Beberapa hari berlalu, hubungaj Arsya dan Sera semakin dekat. Tak
Tepat hari ini Arsya dan Sera akan mengumumkan rencana pernikahan mereka. Kini kedua orang itu berada didalam satu mobil yang sama, mereka duduk dibangku tengah. Didepan, samping, dan belakang terdapat mobil bodyguard yang berjejer. Semua bodyguard-bodyguard itu milik keluarga Louwen dan Giory. Mereka ditugaskan untuk menjaga tuan dan nona mereka.
Masing-masing dari keluarga mereka tak ada yang menemani. Awalnya mereka tak ingin pernikahan ini tersebar, namun berita tentang kedekatan mereka berdua semakin menjadi yang mana semua berita itu salah. Berita itu menyebutkan jika mereka mempunyai 'hubungan' tanpa persetujuan keluarga. Yang lebih parah ada berita yang mengatakan jika Sera hamil diluar nikah dengan Arsya.
Foto-fotonya dengan Sera turut tersebar, publik mengatakan jika kedekatan mereka hanya untuk menjatuhkan satu sama lain membuat Arsya geram sendir
Klarifikasi tadi cukup melelahkan, kini Arsya dan Sera duduk di ruangan lelaki itu. Didalam sana hanya ada mereka berdua, Sera tengah makan bekal buatan mamanya karena tadi pagi ia belum sarapan. Sedangkan Arsya ia duduk dengan laptop berada diatas kakinya."Apa kau tau tentang siapa pengirim pesan angka 4?" Tanya dengan menggunakan batin karena ia tengah makan tak mungkin jika berbicara lewat mulut yang ada nanti tersedak."Aku mencurigai om Abi." Batin Arsya, entah mengapa menurutnya dalam dibalik pesan itu Abimana."Ya, aku sama. Menurutku dia terlalu mencurigakan, bahkan dia tau makam generasi ke 2 Giory." Batin Sera, kemarin dirinya juga mendapatkan pesan serupa dari nomor yang tak dirinya kenal. Beberapa kali pesan itu masuk hanya bertuliskan kata "4, akan segera terungkap" Begitulah isinya.Sera sudah memblokir kontak itu namun nomer pengirim berganti-ganti. Pernah ia m
Kini Arsya dan Sera sudah berada didalam lift kantor Rama. Mereka bergenggaman tangan, di lift itu hanya ada mereka berdua saja. Sera berfikir apa yang akan terjadi? Apa yang terungkap?. Karena sibuk dengan pikirannya sendiri, tak terasa Arsya menarik tangannya keluar dari lift.Namun saat mereka sudah masuk kedalam ruangan Rama tak ada orang disana, hanya ada laptop yang dibiarkan menyala. 2 orang berbeda jenis kelamin itu saling pandang, kemana perginya papa Sera?.Sera menarik tangan Arsya keluar dari ruangan itu, namun dirinya bertemu dengan OB dengan segera Sera menanyakan dimana keberadaan dari papanya."Om, papa dimana yah?" Tanya Sera, OB yang satu ini seumuran dengan asistennya makannya dia panggil dengan sebutan om."Tuan Rama ada dirooftop, tapi beliau bilang ngak boleh ada yang kesana." Balas OB itu sopan."Kenapa?" Kini giliran Arsya yan
Setelah mengantarkan Sera pulang, kini Arsya termenung didalam kamarnya. Hari sudah malam, dirinya baru saja menyelesaikan acara makan malam dengan keluarganya. Setiap kata demi kata yang Abimana lontarkan tadi menjadi beban pikirannya.Pasti ada alasan dibalik perkataan pria itu, namun apa alasannya?. Rama hanya berkata jika Abimana depresi, lantas mengapa sewaktu di pemakaman pria itu tempak tenang memberitahu segala hal?. Mengapa menjadi rumit sekali, mengapa dia berkata bundanya seorang jalang?.Dirinya mengamati sikap Abimana, sangat berbeda. Dulu pertama kali bertemu dengan dia, pria itu tampak tenang dan hangat namun tadi pria itu berubah menjadi orang penuh dendam. Jika dilihat dari tatapannya, terisat rasa benci yang mendalam. Lantas dari mana orang yang mengirimkan dirinya pesan tau bahwa ada pertengkaran antara Rama dengan pria itu.Jika pengirim pesan itu Abimana sendiri mengapa dia tau jika
