Kini Citra berada di sebuah rumah mewah yang ada di luar negeri bersama dengan Liora, mereka baru saja sampai di sini setelah menempuh perjalanan yang melelahkan. Mereka duduk di sofa panjang berhadapan dengan beberapa orang asing berjenis kelamin laki-laki juga berbadan kekar.
Mereka merupakan bawahan dari Hesa yang menetap di negara sini. Mereka bertugas untuk menjaga keberadaan Liora dan Citra, sedangkan Hesa dan Abimanyu dalam perjalanan menuju ke sini.
"Laksanakan tugas kalian, jangan sampai ada yang curiga keberadaan saya di sini! Tetap patuhi perintah kami dan jangan ada yang berkhianat!" ujar Citra.
"Baik nyonya, kami permisi," pamit mereka lalu pergi di hadapan Citra dan Liora.
Kini di ruangan itu hanya tersisa Liora dan Citra. "Tante, bagaimana kalau mereka menemukan kita?" tanya Liora khawatir sekaligus cemas.
"Kamu tenang aja, mereka tida
Keesokan harinya Arsya bertemu dengan Rama, ia bertemu di perusahaan Louwen. Rama sendiri tampak kacau mendengar penjelasan bahwa Sera bukanlah anaknya. Juga ternyata istrinya yang berpura-pura baik selama berpuluh-puluh tahun. Ya! Arsya memberitahu semuanya kepada Rama tanpa terkecuali.Tentu saja Arsya menjelaskan semua ini disertai bukti-bukti kuat agar Rama percaya. Sekarang dia duduk bersender di tembok dengan pikiran berkecamuk. Semuanya seolah tak dapat dipercaya, namun semua bukti yang Arsya berikan benar adanya."Mereka pergi tanda pamitan sama om?" tanya Arsya."Saya baru mengetahui mereka pergi dari bodyguard, saya tak habis pikir dengan jalan pkiran mereka berdua," jawab Rama."Mereka merencanakan hal buruk untuk keluarga kita," ungkap Arsya.Rama mendekat ke arah Arsya. "Terima kasih sudah menjaga Sera dan menyelesaikan kasus ini," ujarn
Arsya mengendarai mobil dengan kecepatan di atas rata-rata, sebab baru saja ia mendapat kabar bahwa rumahnya di serang dan Sera berada di rumah hanya dengan Lita. Setelah mengendarai mobil secara ugal-ugalan, akhirnya Arsya sampai di depan mansionnya.Ia melepas sabuk pengamannya dan segera keluar dari dalam mobil. Matanya melhat kondisi rumah bagian depan berantakan, bodyguard yang terbaring lemah di atas dinginnya lantai. Ia masuk ke dalam dan membantu para anggota black rose menghadapi penyusup.BughBughBugh"Berani-beraninya kau datang ke sini?!" bentak Arsya seraya membabi buta om salah satu di antara mereka."Uhuk, uhuk, kau akan mati!""Kau yang akan mati terlebih dahulu!" desis Arsya.BughBughBughArsya kembali mem
Sera bertemu dengan Rama di kediaman Louwen, sepasang ayah dan anak itu berpelukan menyampaikan perasaan bersalah satu sama lain. Sera yakin kalau Rama sudah berubah, dan ia percaya dengan Rama. Setelah sekian lama ia bisa merasakan pelukan Rama kembali.Ia menangis bahagia, namun ada perasaan janggal di hatinya yang entah ia tak tau penyebabnya apa. Di ruang tamu cukup sepi, ia bisa menangis tanpa orang asing dengar. Sampai akhirnya ia melepaskan pelukannya dari Rama."Mama ke mana, pa?" tanya Sera dengan suara pelan."Mama pergi tanpa kasih tau papa," jawab Rama berbohong. Rama sudah berjanji kepada Arsya untuk tak mengungkapkan semuanya kepada Sera dalam waktu dekat ini."Papa sama mama bertengkar?" tanya Sera.Rama mengangguk kaku. "Mama lebih memihak Liora, padahal dia pura-pura baik," jawabnya."Papa jangan sedih, mam
Giory dan Louwen berduka, tertua keluarga mereka meninggal dunia sejak pagi tadi. Arsya menangis mengetahui fakta ini, dan sekarang ia berada di mansion. Di depannya sudah ada 2 peti yang berisi jenazah kakek dan neneknya. Bodyguard Giory turut sedih, mereka tak kuasa menerima berita ini.Karangan bunga ucapan bela sungkawa berjejer rapi di depan mansion. Ini benar-benar mengejutkan, bahkan yang lebih mengejutkannya lagi opa dan oma Sera meninggal karena kecelakaan sewaktu hendak menemui Sera. Ia dan Sera berduka, dan sekarang Sera berada di mansion Louwen."Kek, nek, bangun hiks hiks, Arsya mohon," lirih Arsya memeluk peti mati itu.Reta dan Alif mendekat ke arah sang anak. "Ikhlaskan nenek dan kakek, jangan buat mereka sedih sayang," ucap Reta yang kini sama-sama terlukanya seperti Arsya."Mereka enggak boleh pergi hiks hiks, Arsya masih butuh mereka, Bun," sahut Arsya. 
