Salah satu ramalan Xian Ling mulai terbukti.
Kaisar Xian Ming dari Benua Timur mulai menyerang Nusantara tanpa kekuatan penuh.Tujuan Kaisar Xian Ming ini adalah memancing keluarnya Pendekar Naga Biru dari Kamandaria menuju Nusantara.Armada Kerajaan Kamandaria sekarang adalah armada laut yang terkuat di Bumi Karimun, sejak Raja Candaka naik tahta.Kaisar Xian Ming masih ragu untuk berangkat ke Kamandaria dan menyerang langsung armada laut Kamandaria.Apalagi dia harus menempuh perjalanan laut melalui Samudra Nusantara yang memiliki Negeri di dasar Samudra yaitu Negeri Malaka yang rajanya adalah saudara angkat Pendekar Naga Biru.Kaisar Xian Ming tidak mau ambil resiko ditenggelamkan kapalnya oleh armada laut Negeri Malaka yang memiliki kapal tempur dengan peralatan canggih melebihi semua kapal tempur di Bumi Karimun.Tujuan akhir Kaisar Xian Ming adalah menguasai Kamandaria dan Arkandaria, setelah dia menguasai Nusantara.Nusantara memiliki raja yang tidak begitu peduli dengan pertahanan negerinya sehingga mudah diserang.Lain halnya dengan Kamandaria dan Arkandaria yang memiliki pertahanan yang kuat, terutama di armada kapal tempurnya.Seluruh Kerajaan besar di Dunia Bawah akan dikuasainya, termasuk Kerajaan Sarmandaria yang terkenal dengan naga padang pasirnya.*****"Belum saatnya kamu meninggalkan Kamandaria, Candaka! Mahesa masih kecil dan butuh bimbingan ayahnya!" kata Zhian melarang Candaka untuk pergi ke Nusantara menghadapi Xian Ming untuk memenuhi takdirnya."Aku harus menghadapinya, Zhian! Itu sudah takdirku!" seru Candaka."Bagaimana denganku dan Mahesa? Apa kamu tidak peduli sama sekali dengan kami?" sahut Zhian dengan suara yang lantang."Bukan begitu, Zhian ... kalau aku tidak meredam kekuatan Xian Ming, maka dia akan bergerak ke Kamandaria untuk menyerang kita! Kamu mau kalau negeri kita ini diserang habis-habisan padahal aku bisa mencegahnya dengan pergi sekarang ke Nusantara?" jelas Candaka.Zhian langsung terdiam begitu mendengar alasan Candaka yang masuk akal.Lebih baik mencegah dahulu selagi bisa, daripada sudah terjadi dan menyesalinya."Baiklah! Aku ijinkan kamu ke Nusantara ... tapi kamu harus berhati-hati! Kaisar Xian Ming sengaja menjebakmu ke sana karena dia tidak punya nyali untuk mennatangmu di Kamandaria!" ujar Zhian."Jangan khawatir! Aku ditemani oleh Cakrabuana, yang sudah piawai dalam pertempuran laut. Panglima Sayukti menjaga perbatasan laut kita agar tidak mudah diserang oleh negeri lain selagi aku ke Nusantara. Aku juga ingin anak kita hidup tentram di Kamnadaria tanpa adanya gangguan apapun!" tegas Candaka."Kalau Kanaya bagaimana? Dia ikut juga?" tanya Zhian.Dewi Naga ini sedikit banyak mengetahui kisah asmara Candaka yang sempat juga dekat dengan Kanaya yang mencintainya.Walaupun akhirnya Kanaya memilih Gandar, Penguasa Tiga Dunia untuk menjadi suaminya tapi kisah masa lalu masih sulit untuk dilupakan."Kanaya tidak ikut! Dia sedang hamil anak pertamanya dengan Gandar! Aku mendapat berita ini dari Cakrabuana saat aku meminta bantuannya!" ujar Candaka.Zhian langsung tersenyum begitu mengetahui kalau Kanaya dan gandar akan segera mendapat momongan bayi."Sekarang bisa tersenyum setelah mendengar berita Kanaya hamil ... tadi wajahnya cemberut!" gurau Candaka."Wajar kalau aku cemburu! Kamu banyak disukai gadis cantik! Walaupun akhirnya kamu hanya memilih tiga wanita saja untuk mendampingimu menjadi Raja Kamandaria, namun banyak wanita di luaran sana yang masih mengharapkan cintamu!" ujar Zhian.Candaka tidak tega menceritakan masalah Zhu Fei yang mencintai Zhian, yang didengarnya dari Xian Ling. Lebih baik Zhian tidak mengetahui masalah ini, agar dirinya tidak membenci Zhu Fei."Jangan khawatir! Aku tidak akan meninggalkan kalian bertiga! Kalian bertiga tetap permaisuriku yang cantik!" seru Candaka."Serius?" tanya Zhian tajam."Seriuslah! Aku pergi besok pagi-pagi ... jaga baik-baik Mahesa! Mungkin aku sudah pergi selagi kamu masih tidur!" ujar Candaka yang ingin segera menuntaskan perlawanan Xian Ming di Nusantara."Kamu juga hati-hati, Paduka Raja!" ucap Zhian dengan sungguh-sungguh.