Pagi harinya Sera disibukkan dengan kegiatan rutinnya, yaitu membantu Skay dan Darka bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Jangan lupakan fakta bahwa ia juga harus membantu Arsya bersiap-siap ke kantor, semuanya berteriak di tempat masing-masing membuat ia pusing.
Darka dan Skay berada di kamarnya, dan Arsya juga berada di kamar. Mereka mencari sesuatu tak ketemu-ketemu sedangkan Arsya pun begitu, dia tak mau mencari sendiri dan berakhir saling bersahutan dengan Skay dan Darka memanggil nama Sera.
"Momy, dasi dedek mana?"
"Momy kaos kaki Skay hilang, mau beli lagi."
"Kaos kaki kakak enggak hilang, jadi enggak usah beli lagi!"
"Dasi dedek ada di kasur!"
"Sayang berteriak lah, suara kamu enggak kedengaran oleh mereka."
"Kamu juga! Dari dulu enggak mau pakai dasi sendiri."
Begitulah perdeba
Hai semua, di sini saya bilang bawah novel menikah dengan musuh sudah benar-benar tamat. Maaf sekali jika ending di luar ekspetasi kalian, tapi di sini saya benar-benar berusaha untuk menyajikan yang terbaik sebisa saya. Dalam 3 hari saya harus bisa menamatkan buku ini, dan akhirnya bisa dan itu suatu kebanggaan bagi saya. Karena dalam waktu satu hari saya menulis lebih dari 12 bab, ini benar-benar pencapaian yang luar biasa. Terima kasih sudah membaca karya saya, tulis kesan dan pesan ketika Anda membaca karya saya. Sukses selalu untuk kita semua, do'a terbaik untuk kalian semua:)
Di rumah yang sangat besar dan mewah nampak dua orang dewasa tengah bermain-main di halaman belakang dengan 1 anak kecil laki-laki yang masih berumur 4 tahun. Mereka adalah anggota keluarga Giory.Siapa yang tak mengenal marga itu? Menempati posisi ke 2 sebagai keluarga paling kaya di dunia membuat semua orang mengenalnya. Terutama keturunan ke 5 dari keluarga itu, yang mana merupakan dia merupakan anak tunggal.“Arsya mau dedek, bunda,” ucap sang anak yang bernama Draco Arsya Giory.Sedangkan 2 orang dewasa itu bingung setelah mendengar penuturan sang anak. Tak biasanya Arsya meminta itu, dulu ia tak mau memiliki adik. Namun mengapa sekarang malah meminta adik?.“Adik kan udah jadi dedek,” jawab sang bunda yang bernama Reta.“Betul tuh,” timpal suami Reta yang bernama Alif.Mendeng
Derap langkah kaki menyapu indra pendengaran beberapa orang yang ada diruangan itu, seorang lelaki lengkap dengan setelan jasnya berjelan dengan penuh wibawa. Lelaki itu menduduki kursinya yang berada diujung. Semua orang berdiri dan bertepuk tangan, beberapa saat kemudian semua orang kembali duduk ditempatnya masing-masing."Saya berdiri disini untuk mengantikan kakek saya yang tengah sakit. Meeting kali ini akan saya mulai," ucap lelaki itu yang bernama Draco Arsya Giory.Arsya Giory, laki-laki yang kini berumur 24 tahun itu tengah melakukan meeting dengan beberapa klien sang kakek. Arsya nampak lihai berbicara dihadapan orang-orang itu. Tak henti-hentinya mereka bertepuk tangan karena kagum melihat perawakan generasi ke 5 keluarga Giory itu."Meeting kali ini sampai disini, saya permisi," ucap lelaki itu dan pergi dari ruangan itu diikuti oleh 2 orang asiten pribadinya.&nb
Didalam ruangan yang didominasi warna tosca terdapat seorang perempuan yang tengah duduk kursi. Perempuan itu bernama, Sera Capela Louwen. Sera, itulah nama panggilan dirinya. Sera merupakan generasi ke 5 keturunan Louwen. Perempuan itu kini berumur 24 tahun, Sama seperti Arsya.Sera tengah berkutat dengan laptopnya didalam kamar miliknya yang sangat luas. Sera sangat cantik, rambutnya berwarna abu-abu dengan bola mata juga berwarna abu-abu terang. Kulit perempuan itu putih bersih, tingginya hanya sekitar 160 cm."Pokoknya posisi Louwen ngak boleh direbut sama, Giory," gumam perempuan berambut abu-abu itu.Sera tengah bekerja keras karena posisi keluarganya hampir saja tergeser dengan keluarga Giory. Tidak! Sera tak akan membiarkan hal itu terjadi, Arsya tidak boleh merebut posisinya. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, masuk lah sesosok wanita paruh baya yang sangat cantik dengan memakai baju rumahan yang mewa
