Share

07. Kitab Naga 5 : Naga Ungu Menembus Langit

“Kanda tidak jadi pergi ke Nusantara? Cakrabuana sudah menunggu Kanda di Aula Kerajaan!” tanya Rinjani yang heran dengan Candaka yang masih santai dan termenung di atas tempat tidur.

“Aku tidak jadi berangkat ke Nusantara, Adinda Rin!” sahut Candaka.

Tentu saja Rinjani terkejut dengan keputusan Candaka yang tiba-tiba ini.

“Kenapa tidak jadi pergi ke Nusantara, Kanda? Bukannya sebelumnya Kanda yang menggebu-gebu ingin membantu Raja Nusantara melawan invasi dari Kaisar Xian Ming?” tanya Rinjani.

“Ada hal penting yang harus aku lakukan terlebih dahulu! Xian Ling juga bilang kalau Raja Nusantara bukanlah raja yang bijaksana, yang memperhatikan rakyatnya ... jadi biarkan saja Xian Ming menguasai Nusantara terlebih dahulu! Aku lebih mementingkan Kerajaan Kamandaria terlebih dahulu!” tegas Candaka.

Rinjani merasakan kalau bukan itu alasan utama Candaka untuk menunda keberangkatannya ke Nusantara. Ada sesuatu yang lebih penting yang sepertinya ingin dilakukan Candaka.

“Apa yang menganggu pikiranmu, Kanda? Aku bisa bantu mengatasinya!” ucap Rinjani sambil duduk di samping Candaka.

“Kamu tahu kan kalau aku mempelajari seluruh ilmu bela diri dari Kitab Sembilan Naga Sakti yang aku temukan berdasarkan pertunjuk dari mimpi?” tanya Candaka.

“Aku tahu! Kanda baru menemukan empat kitab saja dari keseluruhan sembilan Kitab Naga Sakti yang ada!” sahut Riujani.

“Aku mengalami mimpi mengenai Kitab Naga kelima kemarin malam, Adinda Rin! Kitab Naga Ungu Menembus Langi serta Pedang Naga Ungu Penembus Langit yang akan aku peroleh apabila berhasil menemukan keberadaan Naga Ungu!” jelas Candaka.

“Kanda bertemu denagn Naga Ungu di dalam mimpi?” tanya Rinjani.

“Aku hanya mendengar suaranya saja di tengah kabut dingin yang menusuk tulang!” sahut Candaka.

“Apa Kanda tahu lokasi tempat Naga Ungu ini berada?” tanya Rinjani.

“Naga Ungu hanya menyuruhku ke sisi utara Benua Kamandaria ini! Setahuku sisi utara adalah Desa Kabut Hitam dan Gunung Tiga Jari, tapi hawa yang dingin sekali ini sepertinya merupakan lembah rahasia yang terletak di balik Gunung Tiga Jari!” ujar Candaka.

“Lembah Terlarang, maksud Kanda?” tanya Rinjani memastikan.

“Lembah Terlarang terkenal dengan kabutnya yang dingin, tapi juga banyak makhluk mitos yang tinggal di sana! Ada sejarahnya kenapa lembah ini dinamakan Lembah Terlarang, karena sangat berbahaya utuk dimasuki siapa pun!” ujar Candaka.

“Tidak banyak yang tahu mengenai Lembah Terlarang ini, bahkan penduduk Desa Kabut Hitam juga tidak pernah menyebutnya atau mengetahuinya! Apa Kanda ragu untuk ke sana? Setahuku, Pendekar Naga Biru tidak takut terhadap apa pun!” seru Rinjani.

“Aku tidak ragu, Adinda! Hanya saja aku sangat mencemaskan Mahesa dan kondisi Zhian yang masih belum pulih sepenuhnya! Aku khawatir kalau aku tidak bisa konsentrasi yang akan membuatku celaka di Lembah Terlarang!” kata Candaka memberikan alasan.

“Bagaimana kalau aku menemani Kanda mencari Kitab Naga Ungu ini? Aku juga bosan berada di istana kerajaan terus! Untuk Kak Zhian, aku bisa minta tolong Alisha untuk menjaganya. Bagaimana pendapat, Kanda?” tanya Rinjani.

“Kamu mau menemaniku?” tanya Candaka lagi.

“Seperti dulu aku menemani Kanda kemana pun dan menghadapi bahaya apapun untuk melindungi Kanda!” sahut Rinjani.

“Kalau Adinda yang menemani, aku yakin kalau aku akan terus konsentrasi mencari Kitab Naga Ungu ini! Aku akan minta Mala menginap di istana kerajaan untuk membantu Alisha menjaga Zhian!” kata Candaka menyebut adik angkat perempuannya, yang dahulu mencintainya.

