Share

06. Serangan Awal Kaisar Xian Ming

Salah satu ramalan Xian Ling mulai terbukti.

Kaisar Xian Ming dari Benua Timur mulai menyerang Nusantara tanpa kekuatan penuh.

Tujuan Kaisar Xian Ming ini adalah memancing keluarnya Pendekar Naga Biru dari Kamandaria menuju Nusantara.

Armada Kerajaan Kamandaria sekarang adalah armada laut yang terkuat di Bumi Karimun, sejak Raja Candaka naik tahta.

Kaisar Xian Ming masih ragu untuk berangkat ke Kamandaria dan menyerang langsung armada laut Kamandaria.

Apalagi dia harus menempuh perjalanan laut melalui Samudra Nusantara yang memiliki Negeri di dasar Samudra yaitu Negeri Malaka yang rajanya adalah saudara angkat Pendekar Naga Biru.

Kaisar Xian Ming tidak mau ambil resiko ditenggelamkan kapalnya oleh armada laut Negeri Malaka yang memiliki kapal tempur dengan peralatan canggih melebihi semua kapal tempur di Bumi Karimun.

Tujuan akhir Kaisar Xian Ming adalah menguasai Kamandaria dan Arkandaria, setelah dia menguasai Nusantara.

Nusantara memiliki raja yang tidak begitu peduli dengan pertahanan negerinya sehingga mudah diserang.

Lain halnya dengan Kamandaria dan Arkandaria yang memiliki pertahanan yang kuat, terutama di armada kapal tempurnya.

Seluruh Kerajaan besar di Dunia Bawah akan dikuasainya, termasuk Kerajaan Sarmandaria yang terkenal dengan naga padang pasirnya.

*****

"Belum saatnya kamu meninggalkan Kamandaria, Candaka! Mahesa masih kecil dan butuh bimbingan ayahnya!" kata Zhian melarang Candaka untuk pergi ke Nusantara menghadapi Xian Ming untuk memenuhi takdirnya.

"Aku harus menghadapinya, Zhian! Itu sudah takdirku!" seru Candaka.

"Bagaimana denganku dan Mahesa? Apa kamu tidak peduli sama sekali dengan kami?" sahut Zhian dengan suara yang lantang.

"Bukan begitu, Zhian ... kalau aku tidak meredam kekuatan Xian Ming, maka dia akan bergerak ke Kamandaria untuk menyerang kita! Kamu mau kalau negeri kita ini diserang habis-habisan padahal aku bisa mencegahnya dengan pergi sekarang ke Nusantara?" jelas Candaka.

Zhian langsung terdiam begitu mendengar alasan Candaka yang masuk akal.

Lebih baik mencegah dahulu selagi bisa, daripada sudah terjadi dan menyesalinya.

"Baiklah! Aku ijinkan kamu ke Nusantara ... tapi kamu harus berhati-hati! Kaisar Xian Ming sengaja menjebakmu ke sana karena dia tidak punya nyali untuk mennatangmu di Kamandaria!" ujar Zhian.

"Jangan khawatir! Aku ditemani oleh Cakrabuana, yang sudah piawai dalam pertempuran laut. Panglima Sayukti menjaga perbatasan laut kita agar tidak mudah diserang oleh negeri lain selagi aku ke Nusantara. Aku juga ingin anak kita hidup tentram di Kamnadaria tanpa adanya gangguan apapun!" tegas Candaka.

"Kalau Kanaya bagaimana? Dia ikut juga?" tanya Zhian.

Dewi Naga ini sedikit banyak mengetahui kisah asmara Candaka yang sempat juga dekat dengan Kanaya yang mencintainya.

Walaupun akhirnya Kanaya memilih Gandar, Penguasa Tiga Dunia untuk menjadi suaminya tapi kisah masa lalu masih sulit untuk dilupakan.

"Kanaya tidak ikut! Dia sedang hamil anak pertamanya dengan Gandar! Aku mendapat berita ini dari Cakrabuana saat aku meminta bantuannya!" ujar Candaka.

Zhian langsung tersenyum begitu mengetahui kalau Kanaya dan gandar akan segera mendapat momongan bayi.

"Sekarang bisa tersenyum setelah mendengar berita Kanaya hamil ... tadi wajahnya cemberut!" gurau Candaka.

"Wajar kalau aku cemburu! Kamu banyak disukai gadis cantik! Walaupun akhirnya kamu hanya memilih tiga wanita saja untuk mendampingimu menjadi Raja Kamandaria, namun banyak wanita di luaran sana yang masih mengharapkan cintamu!" ujar Zhian.

Candaka tidak tega menceritakan masalah Zhu Fei yang mencintai Zhian, yang didengarnya dari Xian Ling. Lebih baik Zhian tidak mengetahui masalah ini, agar dirinya tidak membenci Zhu Fei.

