Kevin meminum kopi buatan Endrea sampai habis, kemudian berjalan ke arah sofa dan sibuk dengan ponselnya disana.
Endrea menggelengkan kepalanya berharap dirinya lupa dengan apa yang barusan Kevin katakan, Endrea menyibukkan diri dengan mengelap meja makan.
Tidak lama kemudian Arya keluar dari dalam kamar, dan duduk disamping Kevin dengan menenteng sepatu kesayangannya.
"Oh iya, Endrea hari ini kamu mau kemana?" tanya Arya tangannya sibuk memakai sepatu.
"Aku ingin pergi ke salon," jawab Endrea dengan melihat ke arah Arya dan Kevin.
"Oke baiklah nanti aku akan perintahkan Delina untuk menemanimu, ingat dua minggu lagi kita akan menikah, kamu tidak perlu memikirkan apapun, karena aku yang akan menyiapkan semuanya," ucap Arya kemudian membenarkan letak duduknya, satu kakinya dinaikkan ke kaki yang satunya lagi.
"Dua minggu lagi?" tanya Endrea seperti tidak percaya, bukankah tadi Arya bilang mungkin satu bulan lagi.
"Aku tahu karena setiap hari aku melihat Ibu," ujar Delina yang semakin membuat Endrea kebingungan, dimana Delina melihatnya bisa bela diri."Dimana?" tanya Endrea."Saat Ibu masih sekolah SMA Ibu pernah bertengkar dengan seorang pria yang memgejek seorang wanita, yang tidak lain adalah adik kelas Ibu dan Ibu membela wanita tersebut tanpa basa-basi Ibu langsung memukul pria itu sampai berdarah," jelas Delina kemudian terkekeh."Bagaimana kamu tahu, itu kejadian sudah sangat lama dan aku yakin umurmu juga lebih muda dariku," jawab Endrea masih dengan nada kebingungan."Tentu aku selalu ingat, dengan orang yang sudah menyelamatkanku dari para buly itu, akulah anak yang Ibu bela waktu itu," ujar Delina dengan melihat ke arah Endrea dan tersenyum."Benarkah aku tidak ingat, bahkan sekarang kamu menjadi wanita yang pandai dalam bela diri," ucap Endrea dengan kagum."Iya aku belajar dari kejadian waktu itu, aku bertek
Arya membawa kotak itu ke dalam Arya mengira Endrea memesan barang di toko online, Endrea sedikit bingung saat Arya memberikan satu kotak lumayan besar untuknya, Endrea langsung membukannya Endrea langsung berteriak sangat keras dan terduduk lemas saat mengetahui apa yang ada di dalamnya."Ada apa sayang?" tanya Arya yang baru kembali dari dapur dan langsung memeluk tubuh Endrea yang terduduk di lantai."Itu," ucap Endrea dengan menunjuk ke arah kotak tadi.Arya berdiri dan langsung mengeluarkan isi di dalam kardus tersebut, ada satu boneka ukuran kecil yang dibuat sedemikian rupa jadi menyeramkan, dan ada noda darah dibagian perut boneka itu, saat Arya mengangkat boneka itu satu kertas terjatuh.Arya memungutnya dan membaca tulisan yang ditulis seperti menggunakan darah, "KAMU AKAN MATI ENDREA," semua ditulis dalam huruf besar.Arya langsung mengepalkan tangannya benar kata Delina, dirinya harus menambah pengamanan di
'Apa karena dirinya ketiduran sampai-sampai Arya tidak makan dan tidak bekerja,' batin Endrea.Mereka makan dengan diam, Endrea mengambil sedikit nasi dan ayam goreng yang tadi dia buat, entah kenapa makan kali ini Endrea sedikit tidak berselera, Endrea terkejut saat sendok berada sangat dekat dengan mulutnya, Endrea melihat ke arah Arya."Buka mulutmu," perintah Arya, Endrea menurut dan menerima suapan pertama dari calon suaminya, akhirnya makanan mereka sama-sama habis.Setelah makan siang Arya mengajak Endrea untuk menonton televisi agar mengalihkan pikiran Endrea, mereka menonton dan sesekali Arya akan memeriksan ponselnya takut ada pesan yang penting.Hari-hari mereka lalui dan tidak terasa sudah dua minggu berlalu, hari ini adalah acara pernikahan Endrea dengan Arya, Pak Irawan beserta keluarganya sudah datang dari pagi.Setiap sudut gedung yang akan digunakan untuk acara mereka Arya sudah menyebarkan keamanan, dan semua tam