Di samping 2 gundukan tanah Arsya berada, kakek dan neneknya sudah di makamkan secara tertutup. Tak ada wartawan yang bisa masuk ke dalam pemakaman ini. Tatapannya kosong, berharap ini cuma mimpi. Rasa bersalahnya menyeruak ketika ia tak berhasil menemukan mereka.Ia tak menangis, namun sorot matanya sendu tak kala teringat peristiwa manis saat bersama dengan kakek dan neneknya. Alif dan Reta jongkok di samping kanan dan kirinya, mereka tak henti-hentinya menguatkan dirinya lewat elusan. Ia benar-benar lemah sekarang."Yuk kita pulang," ajak Reta.Arsya menggeleng pelan. "Aku masih mau ada di sini," ungkap Arsya."Kamu jangan gini, Arsya, bunda mohon," lirih Reta yang malah ikut sedih dengan keadaan Arsya yang seperti ini."Pulang, Arsya!" titah Alif penuh penekanan."Kalian bisa pulang sendiri," jawab Arsya tanpa melihat k
Di halaman luar, Citra dan Liora berdiri. Mereka baru saja mendapatkan kabar bahwa tertua Giory dan Louwen sudah tiada. Tentu saja mereka sangat senang mendengar fakta ini, Hesa berhasil melakukan misinya. Mereka berdua tengah berpesta dengan berbagai macam minuman beralkohol.Musik disko sengaja dinyalakan guna merayakan kemenangan mereka, bukan merayakan lebih tepatnya rencana mereka berhasil. Melenyapkan tua bangka seperti mereka merupakan tugas yang sangat mudah. Tanpa mereka sadari, Hesa berjalan dari arah belakang dengan wajah penuh kemenangan."Bagaimana dengan Arsya dan Sera?" tanya Citra saat Hesa sudah berdiri di sebelahnya."Mereka kacau dan aku senang," balas Hesa tersenyum smirk."Tapi mereka mencari kita sekarang," ucap Liora dengan nafas gusar."Kita akan kembali ke sana," balas Hesa."Nanti kita akan ketangk
Sera mengurung diri di kamarnya, ia sedih kemarin malam mengetahui fakta bahwa ia bukan anak kandung dari Rama. Sejak semalam hingga pagi pukul 8 ia masih berada di kamar seorang diri. Sengaja ia mematikan CCTV supaya mereka tak ada yang tau keadaan dirinya.Ia benar-benar menghabiskan waktu dengan menangis, menangis, dan menangis. Ujian datang bersamaan, siapa yang sanggup? Fakta ini membuat dirinya kecewa dan marah bercampur menjadi satu. Sedangkan di luar kamar, terdapat Arsya dan Lita yang mengetuk pintu kamar Sera.TokTokTok"Sera, buka pintunya," ucap Lita."Aku khawatir sama keadaan Sera," imbuh Lita."Cari kunci cadangan, atau minta kepada ketua bodyguard yang ada di sini," suruh Arsya.Lita segera melaksanakan apa yang Arsya ucapkan. Sedangkan di sini Arsya tetap mengetuk pintu
Lita berjalan menyusuri mansion Louwen, tadi saat ingin ke kamar Sera ia melihat dia bersama dengan ibu kandungnya. Alhasil ia memutuskan untuk berjalan di sekeliling mansion ini, lagi pula ia sudah lama tak berada di sini. Namun matanya melihat seorang anak kecil berada di pinggir kolam.Segera ia menghampirinya, agaknya dia masih berumur 3 tahun. Apakah dia anak dari bodyguard yang ada di sini? Jika iya mengapa dibiarkan berada di dekat kolam renang. Apalagi anak laki-laki itu bermain air dan diciprat-cipratkan hingga membuat bajunya sedikit basah."Hai adek ... Kenapa di sini sendirian?" tanya Lita.Anak kecil itu menoleh ke arah Lita. "Wajah kakak milip Afa, apa kakak mama Afa?" tanya anak kecil itu.Lita memekik gemas melihat gaya bicara anak itu, dengan segera ia menggendongnya. Bukannya memberontak, anak laki-laki itu malah memeluknya dengan erat. Ia akui jika wajahnya