Share

Lelaki Di Dalam Mimpi Lastri

Indah masih tergulai lemah di atas bedpasian. Kedua matanya terpejam sedari tadi. Prapto masih terjaga menunggui istrinya, meskipun sesekali rasa kantuk datang menyerang.

"Selamat malam, Bapak!" ucap seorang wanita berseragam putih melemparkan senyum pada Prapto yang tersadar.

Prapto mengusap kedua matanya yang terasa lengket untuk beberapa saat.

"Iya, Dok!" jawab Prapto kemudian. Menunggu Dokter memeriksa keadaan Indah.

"Bagaimana dengan keadaan istri saya, Dok?" tanya Prapto.

"Menurut hasil pemeriksaan, istri bapak tidak hamil. Bahkan kandungan istri Bapak masih norma tidak ada bekas janin sama sekali dan pendarahan yang terjadi infeksi yang terjadi pada kandungannya," tutur Suster pada Prapto yang mengeryitkan dahi menatap bingung.

"Tapi, bagaimana bisa Dok? Beberapa waktu yang lalu istri saya jelas-jelas hamil Dokter, dan sekarang Dokter mengatakan bahwa istri saya tidak pernah hamil," debat Prapto.

"Tapi begitulah hasil pemeriksaan kami, Pak!" sahut Dokter wanita itu pada Prapto.

"Baiklah, nanti saya akan memberikan resep untuk Bapak tebus di apotik," imbuhnya.

"I-iya, Dok!" jawab Prapto dengan nada terbata. Wajahnya terlihat sedang berpikir.

 Ini bukanlah pertama kalinya Indah dan Prapto kehilangan janinnya. Sembilan tahun menikah dan mereka sangat mendambakan keturunan. Namun setiap kali Indah hamil, pasti akan berujung dengan kejadian misterius seperti ini. Semua cara sudah dilakukan oleh Prapto dan Indah. Mulai dari cara medis hingga spritual. Wanita yang pernah mengidap kista itu kembali harus dirundung kesedihan.

****

Indah terkejut, kini dirinya berada di lereng bukit gunung Semeru. Ia melihat Lastri, ibunya  bertelanjang dada tanpa satu helai benang pun berjalan masuk ke dalam hutan, menyusuri pepohonan tinggi besar yang memenuhi hutan. Indah masih terus mengikuti Lastri dari arah kejauhan. Suara binatang liar terdengar begitu jelas dan mencekam di kegelapan malam. Keringat dingin bercucuran dari tubuh Indah bersama rasa takut yang bergejolak. Indah melangkahkan kakinya begitu pelan agar tidak menimbulkan suara yang membuat Lastri mengetahui bahwa Indah sedang mengikutinya.

Lastri menghentikan langkahnya di depan sebuah pohon beringin besar. Wanita tanpa busana itu duduk di atas akar beringin besar yang menjulang di atas permukaan tanah. Terdapat sebuah mulut gua yang terletak di samping pohon beringin.

"Sendiko dawuh, Kakang! (Aku memenuhi panggilanmu, Mas!)" ucap Lastri menelangkupkan kedua tangannya di depan dada. 

Suara tawa menggelegar mengucang seluruh penuhi hutan. Begitu juga dengan Indah yang bersembunyi dari balik pohon yang terletak tidak jauh dari tempat Lastri berada.

Indah hampir saja terjatuh karena suara tawa keras itu. Kedua tangannya memegang erat pohon besar yang berada di hadapannya. Kedua matanya terpejam, ketakutan.

Sosok lelaki bertubuh besar dengan rambut gimbal keluar dari dalam gua. Tubuhnya berwarna hitam pekat dengan wajah yang menyeramkan. Terdapat dua buah taring besar di setiap sudut bibirnya. Setiap hentakan kakinya mampu menggetarkan setiap nyawa yang memijakan kaki di bumi.

Nyala api terbang mengantarkannya pada Lastri. Sekejap mata, makhluk menyeramkan itu berubah menjadi lelaki yang gagah dan perkasa. Berkulit putih dengan bulu dada yang lebat. Membuat siapa saja yang melihatnya pasti akan terpesona.

Senyuman terbit dari kedua sudut bibir Lastri menyambut kedatangan lelaki gagah wujud jelmaan genderuwo yang datang menghampirinya.

"Astaghfirullahaladzim!" lirih Indah membungkam mulutnya yang mengaga.

Indah menelan salivanya beberapa kali. Wanita itu bergidik ngeri melihat apa yang sedang Lastri lakukan dengan makhluk aneh itu. Satu tangannya mengusap keringat yang membasahi pelipisnya dengan wajah ketakuatan. Sorot mata Indah berfokus pada Lastri dan lelaki yang kembali merubah wujudnya menjadi genderuwo di mata Indah.

