Basti memarkirkan toyota rush silvernya di bibir pantai di daerah Banten. Tampaknya wajah Basti sudah mulai sedikit rileks. Mungkin karena faktor cuaca yang begitu sejuk dan indah hari ini. Kondisi langit yang tertutup awan mendung membuat matahari tak bisa menyinari bumi dengan terik dan panasnya siang ini. Dan membiarkan bumi itu kelabu untuk beberapa waktu.
Sepoi-sepoi angin di sepanjang pantai terlihat mengayun-ayun rambut panjang Raline ke sembarang arah. Dengan sigap Basti menarik tubuh Raline mendekatinya di atas kap mobil saat Raline hendak melangkah menuju tepi pantai.
Basti mengikat sembarang rambut Raline dengan ikat rambut yang melingkar di lengan kiri Raline. Lalu mendekap tubuh mungil itu dari belakang. Pinggul Basti masih bersandar nyaman di atas kap mobilnya
Kepalanya dia benamkan dalam-dalam di pangkal leher Raline yang di penuhi oleh anak-anak rambut yang menjuntai tak beraturan. Basti menyingkirkannya dengan satu tangan supaya bisa mengecup
Raline sungguh di buat dongkol oleh tingkah Basti yang jahilnya kebangetan. Padahal Raline sudah sangat serius menanggapi semua kata-kata Basti saat laki-laki itu mengatakan dirinya sudah seringkali tidur dengan banyak wanita. Yang kenyataannya, semua wanita-wanita itu hanyalah bayangan semu tak berwujud nyata. Alias, fantasi gilanya Bastian sendiri, saat dia sange sendirian dan dalam tidurnya, dia mimpi basah bersama wanita-wanita yang memang tak sama sekali di kenalnya. Jadi, yang dikatakan Bastian tadi itu hanya sebuah kebohongan belaka. "BASTIII!!! RESEEEE!!!" teriak Raline saat Bastian kabur dari hadapannya sewaktu Raline henda
Basti sudah berpakaian lengkap begitu mereka selesai dengan kegiatan panas mereka di dalam mobil. Dia melirik ke arah Raline di sampingnya yang tubuhnya kini hanya berbalut selimut milik Basti yang biasa laki-laki itu gunakan saat dia tertidur di mobil jika sedang shooting tengah malam. Pakaian Raline basah semua. Jadilah Raline terpaksa bugil di mobil. Dia cemberut pada Basti, yang terus tersenyum di sepanjang perjalanan pulang. "Nanti kalau di depan ada toko pakaian kita mampir ya? Udah dong, jangan cemberut terus," ucap Basti memecah keheningan di antara mereka. Basti mengelus puncak kepala Raline dan sedikit mengacak-acak rambut istrinya. "Kita? Nggak salah? Jadi ma
"Nih, minum dulu Bas?" Aksel memberikan sekaleng heineken dingin untuk Basti. Kini mereka duduk di sofa ruang Tv, untuk membicarakan penyelidikan yang dilakukan Aksel hari ini. "Gue udah sewa detektif swasta untuk menyelidiki kasus lo sama Raline. Dan gue udah buat perjanjian di atas materai sama dia untuk nggak menyebarluaskan kasus ini ke media," terang Aksel. Dia menyulut sebatang rokok dan menghisapnya santai. Sama halnya seperti yang dilakukan Basti. "Penyelidikan hari ini, dia udah dapetin hasil copian rekaman cctv di setiap sudut hotel di hari kejadian. Dia bilang, awalnya sih nggak ada hal-hal yang mencurigakan. Semua terlihat normal dalam rekaman itu. Sampai akhirnya, dia menemukan kejanggalan waktu dan tempat dari beberapa rekaman
