Pagi itu, suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Ruangan Cakra diisi bukan hanya oleh Bima dan Cakra seperti biasanya. Pagi ini, Sandy lebih dulu menghadap, disusul Akash dan Asha yang datang bersama Reno.
Entah kali ini akan jadi pencarian terakhir, atau justru ada hal tak terduga yang akan muncul ke permukaan.
Cakra menyamankan posisi duduknya, ia menatap semua orang yang sedang menunggu kesempatan bicara. Ia menarik nafas panjang lalu menghelanya perlahan. Rasanya, beban di pundaknya sudah makin berat.
“Mulailah San.” Pada akhirnya, pria berwajah tegas itu meminta Sandy mulai bicara.
“Aku… baru dari rumah Adrian Yah.” Kepala Sandy tertunduk, rasanya masih ragu menyampaikan ini, tapi… jelas dia merasa kalau Adrian
Tangan Reno bergerak kembali di atas keryboard. Ia membuka file lain yang membuat Cakra mengerutkan keningnya. “Ini?”“Laporan kepolisian yang Pak Bima buat setelah kejadian untuk mencari tahu penyebab kecelakaan,’ jawab Reno. “Saya tidak tahu apa karena kalian belum lihai, atau kurang fokus kalian melewatkan ini,” lanjut Reno.“Melewatkan apa? Hampir tiap hari aku datang ke kantor polisi untuk menanyakan progressnya, tapi—”“Hasilnya sama, ini kecelakaan murni karena kelalaian pengemudi mobil sport, begitu kan?” Anggukan Bima menjawab pertanyaan Reno. “Anda lalai pada satu hal Pak Bima,” ungkap Reno.Bima mengangkat wajahnya, bingung.“Lihat
Pagi itu, suasana terasa lebih tegang dari biasanya. Ruangan Cakra diisi bukan hanya oleh Bima dan Cakra seperti biasanya. Pagi ini, Sandy lebih dulu menghadap, disusul Akash dan Asha yang datang bersama Reno.Entah kali ini akan jadi pencarian terakhir, atau justru ada hal tak terduga yang akan muncul ke permukaan.Cakra menyamankan posisi duduknya, ia menatap semua orang yang sedang menunggu kesempatan bicara. Ia menarik nafas panjang lalu menghelanya perlahan. Rasanya, beban di pundaknya sudah makin berat.“Mulailah San.” Pada akhirnya, pria berwajah tegas itu meminta Sandy mulai bicara.“Aku… baru dari rumah Adrian Yah.” Kepala Sandy tertunduk, rasanya masih ragu menyampaikan ini, tapi… jelas dia merasa kalau Adrian
Tanpa sepengetahuan Cakra dan anggota keluarga lainnya, Sandy mendatangi Adrian di rumahnya keesokan harinya. Seperti saat bertanya pada Adrian, kali ini pun Sandy memberi umpan dengan bertanya tentang mobil sport keluaran lama.Adrian nampak antusias menjawab setiap pertanyaan Sandy hingga akhirnya satu pertanyaan terakhir membuat Adrian tercekat.“Aku dengar Paman Daniel pernah membeli sebuah mobil sport keluaran tahun 2000 Adrian, apa kamu tahu soal mobil itu?”Bola mata Adrian bergerak tak tentu arah, ia meneguk salivanya beberapa kali lebih sering dibanding sebelumnya. “Mobil… mobil apa?” Suaranya terdengar sedikit bergetar, membuat Sandy yakin kalau Adrian menyembunyikan sesuatu.Sandy tersenyum tipis, ia mengeluarkan ponselnya dan be
Hari beranjak gelap, adzan maghrib berkumandang dan ruangan Cakra masih diliputi keheningan setelah obrolan terakhir dengan Andika lewat sambungan telepon.Cakra merasa kepalanya dipenuhi dengan rasa curiga pada orang-orang terdekatnya saat ini. Dari Sandy, Andika dan sekarang dia mulai merasa curiga pada Adrian. Tapi apakah kecurigaan ini benar?Untuk meredakan rasa penasaran dan emosi yang menumpuk di hati, mereka memutuskan sholat magrib berjamaah di mushola kantor. Setelah itu, mereka berniat pulang, sepertinya agenda hari ini sudah melewati batas.Tapi baru saja maju beberapa langkah Asha mendengar ponselnya berdering. Nama Reno muncul di layar dan Asha segera menerima panggilan itu.“Aussie,” ucap Reno tiba-tiba membuat Asha mengerutkan kening dan mengh
“Maaf kalau kamu merasa ayah menyalahkanmu sejak tadi San, ayah tidak bermaksud begitu,” ungkap Cakra.Ada sedikit rasa bersalah yang terlihat di wajahnya saat itu.“Kami memang sering bersaing Yah, aku juga sering iri karena Ayah lebih percaya dia, tapi hanya sebatas itu. Aku gak pernah berpikir untuk mencelakai dia. Bagaimanapun juga, dia adalah mentorku di kantor.”Sandy menunduk pelan, kenangan masa lalu bermain di kepalanya. Bagaimana Bagas begitu sabar mendampinginya, membantunya memperbaiki kesalahan, membela bahkan tidak jarang menyalahkan dirinya sendiri agar Cakra tidak emosi.“Maafkan Ayah, ayah tidak bermaksud begitu.” Cakra kembali mengulang ucapan maafnya. “Waktu melihat nama pemilik mobil itu, yang ayah ingat kamu pernah minta mobil sport juga dulu. Ayah khawatir dia pernah membelikanmu mobil dan mobil itu dimanfaatkan orang lain.”Sandy menggeleng. “Tidak pernah Yah.”Lalu suasana kembali hening, rasanya untuk sesaat mereka kehilangan alur.“Pemilik liontin itu, apa Ka
Melihat ekspresi muram di wajah Bima dan Cakra membuat Akash dan Asha bingung sendiri. Apalagi setelah mendengar kalimat terakhir Cakra, entah kenapa mereka merasa makin dekat dengan tujuan mereka.“Kakek punya gambaran siapa pelakunya?” tanya Akash hati-hati.Cakra menggeleng pelan. “Tidak, tapi kita mungkin akan segera tahu,” ucapnya. “Bim, suruh Sandy ke ruangan ini sekarang.”Perintah itu membuat Bima lekas mengambil ponsel dan menghubungi Sandy. Sandy yang sebenarnya sudah di jalan pulang, akhirnya meminta supir untuk putar balik. Perasaannya tidak tenang. Rasanya dia tidak melakukan kesalahan apapun hari ini, jadi… kondisi mendesak apa yang membuatnya harus segera kembali ke ruangan Cakra?Satu jam berlalu, Sandy akhirnya