Hari ini adalah hari dimana Sera mulai bekerja dikantor. Perempuan berambut abu-abu itu berada didalam mobil, ia duduk dikursi bagian belakang sedangkan 2 orang asistennya berada didepan. Didepan, kanan, kiri dan belakang mobil Sera, banyak sekali mobil-mobil besar yang diisi oleh bodyguard. Masing-masing mobil diisi oleh 4 orang bodyguard."Paman, apa kegitanku hari ini?" tanya Sera kepada dua orang asistennya itu.Anton, selaku asistennya dari kecil menoleh. "Hari ini, nona hanya melihat berkas-berkas saja," jawabnya.Sera mengangguk sekilas, ia memang memanggil dua orang itu dengan sebutan paman karena karena mereka seumuran dengan sang papa. Mereka bersama Sera sejak ia masih kecil. Entah mengapa Rama memilih asisten laki-laki untuknya. Namun Sera juga bersyukur karena kedua asistennya ini tak banyak bicara."Paman, bisa tolong suruh mereka untuk mengikuti dari belakang sa
Setelah pertemuan dengan Arsya kini Sera sudah berada didalam kantornya. Niat hanya ingin membeli es krim ternyata malah ketemu manusia gila kayak Arsya. Apakah mata lelaki itu buta? Mobilnya mahal dengan entengnya dia bilang jika mobilnya butut."Arsya, awas aja kalau kita ketemu," batin Sera, andai dia bisa bicara pakai batin dengan jarak jauh.Pasalnya jika berbicara dengan batin bersama Arsya harus berjarak maksimal 10 meter. Untung saja hanya Arsya yang bisa mendengarkan batinnya, apakah keluarganya akan marah jika dia mempunyai kekuatan yang (misterius?)."Nona, apakah pekerjaan anda sudah beres?" ucap asistennya yang tiba-tiba saja masuk.Sera hanya mengangguk menanggapinya. "Apa aku bisa beristirahat 15 menit?" tanyanya, jujur saja pekerjaannya hari ini sangat melelahkan."Tentu saja, Nona bisa beristirahat selama 1 jam. Tuan Fikri sudah meng
Seorang perempuan tengah berdiri dengan cemas dihadapan layar besar yang menampilkan grafik sesuatu. Perempuan itu adalah Sera, air matanya turun begitu saja sebab beberapa jam yang lalu dirinya telah melakukan perbuatan fatal.Asistennya datang dan langsung menghampiri dirinya yang kini berada diruang kerjanya."Nona tak apa?" tanya Anton, ia khawatir melihat nonanya yang cemas seperti ini.Anton menuntun Sera untuk duduk disofa, Sera pun menurut. Perempuan itu mengusap wajahnya kasar. Anton yang melihat itu langsung mengambil air di dispenser."Silahkan diminum." Sera minum."Sebenarnya apa yang terjadi dengan nona?" tanya Anton."Aku bingung, paman. Semua ini salahku." Sera terus saja menyalahkan dirinya sendiri. Anton duduk didekat Sera dan mengelus tangan perempuan yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri itu. 
Kini tertua dari keturunan Louwen tengah marah besar. Semua barang yang ada disekitarnya dirinya banting. Sedangkan Sera hanya mampu menangis dipelukan Citra sang mama. Sera sudah menceritakan tindakan bodohnya kepada keluarganya, dan sekarang Opa dan papanya marah besar. "Maafin, Era Opa," ucap Sera disela tangisannya. "KESALAHAN KAMU SUDAH FATAL, SERA," bentak Fikri. Laki-laki berusia lebih dari setengah abad itu sangat marah dengan cucu satu-satunya yang lalai. Akibat dari perbuatan Sera perusahaannya kini terancam bangkrut karena dana masuk kedalam nama Giory. "Pa, jangan bentak anak aku." Citra ikut menangis lantaran tak tega melihat Sera seperti ini. Dia tau anaknya berbuat salah, ibu mana yang tega melihat putrinya menangis ketakutan seperti ini?. "Diam Citra." Fikri menatap tajam menantunya itu. Sera bangkit dari duduknya dan bersuj
Sera terbangun, perempuan itu mengerjapkan matanya. Dia sudah sadar sepenuhnya namun kepalanya masih pusing, Sera berada didalam kamarnya yang bernuansa tosca. Perempuan itu menoleh, tepat disebelahnya ada Citra yang tertidur dengan posisi duduk dikursi. Perempuan itu baru ingat jika sebelumnya dia pingsan karena terlalu lama menangis dan ia belum makan dari pagi. Sera menoba untuk duduk dan bersender dikepala ranjang. Papanya juga tertidur disofa, Sera tak bisa melihat pemandangan seperti ini. "Maa," panggil Sera, ia mengelus tangan Citra yang kini tengah menggengam tangan miliknya. Mendengar suara sang anak, Citra terbangun dan terkejut mendapati Sera yang sudah duduk bersender. Perempuan hampir berumur setengah abad itu bangkit dari kursinya dan duduk ditepi ranjang Sera. Tangan Citra masih mengengam kuat telapak tangan Sera. "Kamu udah enakan?" tanya Citra lembut.&