Share

PESUGIHAN GUNUNG SEMERU
PESUGIHAN GUNUNG SEMERU
Penulis: Ayu Kristin

Jangan Ambil Anakku

"Jangan! Jangan ambil anakku!" teriak Indah menangis histeris memegangi perutnya yang tiba-tiba menjadi rata. Wajahnya ketakutan dengan peluh yang membasahi. Seolah ia sedang melihat sesuatu yang tidak dilihat oleh suaminya dan lelaki yang tidak hentinya merapalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an di sampingnya.

Prapto masih terus menopang tubuh istrinya yang kini sedang kesurupan. Sementara seorang Ustadz Zul dan seorang lelaki yang mengenakan sorban putih tak hentinya melafalkan ayat-ayat dalam kitab suci.

"Haha ... Manusia munafik!" Suara indah kini terdengar serak hampir menyerupai suara nenek-nenek. Sorot matanya menatap tajam pada Ustadz Zul.

Ustadz Zul tersentak begitu juga dengan Prapto dan lelaki yang membersamai Ustadz Zul. Beberapa saat Ustadz Zul dan lelaki bersorban putih itu saling bersitatap, jika yang berada di dalam tubuh Indah bukanlah Indah melainkan Jin.

"Aslamualaikum!" jawab Ustadz Zul membalas tatapan Indah.

Indah menarik kedua sudut bibirnya tersenyum sinis. Wajah pucat dengan mata mendelik membuat wanita itu menjadi sangat menyeramkan.

"Jangan ikut campur dengan urusanku, manusia munafik!" desis Indah menampakan seringainya.

Prapto yang memegangi tangan Indah semakin ketakutan. Namun, ia harus tetap bertahan demi istrinya dan bayi yang berada di dalam kandungannya.

"Aku akan terus ikut campur dengan urusanmu, selama kamu masih menganggu wanita ini!" cetus Ustadz Zul dengan nada mengancam.

"Coba saja jika kamu bisa, Zul!" balas Indah  penuh penekanan dengan suara khas seseorang seorang nenek tua.

"Kih ... kih ... kih!" Indah tertawa melengking.

Ustadz Zul dan lelaki yang membersamainya kembali melafalkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Teriak suara Indah semakin melengking dan memekikan telinga. Kedua bola mata Indah mendelik menatap pada langit-langit kamar.

"Jangan! Jangan ambil anakku!" teriak Indah dengan suara serak. Jiwa Indah seperti sedang dipermainkan oleh Jin yang bersedia di dalam tubuhnya.

Propto memegang kuat-kuat tubuh Indah yang terus meronta dengan kuat.

Ustadz Zul dan sahabatnya semakin mengeraskan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an dan hal itu, semakin membuat makhluk halus yang berada di dalam tubuh Indah terus meronta-ronta.

"Panas! Panas!" teriak Indah kembali dengan suara wanita tua.

Ustadz Zul tidak peduli. Ia memejamkan kedua matanya dan terus melafalkan doa. Sementara Prapto semakin ketakutan melihat Indah yang sudah seperti setan. Ingin sekali Ia melepaskan tangannya dari tubuh Indah yang terus meronta.

"Panas, ampun! Ampun!" lirih Indah dengan suara serak. Tubuhnya yang masih berada di dalam kuncian Prapto perlahan melemas , tidak sekuat sebelumnya.

"Aku akan berhenti, asalkan kamu berjanji akan berhenti menganggu Indah!" sentak Ustadz Zul.

"Baiklah! Aku tidak akan menanggung Indah!" sahut Jin yang merasuki tubuhku Indah. Nafas Indah terdengar menderu dengan dada yang bergerak naik turun. Perlahan tubuhnya melemas seperti tidak bertenaga.

"Tapi berikanlah bayi itu untukku," ucap Jin itu pada Ustadz Zul diikuti tawa menyeramkan.

"Tidak! Kamu tidak akan bisa mengambil bayi Indah. Setan seperti kamu tidak berhak atas anak Adam!" sentak Ustadz Zul menaikan nada suaranya.

"Kih .. kih ... Kih! Ini bukan urusanmu manusia munafik. Keturunannya sudah memberikan bayi itu kepadaku. Atas sebuah janji yang sudah aku berikan kepadanya dan inilah saatnya aku menagih janji itu!"  Suara wanita itu itu menggelegar, Prapto yang masih bertugas mengunci tubuh Indah semakin bergidik ngeri. Kedua tangannya memegangi kedua tangan indah dengan kuat dari belakang punggung Indah.