"Jangan khawatir! Aku tidak akan meninggalkan kalian bertiga! Kalian bertiga tetap permaisuriku yang cantik!" seru Candaka.

"Serius?" tanya Zhian tajam.

"Seriuslah! Aku pergi besok pagi-pagi ... jaga baik-baik Mahesa! Mungkin aku sudah pergi selagi kamu masih tidur!" ujar Candaka yang ingin segera menuntaskan perlawanan Xian Ming di Nusantara.

"Kamu juga hati-hati, Paduka Raja!" ucap Zhian dengan sungguh-sungguh.

******

Tapi ... takdir membuat Candaka harus mengurungkan niatnya untuk pergi ke Nusantara.

Candaka yang berniat pergi ke Nusantara mendapatkan mimpi mengenai Kitab kelima dari Kitab Sembilan Naga Sakti yang sudah lama ditunggu-tunggu olehnya.

"Candaka ....!"

Terdengar suara misterius yang memanggilnya dalam kondisi kabut tebal dan dingin.

"Aku berada di mana? Kenapa kabut ini dingin sekali?" pikir Candaka.

"Penuhi takdirmu, Candaka!" seru suara merdu ini lagi.

"Takdir apa? Aku sudah memenuhi takdirku sebagai Pendekar Naga Biru dan Raja Kamandaria! Takdir apa lagi yang harus aku jalani?" sahut Candaka.

Pendekar Naga Biru ini tidak berpakaian bagaikan bangsawan raja, melainkan berpakaian seperti pendekar.

"Kamu belum memenuhi takdirmu sebagai Pendekar Naga Biru! Akan banyak bahaya yang mengancam Kamandaria! Kamu harus segera menuntaskan tugasmu sebagai Pendekar Naga Biru!" seru suara merdu ini lagi.

"Siapa sebenarnya dirimu? Kenapa kamu tahu banyak mengenai diriku!" 

Candaka yang sudah lama tidak mengalami mimpi mengenai Kitab Naga sejak dinobatkan sebagi Raja Kamandaria jelas sangat kebingungan dengan mimpi yang dialaminya ini.

"Siapa diriku tidaklah penting sekarang ini, Candaka! Aku hanyalah Naga yang ditugaskan untuk memberikan Kitab Naga Ungu Menembus Langit kepadamu serta Pedang Naga Ungu Penembus Langit untuk mempelajari ilmu pedang yang terkandung di dalam kitab naga ini."

"Aku harus mencarimu kemana, Naga Ungu!" ujar Candaka yang mulai tertarik dengan tawaran Naga Ungu.

Sudah lama dia mengharapkan kelanjutan Kitab Sembilan Naga Sakti yang hanya diperolehnya 4 Kitab Naga saja saat menjadi raja Kamandaria.

"Pergilah ke utara Benua Kamandaria! Kamu akan menemuiku di sana untuk mendapatkan Kitab Naga Ungu yang kamu inginkan!" seru suara merdu ini.

"Tidak ada pa-apa di sana! Hanya daerah yang dingin saja! Apa kamu yakin, Naga Ungu?" tanya Candaka.

Proses mimpinya juga sudah berubah.

Apabila dahulu dia harus mencari sendiri daerah di dalam mimpinya ini, sekarang dia diberitahu lokasinya.

"Pergi saja dahulu! Kamu akan menemukanku dengan sendirinya apabila kamu sudah pergi ke sana!" sahut suara merdu yang diduga Candaka adalah Naga Ungu.

Brrr ...

Candaka mulai kedinginan oleh kabut yang tidak biasa ini.

Kabut biasa tidak akan membuatnya kedinginan karena dia memiliki tenaga dalam dan darah naga, tapi kabut dalam mimpoinya ini bagaikan kabut hidup yang dingin menusuk tulang.

"Apa kabut di bagian utara benua Kamandaria ini juga seperti ini?" pikir Candaka.

Candaka berusaha bergerak ke arah suara merdu ini, tapi tetrap saja langkahnya terhalang kabut yang semakin lama semakin dingin dan tebal ini.

"Jangan menemuiku di dalam mimpi ini! Segera pergi ke sana untuk menemuiku, Raja Candaka!" seru suara merdu ini sebelum menghilang.

"Sisi utara berarti Pegunungan Tiga Jari, Desa Kabut Hitam, dan Hutan Terlarang. Naga Ungu hendak menemuiku dimana? Sedangkan melihat jelas tempat  ini saja aku tidak bisa karena terhalang kabut!" gumam Candaka. “Apa Naga Ungu berada di daerah yang belum terjamah di sisi lain Gunung Tiga Jari ini?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status