukuman seberat-beratnya." S
Su Yin berdiri tegak di sudut ruangan, matanya menatap dengan penuh kewaspadaan saat sekelompok polisi memasuki ruang bawah tanah makam Ratu Yin. Lampu-lampu senter mereka menyinari dinding batu kuno. Kuas khusus menyapu peti mati yang telah sedikit bergeser dari posisinya.Kapten Liu mengamati peti mati dengan penuh rasa takjub. “Inspektur Su Yin, kau benar-benar menemukan sesuatu yang luar biasa. Apa yang membuatmu curiga ada sesuatu di bawahnya?”“Saat aku menyelidiki ukiran di pinggir peti, aku merasa ada pola yang tidak biasa. Seolah-olah ada ruang kosong di bawahnya dan ternyata benar.” Su Yin tidak jujur sepenuhnya. Ia ke sana karena ingin mencari bukti bahwa Li Wei tidak bersalah.Seorang petugas mulai menyingkirkan batu-batu yang menutupi lantai di bawah peti mati. Beberapa menit kemudian, ruang rahasia mulai tampak, penuh dengan emas, permata, dan artefak kuno yang terpendam selama berabad-abad. Tak luput beberapa mayat yang mengering karena mencoba mencuri harta milik Ratu
Su Yin menyentuh permukaan kertas dengan ujung jarinya. Ia mengamati detail setiap garis dan campuran warna yang dibuat oleh tangan Li Wei. Lukisan itu sempurna dan begitu hidup hingga seperti ingin berbicara padanya. “Sejak kapan kau bisa menggambar?” tanya Su Yin sambil memandangi gambar dirinya di keras itu.“Sejak di dalam penjara.”“Gambarmu sangat bagus. Oh aku ingat saat di pintu masuk ada lukisan gerbang kota Chang An. Apa kau yang membuatnya?” Gadis itu terlihat sangat penasaran.Li Wei tersenyum kecil, sembari menggeser posisi duduknya. "Hanya cara itu untuk menghabiskan waktu."Su Yin melirik sekilas, lalu kembali menatap ke arah lukisan. "Tapi, bukankah ada sesuatu yang ingin kau bicarakan, bukan?" "Su Yin, ada hal yang belum pernah kuberitahukan padamu sebelumnya." Li Wei terdiam sejenak, lalu menghela napas. Nada suaranya terdengar serius hingga Su Yin mengalihkan pandangan dari gambar di tangannya."Apa itu?""20 tahun lalu, sebelum semua ini terjadi, aku menyimpan se
Su Yin menatap layar laporan terbaru yang dikirimkan Officer Jimmi. Ia menghela napas, matanya menelusuri setiap baris dengan teliti. Namun, sebelum ia sempat menarik kesimpulan lebih jauh, pintu kantornya diketuk. "Masuk," kata Su Yin tanpa melepaskan fokus pada laporannya. Officer Jimmi melangkah masuk, membawa sebuah map tebal. Ia duduk di seberang Su Yin lalu menggeser map ke hadapannya dengan wajah serius . "Ada perkembangan soal Nona Fang,"ucap Jimmi tanpa basa-basi. "Beritahu aku semua yang kau temukan, sekecil apa pun." Inspektur Su Yin bersandar di kursi, ia menautkan jemarinya di atas meja. "Ada seseorang, namanya Han Rui. Bekas kaki tangan Nona Fang. Tidak pernah terlibat langsung dalam kasus besar, gerak-geriknya aneh, umurnya sudah tua dan Han Rui sudah banyak uban.""Aneh seperti apa?"Jimmi menggeser foto ke arah Su Yin. "Setiap malam, pukul satu dini hari, dia pergi ke sebuah toko teh tua. Tidak membeli apa-apa, hanya duduk di sana selama tiga puluh menit."Su Y