"Dasar iblis!" hardik Ustadz Zul geram. Ustadz Zul kembali membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Tubuh Indah melonjak membuat Prapto jatuh tersungkur membentur tembok. Indah melayang-layang di udara dengan bola mata hitam menatap bengis pada Ustadz Zul. Kedua tangannya siap mencengkram siapa saja yang berada di depannya.

"Aku akan membunuhmu, manusia munafik!" sergah Indah dengan nada mengancam pada Ustadz Zul yang tidak peduli. Bibir lelaki terus berkomat kami membaca ayat-ayat Allah untuk meminta perlindungan.

Wus!

Wus!

Tubuh Indah melayang menyerang Ustadz Zul dan mencekik kuat leher lelaki itu.

"Aku akan membunuhmu saat ini juga, manusia munafik!" hardik Indah memperkuat cengkraman tangannya pada leher Ustadz Zul yang terus melafalkan doa. Perlahan Ustadz Zul mulai kesulitan untuk bernafas. Kedua tangannya menyentuh pergelangan tangan Indah yang sedang mencekiknya.

Lelaki yang membersamai Ustadz Zul menarik tubuh Indah yang melayang-layang di udara. Menghempaskanya kasar hingga membentur tembok.

Argh ....!

Indah mengerang kesakitan. "Sialan kamu!" Sorot mata Indah tertuju pada lelaki yang membantu Ustadz Zul. Tubuhnya menggeliat kesakitan.

"Ustadz, ustadz baik-baik saja!" dengan wajah panik lelaki bernama Firman itu membantu Ustadz Zul untuk bangkit.

"Aku baik-baik saja, Firman!" sahut Ustadz Zul memegangi lehernya yang hampir putus oleh cekikan Indah.

Indah bangkit, merayap pada dinding kamar. Suara tawanya melingking memenuhi kamar berdiding serba putih itu. Bola mata hitam itu tertuju pada Ustadz Zul dan Firman, asisten Ustadz Zul.

"Sepertinya ini bukanlah jin sembarangan, Ustadz!" bisik Firman mendekatkan wajahnya pada telinga Ustadz Zul. Sorot matanya tertuju pada Indah yang berhenti merayap pada dinding.

"Tidak akan ada manusia yang bisa lepas dari godaaku. Karena selamanya aku akan menyesatkan semua anak cucu Adam. Kih ... kih ...!" Indah menampakan seringainya pada Ustadz Zul.

Ustadz Zul memutar tasbih yang berada di tangannya. Sementara Firman kembali membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Wus ...

Bruak!

Ustadz Zul melepar tasbih yang berada di tangannya ke arah Indah. Tubuh Indah terjatuh setelah hembusan angin yang mampu menjebolkan jendela kamar Indah itu datang.

Suasana menjadi hening, Indah tidak sadarkan diri. Prapto yang sedari tadi meringsek ketakutan di sudut kamar perlahan meregangkan tubuhnya yang terasa remuk.

"Alhamdulillah!" lirih Ustadz Zul menyapu wajahnya dengan kedua tangan. Begitu juga dengan Firman, asisten Ustadz Zul.

"Mas Prapto, silahkan tolong Mbak Indah!" ucap Ustadz Zul menoleh ke arah Prapto yang ketakutan.

"Apakah sudah aman?" tanya Prapto ragu untuk mendekati Indah, istrinya.

"Aman, Mas!" sahut Ustadz Zul.

"Ustadz, ada darah!" Firman melihat darah segar mengalir dari kedua kaki Indah.

"Inalillahi wa innailaihi rojiun!" ucap Ustadz Zul dengan wajah getir.

"Sepertinya kita sudah gagal, Ustadz!" imbuh Firman.

Prapto berjalan merayap menghampiri Indah. Kalinya seperti kehilangan tenaga.

"Dek, bangun, Dek!" lirih Prapto meneteskan air mata. Lelaki itu meletakkan kepala Indah yang pucat di atas pangkuannya.

"Firman, panggilkan ambulan!" titah Ustadz Zul pada lelaki yang berdiri mensejajarinya.

"Baik Ustadz!" Firman memutar tubuhnya menuju pintu keluar.

Ustadz Zul menghampiri Prapto yang terisak. "Sabar Mas Prapto!" tutur Ustadz Zul mengusap lembut bahu Prapto yang bergerak naik turun.

"Bagaimana saya tidak sedikit Ustadz, kehamilan Indah selalu berakhir seperti ini. Ya Allah anakku!" tangis Prapto memeluk wajah Indah.

"Sabar Mas! Semoga tidak terjadi apapun pada Indah dan bayi yang berada di dalam kandungannya," hibur Ustadz Zul. Meskipun sudah jelas jika bayi di dalam rahim Indah mengalami keguguran.

*****

Bersambung ....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status