Lastri nampak asyik bersenda gurau dengan lelaki berbulu lebat yang ia temui. Ia tidak segan bermanja pada lelaki itu. Hingga akhirnya pertemuan itu berujung pada hubungan suami istri yang mereka lakukan di tengah hutan belantara.

Indah semakin ketakutan melihat apa yang sedang ibunya lakukan. Wanita itu tidak menyangka jika ibunya akan berbuat terlalu jauh dengan makhluk yang hampir menyerupai genderuwo itu.

Semakin lama hubungan yang berlangsung antara Lastri dan genderuwo itu semakin panas. Seolah lelaki berbulu lebat itu tidak memberikan ampun pada Lastri yang kesakitan.

"Ibu!" Indah terisak, segala rasa berkecamuk di dalam dadanya.

Tiba-tiba sesuatu ada yang berjalan pada kaki indah, hendak merayap naik ke atas tubuh indah. Dengan jantung berdegup kencang, Indah menundukkan wajahnya melihat pada sesuatu yang merayap pada kakinya.

"A ...!" Indah berteriak sekeras mungkin. Menghempaskan seekor ular yang berjalan pada kakinya.

Genderuwo yang sedang menikmati gelora birahi pun terkejut. Sorot matanya tertuju pada pohon besar tempat Indah bersembunyi. Namun tidak dengan Lastri, wanita itu masih mengeliatkan tubuhnya seolah masih sedang bercinta dengan kekasihnya.

"Dasar makhluk sialan!" sentak Genderuwo itu murka. Matanya merah menyala mencari keberadaan Indah yang sudah menganggu kenikmatannya.

Mata Indah melihat ke arah Genderuwo yang juga sedang melihat ke arahnya dengan tatapan marah.  Seketika Indah berlari tungang lalang, menembus ranting dan semak belukar. Wanita yang dilanda ketakutan itu tidak peduli dengan apa yang berada di depannya. Di dalam pikirannya saat ini adalah menyelamatkan diri atau mati.

Suara tawa menggelegar mengaung di atas langit hutan. Indah tidak berani menoleh sedikitpun ke balik punggungnya. Seberkas nyala api terus mengejarnya diikuti tawa yang sama saat kemunculan hantu lelaki berbulu hitam dari dalam gua.

"Mau kemana kamu anak manis? Haha ...!"  Suara itu menderu di seluruh penjuru hutan. Namun Indah sama sekali tidak dapat melihat wujudnya.

"Allah ... Allah!" batin Indah berusaha untuk mengingat sang maha kuasa.

"Tolong!" teriak indah sekeras mungkin.

"Dek, Dek indah! Bangun Dek, bangun!"

Indah mengerjap bangun dari tidurnya. Nafasnya memburu dengan tubuh yang penuh keringat. Rasa takut seperti memenuhi dada. Indah merasakan sakit pada pipinya, karena tepukan tangan Prapto yang membangunkannya.

"Minum dulu, Dek!"  Prapto bergegas mengambilkan segelas air putih yang berada di atas nakas pada ujung ranjang.

Gleg! Gleg! Gleg!

Indah meneguk segelas air putih itu hingga tandas. Lalu menyodorkan gelas kosong pada suaminya yang terlihat panik.

"Ada apa, Dek? Kamu mimpi apa?" tanya Prapto.

Indah tidak bergeming. Ia mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan.

"Kamu mimpi apa sih, Dek?" tanya Prapto lagi, menjatuhkan tatapan lekat pada Indah yang masih mengatur nafasnya.

"Mimpi Ibu, Mas!" jawab Indah dengan wajah ketakuatan.

"Ada apa dengan Ibu, Dek?" selidik Prapto penasaran.

"Ibu, itu Mas!" Indah menahan ucapannya. Wajahnya terlihat berpikir, ragu untuk menceritakan pada suaminya.

Prapto menghela nafas panjang. "Makanya Dek, kalau tidur jangan lupa baca do'a biar nggak mimpi buruk!"  tutur Prapro.

"Ya sudah, tidur lagi yuk! Mas, masih ngantuk!" Prapto menepuk bantal Indah setelah ia membalikan bantal itu.

"Iya Mas!" Indah membaringkan tubuhnya memunggungi Prapto. Sementara Prapto memeluk tubuh Indah dari belakang seraya mengelus ujung rambut Indah.

"Sudah ngak usah dipikirin. Jangan lupa berdoa ya!" bisik Prapto di balas anggukan lembut oleh Indah.

Indah masih terjaga, mimpi yang baru saja dialaminya seperti sebuah kenyataan.

"Apakah arti mimpi itu!" pikir Indah.

*****

Bersambung ...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status