******Tapi ... takdir membuat Candaka harus mengurungkan niatnya untuk pergi ke Nusantara.Candaka yang berniat pergi ke Nusantara mendapatkan mimpi mengenai Kitab kelima dari Kitab Sembilan Naga Sakti yang sudah lama ditunggu-tunggu olehnya."Candaka ....!"Terdengar suara misterius yang memanggilnya dalam kondisi kabut tebal dan dingin."Aku berada di mana? Kenapa kabut ini dingin sekali?" pikir Candaka."Penuhi takdirmu, Candaka!" seru suara merdu ini lagi."Takdir apa? Aku sudah memenuhi takdirku sebagai Pendekar Naga Biru dan Raja Kamandaria! Takdir apa lagi yang harus aku jalani?" sahut Candaka.Pendekar Naga Biru ini tidak berpakaian bagaikan bangsawan raja, melainkan berpakaian seperti pendekar."Kamu belum memenuhi takdirmu sebagai Pendekar Naga Biru! Akan banyak bahaya yang mengancam Kamandaria! Kamu harus segera menuntaskan tugasmu sebagai Pendekar Naga Biru!" seru suara merdu ini lagi."Siapa sebenarnya dirimu? Kenapa kamu tahu banyak mengenai diriku!" Candaka yang sudah lama tidak mengalami mimpi mengenai Kitab Naga sejak dinobatkan sebagi Raja Kamandaria jelas sangat kebingungan dengan mimpi yang dialaminya ini."Siapa diriku tidaklah penting sekarang ini, Candaka! Aku hanyalah Naga yang ditugaskan untuk memberikan Kitab Naga Ungu Menembus Langit kepadamu serta Pedang Naga Ungu Penembus Langit untuk mempelajari ilmu pedang yang terkandung di dalam kitab naga ini.""Aku harus mencarimu kemana, Naga Ungu!" ujar Candaka yang mulai tertarik dengan tawaran Naga Ungu.Sudah lama dia mengharapkan kelanjutan Kitab Sembilan Naga Sakti yang hanya diperolehnya 4 Kitab Naga saja saat menjadi raja Kamandaria."Pergilah ke utara Benua Kamandaria! Kamu akan menemuiku di sana untuk mendapatkan Kitab Naga Ungu yang kamu inginkan!" seru suara merdu ini."Tidak ada pa-apa di sana! Hanya daerah yang dingin saja! Apa kamu yakin, Naga Ungu?" tanya Candaka.Proses mimpinya juga sudah berubah.Apabila dahulu dia harus mencari sendiri daerah di dalam mimpinya ini, sekarang dia diberitahu lokasinya."Pergi saja dahulu! Kamu akan menemukanku dengan sendirinya apabila kamu sudah pergi ke sana!" sahut suara merdu yang diduga Candaka adalah Naga Ungu.Brrr ...Candaka mulai kedinginan oleh kabut yang tidak biasa ini.Kabut biasa tidak akan membuatnya kedinginan karena dia memiliki tenaga dalam dan darah naga, tapi kabut dalam mimpoinya ini bagaikan kabut hidup yang dingin menusuk tulang."Apa kabut di bagian utara benua Kamandaria ini juga seperti ini?" pikir Candaka.Candaka berusaha bergerak ke arah suara merdu ini, tapi tetrap saja langkahnya terhalang kabut yang semakin lama semakin dingin dan tebal ini."Jangan menemuiku di dalam mimpi ini! Segera pergi ke sana untuk menemuiku, Raja Candaka!" seru suara merdu ini sebelum menghilang."Sisi utara berarti Pegunungan Tiga Jari, Desa Kabut Hitam, dan Hutan Terlarang. Naga Ungu hendak menemuiku dimana? Sedangkan melihat jelas tempat ini saja aku tidak bisa karena terhalang kabut!" gumam Candaka. “Apa Naga Ungu berada di daerah yang belum terjamah di sisi lain Gunung Tiga Jari ini?”“Kanda tidak jadi pergi ke Nusantara? Cakrabuana sudah menunggu Kanda di Aula Kerajaan!” tanya Rinjani yang heran dengan Candaka yang masih santai dan termenung di atas tempat tidur.“Aku tidak jadi berangkat ke Nusantara, Adinda Rin!” sahut Candaka.Tentu saja Rinjani terkejut dengan keputusan Candaka yang tiba-tiba ini.“Kenapa tidak jadi pergi ke Nusantara, Kanda? Bukannya sebelumnya Kanda yang menggebu-gebu ingin membantu Raja Nusantara melawan invasi dari Kaisar Xian Ming?” tanya Rinjani.