Akash menyadari tatapan Asha yang tajam ke arahnya dan membuatnya menghela nafas berat. Dia tidak ingin ada kesalahpahaman lagi, maka dia meninggalkan Tari yang sedang asik mengajaknya bicara. Langkahnya pasti mendekati Asha yang berdiri di samping meja resepsionis, dan tanpa basa-basi memeluknya di depan semua orang.
“Maaf, aku gak tahu dia tahu darimana soal CMP dan aku juga gak tahu kenapa dia datang,” bisik Akash.
“Dia mau ngajak kamu makan siang,” balas Asha. Tangannya dengan pelan melepas tangan Akash yang melingkar di badannya. “Silahkan,” ucapnya pelan.
Setelah itu, ia berbalik badan dan meninggalkan Akash yang memijat pelipisnya karena menyadari salah paham sudah tidak bisa dihindari.
Saat melihat punggung Asha menjauh, Akash
Kebucinan Akash pada Asha menjadi pemandangan yang cukup memuakkan untuk Amora saat itu. Tapi, tidak ada yang bisa dia lakukan kecuali diam dan menonton dengan tatapan penuh kebencian.“Pake suap-suapan segala sih. Kayak gak tahu tempat aja,” cebik Amora sambil memutar bola matanya jengah.Setelah merasa cukup dengan hidangan yang telah mereka cicipi, Akash berdiri lebih dulu sambil mengulurkan tangannya yang langsung disambut Asha. Keduanya bergandengan tangan kembali ke arah pelaminan dan nampak sedang berpamitan pada Cantika dan keluarganya.Saat itulah Amora makin mencebik kesal. Bukan hanya pada Akash dan Asha, tapi juga pada Cantika yang nampak begitu ramah pada mereka. Ia merasa sahabatnya pun sekarang malah lebih bersikap lebih ramah Asha dibanding dia.“Ayo Amora, kita juga harus segera berpamitan.” Mendengar ajakan ayahnya, Amora berdiri dan hendak meninggalkan acara. Tapi langkahnya sontak berhenti saat ia mendengar obrolan dua pria di belakangnya.“Aku yakin dia orangnya,
Beberapa bulan berlalu, Akash dan Asha pada akhirnya menerima undangan pernikahan Farid dan Cantika.Dua sahabat Akash itu pada akhirnya melabuhkan hati mereka di satu tempat yang sama.“Akhirnya nikah juga Bro!” Akash berdiri di samping Farid. Beradu tos sesaat sebelum dipeluknya sahabat kecilnya itu.“Iya akhirnya berhasil juga meluluhkan hati Cantika yang seperti gunung es ini.” Celetukan Farid membuat Cantika tersenyum tipis, pipinya merah bukan karena blush on tapi karena malu dengan godaan sahabat yang kini jadi suaminya.“Selamat ya Cantika, semoga pernikahan kalian diberkahi dengan kebahagiaan yang tidak terputus sampai ke surga.” Doa Asha terurai dan diaminkan Cantika.“Terima kasih,” balasnya sambil ikut memeluk Asha.Beberapa detik berikutnya mereka lalu berfoto bersama di atas pelaminan. Ada tawa bahagia dan senyum lebar yang tertangkap dalam setiap jepretan.Setelah puas mengucapkan selamat dan men
Cantika menoleh, Farid berdiri di belakangnya dengan seikat bunga mawar yang dia ulurkan pada Cantika.Mata wanita itu mengerjap pelan, sedikit tidak percaya dengan pemandangan yang ada di hadapannya, tapi sekaligus ada rasa hangat yang menjalar di hati, naik ke pipinya. Kedua tangannya terangkat menutup pipinya yang menghangat.“Kamu—”Kalimat Cantika terhenti saat Farid bersimpuh dengan satu kaki sebagai tumpuan, dan kedua tangannya masih memegang seikat bunga untuk wanita di hadapannya.“Would you marry me Cantika?” ucapan Farid membuat Cantika tidak bisa berkata apa-apa.Sementara Akash yang sudah tahu sejak lama kalau sahabatnya itu menyukai Cantika hanya mengulas senyum tipis, begitu juga A
“Apa kabar Sha?”Asha menyipitkan matanya, di hadapannya berdiri Cantika, teman lama Akash dengan seorang pria paruh baya yang ia ketahui sebagai ayah Cantika–Andika. Ini kali pertama Cantika menyapanya dengan bahasa yang halus dan tanpa sindiran, dan Asha berusaha untuk membalasnya dengan santun.“Baik, Mbak.” Asha tersenyum tipis berusaha mengusir rasa canggung diantara mereka.“Kamu sendirian?” tanya Cantika setelah memperhatikan tidak ada Akash di samping Asha.“Iya, lagi sendiri, nanti mungkin Mas Akash nyusul setelah pekerjaannya beres. Mbak Cantika lagi ngedate sama Pak Andika?” tebak Asha.Cantika tersenyum dan merangkul lengan ayahnya. “Iya, ngedate sama aya
Asha tahu suaminya tidak sepenuhnya salah. Bukan salah pria itu kalau Tari tiba-tiba datang dan mengajaknya makan siang, apapun alasannya. Tapi hati kecil Asha tetap saja merasa kesal melihat perempuan itu berusaha mendekati suaminya.Rasanya ingin mengusir, tapi dia cukup tahu tempat. Apalagi perempuan itu tidak membuat keributan.“Sayang, sudah ya ngambeknya. Aku baru lihat kamu senyum sumringah lagi setelah beberapa hari kamu jutek, masa belum dua puluh empat jam aku dicuekin lagi,” ucap Akash saat mereka berada di ruang kerja setelah kembali dari makan siang di kantin.Bukannya menjawab permintaan Akash, Asha justru membicarakan hal lain. “Jadwal Pak Akash siang ini kunjungan ke Alpha projek jam satu tiga puluh bersama Pak Yudha, Pak Esa dan Siska.”Akash menerima satu tas ransel dari tangan Asha tanpa bersuara. “Perlengkapan Bapak sudah saya siapkan di sini, untuk dokumen sudah disiapkan Siska dan sudah diserahkan ke Pak Yudha.”Akash mencekal tangan Asha saat wanita itu bicara p
Akash menyadari tatapan Asha yang tajam ke arahnya dan membuatnya menghela nafas berat. Dia tidak ingin ada kesalahpahaman lagi, maka dia meninggalkan Tari yang sedang asik mengajaknya bicara. Langkahnya pasti mendekati Asha yang berdiri di samping meja resepsionis, dan tanpa basa-basi memeluknya di depan semua orang.“Maaf, aku gak tahu dia tahu darimana soal CMP dan aku juga gak tahu kenapa dia datang,” bisik Akash.“Dia mau ngajak kamu makan siang,” balas Asha. Tangannya dengan pelan melepas tangan Akash yang melingkar di badannya. “Silahkan,” ucapnya pelan.Setelah itu, ia berbalik badan dan meninggalkan Akash yang memijat pelipisnya karena menyadari salah paham sudah tidak bisa dihindari.Saat melihat punggung Asha menjauh, Akash