Entah harus bahagia atau sedih, Raline sungguh bingung dengan perasaannya malam ini, setelah dia mendengar pengakuan Helen di depan Mira dan Ibnu tadi. * "Saya sangat menyesal telah memperlakukan Raline dan keluarga Bapak Ibnu dengan perlakuan buruk selama ini. Saya ini pernah memiliki pengalaman buruk terhadap seorang wanita yang dulu pernah menghancurkan rumah tangga saya sampai akhirnya suami saya harus masuk penjara. Dan sekarang, apa yang menimpa Basti sama persis dengan tragedi yang dulu pernah menimpa suami saya. Dulu, saya lebih memilih percaya dengan wanita itu daripada suami saya sendiri hingga setelahnya saya justru menyesal. Itulah sebabnya, kini saya lebih memilih untuk percaya pada Basti, anak saya, daripada percaya pada Raline. Saya takut Raline itu tak jauh berbeda
Keesokan paginya, Raline baru saja selesai mandi. Dia keluar dari kamar setelah rapi dengan setelan seragam kerjanya. Hari ini, Raline masuk shift pagi. Semalam dia sudah menelefon Mak Lia, Spv nya di GHI mengenai statusnya sekarang, apakah Raline masih di perbolehkan untuk bekerja atau tidak, setelah insiden malam itu. Saat dirinya ditarik paksa oleh Basti untuk pergi meninggalkan salon padahal dia masih dalam posisi bekerja. Raline takut jika ternyata dia sudah tidak diperbolehkan untuk bekerja lagi alias di pecat. Tapi, setelah mendengar penjelasan Mak Lia di telepon Raline merasa sangat lega, karena dia masih di beri kesempatan untuk bekerja di salon itu. Langkah Raline ki
Dunia Jonas berguncang dan runtuh. Jonas linglung. Dia kehilangan pijakannya untuk berdiri. Hatinya sakit bak di rajam belati. Dadanya sesak seperti menghirup penuh gas beracun yang membuatnya bahkan ingin mati. Helen begitu tega mengkhianatinya. Dia main gila di belakang Jonas dengan Aldri, adik angkat Jonas sendiri. Bahkan tak tanggung-tanggung, pengkhianatan itu terus berlanjut sampai Helen hamil untuk yang ke dua kalinya, saat usia Basti menginjak lima tahun. Padahal, Jonas sudah berusaha untuk bungkam dan diam. Dia rela dikhianati asal Helen bahagia. Di
"Mas? Mas Jonas?" Helen mengguncang bahu suaminya tiga kali. Sepertinya, Jonas mulai melamun lagi. Dan Helen sudah tidak aneh lagi, dengan kebiasaan Jonas yang satu itu. Melamun tanpa sebab yang jelas. Dan jika ditanya ada apa, suaminya itu hanya menjawab dengan beberapa kali gelengan kepala. "Mas? Kenapa sih? Kok diem aja? Apa karena kamu habis melihat video Basti dan Raline tadi?" tanya Helen. Dia menyandarkan pinggulnya di meja. Di samping Jonas. Jonas tersenyum tipis. Dia mendongak dan menatap wajah Helen. "Aku malu, Len," ucapnya dengan suara yang sangat pelan. "Malu kenapa Mas?" tanya Helen tak mengerti. Dia bisa melihat raut cemas di wajah Jonas yang terlihat mulai keriput, tapi bagi Helen dia tetap tampan. "Nggak lama lagi aku bebas dan sampai saat ini aku masih merasa belum siap bertemu dengan anak-anak kita. Basti dan Bayu. Aku takut mereka m
"First mark," teriak Keanu. Begitu mendengar aba-aba ini, clapper segera memasang slate di depan kamera. Cameraman memandu clapper agar slate terlihat jelas di kamera. "Roll camera," teriak Fadli memberi pertanda agar kamera sudah dalam keadaan stand by on. Cameraman menyalakan kamera dan berseru, "Rolling," "Roll audio," sambung Keanu lagi. Audioman yang bernama Bagas, memberi aba-aba, pada Clapper, "Speed," Clapper pun menyahut dengan membacakan scene number yang akan mereka shoot, yang di sambut kata 'mark it', dari Cameraman.