“Ada hal penting yang harus aku lakukan terlebih dahulu! Xian Ling juga bilang kalau Raja Nusantara bukanlah raja yang bijaksana, yang memperhatikan rakyatnya ... jadi biarkan saja Xian Ming menguasai Nusantara terlebih dahulu! Aku lebih mementingkan Kerajaan Kamandaria terlebih dahulu!” tegas Candaka.Rinjani merasakan kalau bukan itu alasan utama Candaka untuk menunda keberangkatannya ke Nusantara. Ada sesuatu yang lebih penting yang sepertinya ingin dilakukan Candaka.“Apa yang menganggu piki
“Jaga baik-baik Candaka ya, Rinjani!” pesan Zhian saat Dewi Racun ini bersama Candaka pamit kepada Zhian. “Pastilah, Zhian! Kanda kan suamiku juga!” ujar Rinjani sambil tersenyum.“Kalau bukan demi Mahesa, aku pasti melarangmu dan Candaka ke tempat mengerikan itu! Kenapa Naga Ungu memilih tempat yang seperti itu untuk menyerahkan Kitab Naga Ungu! Apa yang sebenarnya diinginkan naga ini?” ucap Zhian.“Mungkin Naga Ungu hendak menguji Kanda Candaka, karena sudah lama Kanda tidak mendapatkan mimpi lagi mengenai Kitab Sembilan Naga Sakti!” kata Rinjani.Ucapan Rinjani ada benarnya, mengingat Candaka sudah lama sekali tidak mendapatkan mimpi mengenai Kitab Naga ataupun kejadian seputar naga di sekitar dirinya.“Mungkin juga, tapi memilih daerah yang paling berbahaya di Kamandaria sangat mengusik hatiku! Biasanya aku yang memandu Candaka dalam mimpi untuk menemukan tujuannya, tapi sekarang kondisiku lagi melemah!” kata Zhian dengan wajah yang agak menyesal.“Kak Zhian istirahat saja! Janga
“Menyeramkan sekali desa ini, Kanda!” seru Rinjani begitu mereka tiba di Desa Mitos.Masih tampak kondisi menyeramkan desa yang hampir merenggut nyawa Candaka dan Kumalasari ini.Desa Mitos benar-benar hanya menjadi mitos belaka, karena kawanan Aswang yang menghuni desa ini telah dibasmi oleh Zhu Fei bersama Bai Ling alias Gayatri di masa lalu.“Benar, Adinda! Desa Mitos ini telah memakan banyak korban pelintas jalan yang terjebak oleh keramah tamahan penduduk desa ini yang merupakan jelmaan aswang, makhluk yang cukup mengerikan!” jelas Candaka.“Kanda tahu dari mana?” tanya Rinjani.“Aku dan Mala hampir menjadi korban dari kawanan Aswang ini saat aku mengantar Mala kembali ke Kota Naga Emas! Beruntung kami bisa lolos dari kawanan makhluk mengerikan ini! Tapi kini Aswang sudah lenyap, seharusnya desa ini dibersihkan saja agar tidak mengerikan kelihatannya!” ujar Candaka.“Seru sekali ya cerita Kanda! Seandainya kita bertemu lebih awal ya, Kanda!” seru Rinjani.“Aku rasa kawanan Aswang
“Baiklah, kamu boleh ikut denganku! Tapi ada syaratnya ... kamu tidak boleh menjadi naga tanpa perintahku!” tegas Candaka.“Aku bisa menerima persyaratan itu!” ucap Xarvis yang langsung menjadi peri naga kembali.“Kamu juga tidak boleh ikut campur pembicaraanku dengan istriku, kalau tidak diminta! Kamu bisa melakukannya?” tanya Candaka.“Jangan begitu ketat terhadapnya, Kanda!” tegur Rinjani. “Aku tidak ingin orang tahu keberadaannya saat ini, karena berbahaya untuk dirinya!” kata Candaka memberikan alasannya."Aku memiliki kantong ajaib ini, Candaka! Kamu bisa membawaku kemana-mana dengan kantong ini karena di dalam kantong ajaib ini juga berisi alam kehidupan yang tidak jauh beda dengan alam kehidupan yang asli," kata peri naga ini sambil menyerahkan kantong kain kecil berwarna kecoklatan kepada candaka."Kantong kecil ini bisa menampung banyak makhluk hidup?" tanya Candaka yang takjub melihatnya."Di Dunia Atas, kantong seperti ini sudah umum dipakai oleh para Immortal ataupun Dew