Tak terasa hari ini adalah hari dimana Sera dan Arsya melakukan pernikahan. Pernikahan mereka digelar dengan sangat mewah, tamu undangan lebih dari 100 ribu orang. Ucapan selamat banyak dikirimkan dari perusahaan-perusahan besar, karangan bunga nampak menghiasi bagian depan mansion. Hadiah demi hadiah datang membanjiri mereka, tentunya dari rekan bisnis keluarga mereka.Acara pernikahan dilangsungkan di hotel mewah nan luas, dekorasinya sangat indah. Pernikahan ini menghabiskan dana yang fantastis. Masing-masing keluarga ingin yang terbaik buat Arsya dan Sera. Namun wartawan tak diperbolehkan untuk masuk. Yang boleh masuk hanya tamu undangan saja. Semua tamu nampak senang dan kagum melihat kecantikan Sera dan juga ketampanan Arsya.Kini Arsya dan Sera berada diatas panggung, lelaki itu memakai tuxedo berwarna hitam dan Sera memakai gaun panjang berwarna putih lengkap dengan mahkota yang terpasang apik di rambutnya. Kini kedua orang itu
Keesokan harinya, Sera terbangun didalam apartemen milik Arsya. Kemarin sehabis makan malam mereka langsung kesini, Sera sendiri yang meminta katanya tak mau jika harus menginap dihotel.Sera melirik Arsya yang berada tidur disofa, ia jadi merasa bersalah karena tadi malam tak mau untuk tidur satu kasur dengan lelaki itu. Dirinya turun dari kasur dan melangkahkan kakinya menuju sofa dimana Arsya tertidur dengan posisi miring.Selimut lelaki itu terjatuh ke lantai lalu dirinya memunguti selimutnya dan ia lipat. Sera mutuskan untuk mendi saja, karena jam sudah menujukan pukul 7 pagi.kini dirinya sudah rapi dengan baju lengan pendek berwarna kuning dipadukan dengan celana jeans pendek. Sera berjongkok tepat didepan kepala Arsya, ditiupnya mata lelaki itu pelan."Arsya." Panggil Sera pelan, tak lama Arsya mengeliat dari tidurnya lantas lelaki itu duduk. Arsya memijat tengkuk kepa
Setelah mengetahui siapa orang itu emosi Arsya memuncak. Bisa-bisa nya Abimana menampakkan diri lagi setelah kejadian di rooftop itu. Arsya memukul Abimana, dengan mata tajam pertanda ia tengah marah.BughBughBugh"Bisa-bisa nya om datang kesini, apa tak puas menghina bunda?!" Murka Arsya, ia tak habis pikir dengan Abimana tanpa tau malu muncul di hadapannya lagi seperti seorang mata-mata."Om tak melakukan apapun," Abimana terbatuk dan mengeluarkan darah dari dalam mulutnya."Jangan alasan, JELAS-JELAS OM YANG MENGHINA BUNDANYA SAYA DAN SEKARANG BERLAGAK JIKA OM TAK PERNAH MELAKUKAN APAPAUN. OM TAU? OM ITU MUNAFIK." Arsya menunjuk wajah Abimana menggunakan jari telunjujnya."Om berani sumpah, om tak melakukan apapun," ujar Abimana terbata-bata.Arsya berdiri karena tangannya ditarik oleh Ser
Arsya dan Sera terdiam setelah mendengarkan penuturan orang itu. Jadi, selama ini orang yang meneror mereka Abimanyu bukanlah Abimana. Lihatlah sekarang, Abimanyu tertawa dengan keras. Baik Arsya maupun Sera tak ada yang menyangka jika Abimana mempunyai kembaran, dari data yang pernah Arsya lihat disana tak tertulis jika Abimana mempunyai kembaran."Bagaimana? Terkejut?" ucap Abimanyu.Rasa bersalah muncul dihati Arsya, dirinya telah menembak Abimana yang tak salah apa-apa. Sera maju ke depan, dan posisinya kini berhadapan dengan Abimanyu. Perempuan itu memandang Abimanyu dari atas sampai bawah dengan pandangan yang sulit untuk diartikan."Sebenarnya apa yang kau mau?" tanya Sera, sudah cukup ia berdiam diri sedari tadi. Dirinya cukup muak dengan tingkah Abimanyu, bisa-bisa Arsya menembak lelaki itu dan berakhir meninggal dengan mengenaskan disini."Dendamku belum terbalaskan,
Arsya sudah sampai dirumah sakit tempat Abimana dirawat. Saat ini dirinya dan Sera mencari dimana ruang rawat pria itu. Sampai akhirnya Arsya sampai didepan pintu yang mana disana sudah ada beberapa bodyguard Sera yang membawa Abimana kesini.Segera Arsya dan Sera menghampiri mereka dan bertanya bagaimana keadaan pria itu, bodyguard itu hanya berkata jika dokternya belum keluar. Arsya dan Sera duduk di kursi tunggu dengan perasaan berkecamuk."Aku takut om Abi kenapa-napa," batin Arsya merasa putus asa."Om Abi kuat, dia pasti bisa melewati ini semua," batin Sera, nyatanya ia juga takut sama seperti Arsya.Terdengar suara langkah kaki, Arsya dan Sera mendongakan kepalanya dan menatap kesamping. Terdapat 2 orang laki-laki berjalan kearah mereka dengan tatapan dingin. Salah satu diantara mereka menarik kerah Arsya dan meninju pipi Arsya hingga oleng kesamping.