“Kalau begitu ... tunggu apa lagi! Ayo kita berangkat, Kanda!” ajak Rinjani sambil tersenyum bahagia.

"Tunggu dahulu! Aku belum memberitahukan Paman Cakra kalau kami tidak jadi berangkat ke Nusantara! Lebih baik meningkatkan pertahanan untuk menghadapi serangan yang lebih besar yang mungkin terjadi nantinya!" seru Candaka.

*****

Cakrabuana tampak sedang menunggu perintah Candaka untuk berangkat ke Nusantara.

Begitu Candaka muncul, Pendekar pukulan petir ini langsung menghaturkan hormat.

"Panjang umur Paduka Raja!" sapanya.

"Hahaha! Tidak perlu sungkan, paman Cakra! Kamu dulu juga menyambutku dengan ramah, jadi tidak perlu terlalu formal!' ujar Candaka.

"Paduka Raja! kami menunggu perintah Paduka untuk berangkat ke Nusantara! Armada Laut kita sudah siap untuk bertempur dengan Kaisar Xian Ming!" 

"Aku tiudak jadi berangkat ke Nusantara, paman! Ada yang harus kulakukan yang menyangkut hidup Mahesa!" ujar Candaka.

"Kalau begitu biar aku yang pimpin armada laut kita untuk membebaskan Nusantara dari cengkraman kekuasaan Kaisar Benua Timur, Paduka Raja!" seru Cakrabuana.

"Belum saatnya kita melawan Kaisar Xian Ming! Dia sengaja memancing armada laut kita ke Nusantara agar dia lebih mudah menyerang Kamandaria saat pasukan utama kita berada di Nusantara!" ujar Candaka.

"Paduka Raja tahu dari mana kalau serangan Kaisar Xian Ming hanya pancingan untuk kekuatan armada laut Kamandaria berangkat ke Nusantara?" tanya Cakrabuana.

"Aku pernah melawan armada laut Benua Timur bersama Gandar! Saat itu armada laut mereka sangat kuat dan banyak jumlahnya, padahal bukan armada laut utama mereka! Sekarang, aku mendengar kalau Kaisar Xian Ming hanya mengerahkan sedikit armada laut mereka saja untuk menaklukan Nusantara!" jelas Candaka.

"Jadi, serangan ke Nusantara ini hanya pancingan belaka agar armada laut kita meninggalkan Kamndaria?" tanya Cakrabuana.

"Tepat sekali! Beruntung aku tersadar setelah ada urusan penting lainnya yang harus kuselesaikan di Kamnadaria ini! Urusan yang seharusnya sudah selesai sebelum aku menjadi Raja di Kamandaria!" ujar Candaka.

"Apa aku boleh menemani Paduka Raja untuk menyelesaikan urusan Paduk ayang belum selesai ini?" tawar Cakrabuana.

"Tidak perlu, paman Cakra! Rinjani sudah bersedia menemaniku untuk perjalananku ke tempat yang seharusnya sudah kudatangi sejak dahulu ini! Aku minta paman Cakra bersama Terakota menggantikanku untuk sementara memimpin Kamandaria ini! Tingkatkan penjagaan terhadap Permaisuri Zhian dan Putra Mahkota Mahesa! Aku khawatir akan datangnya Iblis Naga Biru membalas dendam saat aku tidak berada di istana!" seru Candaka memberikan perintah.

"Kami tidak pernah menemukan Iblis Naga Biru ini, Paduka! Tidak mungkin dia berada di Kamandaria ... karena kami pasti menemukan dirinya!" sahut Cakrabuana.

"Tidak ada salahnya berhati-hati, paman! Aku pergi agak lama, jadi aku harap paman menjaga Zhian dan Mahesa dengan baik, juga Alisha! Jangan sampai keselamatan mereka terancam karena masa laluku!" tegas Candaka.

"Aku akan menambah penjagaan untuk Permaisuri dan putra Mahkota, Paduka! Ada lagi yang harus kulakukan?" tanya Cakrabuana.

"Tingkatkan lagi pencarian terhadap Iblis Naga Biru! Apabila perlu, cari sampai keluar dari Benua Kamandaria! Cari informasi juga mengenai Infinity Dragon apabila paman pernah mendengarnya!" ujar Candaka.

"Siapa sebenarnya Infinity Dragon ini, Paduka?" tanya Cakrabuana.

"Sosok yang juga berbahaya bagi Putra Mahkota Mahesa! Tingkatkan saja penjagaan di istana dan juga pencarian terhadap Iblis Naga Biru dan Naga Tanpa Batas ini!" perintah Candaka.

"Siap ... Paduka Raja!" sahut Cakrabuana sambil menghaturkan hormat sebelum pergi meninggalkan Aula Kerajaan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status