"Kita kemana Kanda?" tanya Rinjani, setelah mereka keluar dari Kota Seribu Wajah."Aku akan mengunjungi saudara angkatku, Moghul di Kota Naga Biru! Dia tidak ingin menjabat di istana kerajaan, dan memilih kembali ke kota tempat tinggalnya untuk membangun Kota Naga Biru!" sahut Candaka."Kamu terlalu baik padanya, Kanda! Dia tidak membantumu sama sekali saat berhadapan dengan Raja Iblis Naga Hitam!" seru Rinjani penuh kekesalan."Wajar dia tidak membantuku, Adinda Rin! Penduduk kota bisa dihukum mati oleh Arkadewi saat itu apabila Moghul bergabung dengan aliansi kita melawan kerajaan!" kata Candaka memberikan alasannya."Seharusnya dia membantumu, apapun resikonya! Kalian ini bersaudara!" tegas Rinjani, tetap tidak menerima alasan Candaka."Aku juga ingin menanyakan padanya tentang kejadian aneh di Kota Seribu Wajah, mungkin Moghul mengetahui kejadian yang menimpa kota itu!" ujar Candaka.*****Kota Naga Biru benar-benar berkembang sangat pesat di bawah pimpinan Moghul selaku walikota
Candaka benar-benar terkejut dengan penjelasan Moghul mengenai kekuatan baru yang saat ini berada di antara Kota Naga Biru dan Dusun Penyamun."Kekuatan mereka sangat besar, Candaka! Kenapa kejadian besar ini bisa luput dari perhatian kerajaan?" tanya Moghul.Setelah beberapa lama menenangkan diri, akhirnya Moghul memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Candaka dan Rinjani."Siapa sebenarnya penghuni Sekte Sembilan Naga Langit ini?" tanya Rinjani."Katanya mereka ini berasal dari Langit dan merupakan keturunan Naga, yang turun ke Kamandaria untuk memantau perkembangan dunia persilatan dan dunia naga di negeri ini!" ujar Moghul."Kamu pernah bertemu mereka?" tanya Candaka."Salah satu utusan mereka berjulukan Naga Timur pernah mendatangi Kota Naga Biru. Naga Timur ini bahkan mengancamku agar tidak menganggu keberadaan mereka agar Kota Naga Biru ini aman dari gangguan mereka!" jelas Moghul."Apa sebenarnya tujuan Sekte Sembilan Naga langit ini? Kenapa keberadaan mereka luput dari
"Bagaimana kalau kita naik perahu saja, Adinda? Apa kamu bersedia?" tanya Candaka."Aku juga penasaran dengan jalur sungai buatan ini, Kanda! Jadi tidak masalah kalau kita naik perahu saja!' sahut Rinjani."Hahaha ... pilihan yang tepat, saudaraku!" seru Moghul sambil tertawa senang. "Ayo, kita ke dermaga sungai besar yang berada di pinggiran kota!"Candaka dan Rinjani mengikuti Moghul menuju ke dermaga di sungai besar yang dimaksud oleh Moghul.Sepanjang jalan, terlihat kota yang sangat teratur dan rapi.Warga kota memberi salam hormat kepada walikota mereka sambil memandang bingung ke arah dua orang yang berjalan di samping walikota mereka.Moghul benar-benar membangun Kota Naga Biru dengan tangan besi, sehingga semua warg akota patuh terhadap dirinya dalam artian baik."Aku penasaran dengan Kota Naga Biru Laut, karena Kota Naga Biru ini saja sudah sedemikian besar dan teraturnya!" seru Candaka.Warga Kota Naga Biru tidak mengetahui kalau yang berjalan di samping walikota mereka ada
"Lapor Ketua! Pendekar Naga Biru saat ini berada di Kota Naga Biru!"Seorang anggota dari Gerbang Sembilan Naga Langit tampak melapor kepada seorang pria yang masih tampak muda dan mengenakan jubah emas bermotif naga."Apa yang sedang dilakukan Raja Kamandaria itu di Kota Naga Biru" tanya pria ini."Kami tidak tahu pasti, Ketua! Menurut informasi, Pendekar Naga Biru sedang mengunjungi saudaranya yang menjadi pemimpin kota tersebut!" lapor bawahannya lagi."Moghul? Aku sudah memperingatkannya untuk tidak ikut campur dengan urusanku di Dunia Bawah ini!" kata pria ini dengan penuh amarah."Pemimpin kota tidak mengundangnya, Ketua. Pendekar Naga Biru yang datang mengunjunginya.""Ada keperluan apa, Pendekar Naga Biru sampai jauh-jauh mengunjungi Kota Naga Biru ini tanpa pengawalan sama sekali?" tanya Naga Timur."Menurut informasi yang bisa dipercaya, Pendekar Naga Biru sedang menuju ke arah utara!" lapor bawahan Naga Timur ini."Apa yang dilakukan Pendekar Naga Biru ini, sampai jauh-jauh