Di salah satu restoran di Ibu Kota seorang wanita yang sangat cantik. dengan rambut berwarna kecoklatan dengan panjang sebahu. mengenakan gaun berwarna merah muda panjang selutut. wajahnya di make up dengan riasan warna gold, itu semua sangat cocok dengan wajahnya. senyum selalu menghiasi wajah cantiknya, dia adalah Endrea Kim yang tengah menunggu suaminya, Arya untuk makan malam bersama."Selamat malam istriku, maaf ya lama menunggu," bisik Pria yang baru datang dan langsung memeluk leher Endrea dari belakang."Tidak terlalu lama kok Mas, baru juga sepuluh menit." jawab Endrea, tangan lembutnya menarik lengan suaminya untuk duduk di kursi yang berada di depannya.Mereka makan malam dengan diam. hingga Arya melihat seorang wanita dengan penampilan sangat modis masuk ke dalam Restoran Cottca. meski penampilannya sangat jauh berbeda dengan yang dulu. tapi Arya tetap mengenali wajah wanita yang baru masuk tadi.Tubuh Arya langsung menegang, tanga
Keesokan paginya Endrea terbangun dengan kepala masih pusing, Endrea melihat ponsel yang ada di nakas dan matanya langsung melotot saat melihat cuplikan berita salah satu stasiun televisi.Endrea memijat pangkal kepalanya yang tiba-tiba terasa berdenyut, Endrea kembali menggeser beranda diponsel dan lagi-lagi vidio saat dirinya menampar wanita jalang itu lagi, dan yang membuat Endrea emosi judulnya dimana disitu tertulis, Istri Arya Lii cemburu buta saat melihat Arya bertemu dengan rekan kerjanya.Prang... Brakk...Endrea melepar ponsel yang dia pegang hingga hancur beserakan, Endrea tahu ini semua ulah suaminya tapi yang membuat Endrea semakin emosi vidio itu sudah diedit.Yang bagian wanita jalang itu dan Arya sedang berciuman semuanya sudah dihapus, dan disitu hanya ada saat Endrea menghampiri Arya dan langsung menampar wanita jalang itu.Disudut kota yang berbeda tepatnya disalah satu klub dua orang wanita sedang ter
"Kau...." ucap Amel dengan berjalan mendekati Liana."Kau sudah berjanji kemarin, berapapun yang aku minta kau akan membayarnya bukan," ujar Amel dengan nada mengancam ke arah Liana tidak lupa pisau kecil dirinya gengam ditangan membuat Liana ketakutan."Kau mencekikku kalau seperti itu, kamu juga tahu kalau aku sedang sulit sekarang darimana aku mendapatkan uang sebanyak itu," ucap Liana dengan nada bergetar."Aku tidak peduli, kalau begitu aku akan membatalkan saja kerja sama kita, aku akan membiarkan Arya bahagia dengan Endrea," ucap Amel kemudian berbalik dan duduk dikursinya."Ini," ujar Liana dengan mengeluarkan amplop coklat berisi uang itu.Amel menerima dan menghitungnya kemudian berkata "Baru lima belas juta, masih kurang besok aku akan menemuimu kembali, terimakasih,".Amel mengibaskan amplop coklat itu di depan Liana, kemudian berjalan keluar dari dalam restoran.Prangg...Liana yang terbawa em
"Aku tidak tahu," jawab Arya berusaha secuek mungkin membuat kedua alis Delina terangkat, dirinya merasa bingung dengan Bosnya sekarang.Dulu Arya begitu perhatian kepada Endrea sampai-sampai tidak ada yang diperbolehkan untuk membuat lecet sedikitpun, tetapi setelah pernikahan mereka yang baru berusia satu tahun Arya bertingkah seperti orang yang tidak mengenal Ibu bosnya.Delina tidak mau memusingkan ucapan Arya, Delina memilih untuk duduk dikursi yang berseberangan dengan Arya.Sudah hampir tiga puluh menit tapi dokter belum juga ada yang keluar, telepon Aeya berdering kemudian Arya sedikit menjauh dari Delina untuk mengangkat telepon dari Amel, tidak lama kemudian Arya kembalu menghampiri Delina."Aku harus pergi ada hal yang mendesak, kamu tunggu saja Endrea jika ada kabar cepat beritahu saya," pesan Arya kemudian dengan cepat berlari keluar dari rumah sakit."Aku baru menjumpai seorang pria lebih mementingkan hal lain,
Tapi suara seorang wanita yang ada diseberang sana langsung meluluh latakan perasaan Endrea, perasaan marah dan benci mulai merasuki hatinya, Endrea langsung mematikan sambungan teleponnya dan memberikan kembali ke Delina."Sayang aku mau yang itu boleh," ujar wanita diseberang sana, Endrea kenal betul dengan suara wanita jalang itu.Seketika rasa berbunga-bunga yang baru saja dirinya rasakan hilang, berganti dengan rasa hambar, Endrea menghela nafas kecewa kemudian melihat ke arah Delina."Kita pulang sekarang aja ya," ajak Endrea kemudian berjalan keluar dari ruangan dibantu oleh Delina.Setelah membayar biaya administrasi Delina mengendarai mobilnya dengan perlahan ke apartemen milik bosnya, tiga puluh menit mereka sampai Endrea membuka pintu dan meminta Delina untuk mengantarkannya ke kamar."Ibu mau makan apa?" tanya Delina dengan sopan.'Tolong belikan saya bubur ya, kamu terserah mau beli apa," perintah E