Share

BAB 4 SALAH PAHAM

"Rama bagaimana?" tanya Antoni ketika sadar dari pingsannya, ia mencari ke segala arah, namun Rama tidak ditemukan. Ia yang mengajak Rama pada penghadangan kali ini, makanya Antoni merasa sangat bertanggung jawab pada keselamatan anak itu.

"Paman, Rama terjebak di dalam portal dan kami tidak tau seperti apa nasibnya sekarang," sahut Bobi dengan wajah sedih.

"Mungkin Rama sudah...!" Sandi bahkan tak mampu meneruskan kata-katanya, mengingat Rama menyelamatkan mereka semua.

"Maksudmu Rama tidak keluar dari alam Jien?" tanya Antonie dengan mata yang menatap tak percaya.

Bobi mengangguk, siapapun tau kalau sudah terjebak di alam Jien, kemungkinan untuk hidup sangatlah tipis. Antoni bahkan mulai gemetar dan menangis, ini semua salahnya, harusnya ia bisa melindungi Rama dan yang lain sebagai Tankker, Antoni sangat merasa bersalah.

"Paman, apa Rama memang tidak memiliki keluarga?" tanya Gani, ia juga kini kehilangan karirnya sebagai pahlawan, dengan tangan kanan yang terputus membuat Gani kesulitan untuk bertarung.

Antoni menggeleng, "Aku tidak bohong, Rama tidak memiliki keluarga, makanya aku selalu mengajaknya melakukan penghadangan," sahut Antoni di sela tangisnya.

"Paman, Aliansi akan memberikan tunjangan untuk Rama, mungkin kau sebagai teman baiknya bisa menerimanya nanti," kata Gani lagi sebelum ia berbalik pergi meninggalkan Antoni yang bersedih.

"Tidak, aku tidak bisa menerimanya! Temanku belum diketahui nasibnya, mungkin dia bisa bertahan, kita tunggu hingga portal terbuka!!" sahut Antoni lagi.

Gani terdiam mendengar perkataan Antoni, "Terserah paman, aku akan melaporkan soal kejadian hari ini." sahut Gani kemudian benar-benar pergi.

"Paman, aku... Aku berterima kasih pada Rama, karena dia aku selamat," kata Rina, ia tak kuasa menahan air mata yang menetes. Kalau saja bukan karena ia dan Gani, mungkin Rama sudah keluar dari portal. Tapi Rama, membiarkan Gani dan Rinalah yang keluar lebih dulu, seharusnya mereka yang berada di tingkat tinggi yang melindungi tingkat rendah, tapi malah Rama yang berada di tingkat rendah yang melindungi tingkat tinggi.

"Rama, anak itu memang suka menolong, dia tak memiliki harta, tapi jika bisa membantu tenaga, dia akan bantu dengan tenaga, mau berbagi meski dia juga kekurangan, akulah yang bersalah, seharusnya aku melindungi kalian." sahut Antoni dengan muram.

"Paman..." Rina tak bisa berkata apa-apa lagi, benar yang Antoni ucapkan. Bukan hanya Antoni, pahlawan lain juga merasa bersalah, termasuk Rina, ia sebagai Support tidak bisa melindungi timnya.

***

Prof Arkan mendatangi dokter Angel terburu-buru, tubuhnya yang sudah tua itu tidak menghalangi cepat langkahnya. Bahkan tak ada yang bisa menghentikannya saat ini.

"Dokter Angel, ada tamu untukmu," perawat Lisa memberitahukan kedatangan Prof Arkan.

Angel menatap prof Arkan dan memberi isyarat kepada perawat Lisa kalau ia akan bicara dengan tamunya itu. Perawat Lisa kemudian mempersilahkan prof Arkan untuk masuk.

"Dimana dia?" tanya Prof Arkan begitu masuk kedalam ruangan Angel.

"Dia pergi, tapi seminggu lagi akan ada pengecekan kesehatan rutinnya, dia pasti akan datang, bukankah aku sudah mengabari soal itu?"

"Seharusnya kau tahan dia," Prof Arkan melepaskan topinya dan duduk di kursi yang berseberangan dengan Angel.

"Tidak bisa, dia banyak bertanya, aku takut salah menjawab ayah, lagipula dia sedang hilang ingatan, mana mungkin dia mengenalmu yang menyebabkan kecelakaan itu," sahut Angel.

"Angel, bukan soal itu, ada yang ingin aku tanyakan padanya,"

"Soal apa?" Selidiki Angel, ia melihat ayahnya prof Arkan seperti menyembunyikan sesuatu. "Ayah, selama ini aku tidak pernah bertanya, bisakah kau jujur padaku sekarang?" tanya Angel dengan tatapan penuh harap.

"Tidak bisa, belum waktunya, akan aku ceritakan jika dia sudah kuteliti,"

Angel mengeryit, "Apa maksud ayah? Ayah melakukan sesuatu yang aku tidak tau, ayah mau menelitinya? Jangan lakukan sesuatu yang akan menyakiti orang lain," kata Angel mengingatkan.

Prof Arkan hanya menggeleng pelan,"Tidak, aku tidak melakukan sesuatu yang akan menyakitinya, aku hanya akan memastikan sesuatu, jadi tolong atur waktu untuk kami bertemu,"pinta prof Arkan lagi, ia terlihat ingin bertemu dengan Rama.

Angel menghela napas panjang, "Baiklah, tapi aku harus ada di sana, atau tidak ada pertemuan!" tegas Angel.

"Baiklah..." Prof Arkan memilih untuk mengalah, ia hanya harus memastikan sesuatu dengan Rama.

Sesuatu yang berhubungan dengan penelitiannya di masa lalu, mungkin Rama adalah jawaban dari ketidakpastian yang ia miliki.

"Kau akan pulang kerumah?" tanya Angel lagi, sudah lama prof Arkan tidak pulang, ibunya sudah lama meninggal, hanya ada mereka berdua. Itupun jika prof Arkan mau pulang, hidupnya lebih banyak ia dedikasikan di lab miliknya.

"Aku tidak bisa pulang, aku akan lakukan beberapa hal, mungkin 2 hari lagi aku akan pulang."jelas prof Arkan, ia memberi senyuman seolah berkata maaf kepada Angel. Prof Arkan bahkan mengusap kepala Angel dan mengecup kening anak gadisnya itu.

Angel hanya tersenyum maklum, ia tau seperti apa beban yang selama ini ditanggung prof Arkan. Sudah pasti ayahnya itu akan melakukan semuanya hingga akhir, prof Arkan tak pernah meninggalkan sesuatu yang ia mulai.

Prof Arkan memakai topinya dan bersiap akan pergi, ia memberi isyarat kepada Angel untuk tidak mengantar kepergiannya. Angel hanya kembali tersenyum, sedih.

Seperginya prof Arkan, perawat Kenan masuk. Membawa sepucuk surat dari aliansi pahlawan.

"Dokter, surat aliansi pahlawan ini milik pasien nomer 10, Rama." kata Perawat Kenan, ia menyerahkan surat itu yang langsung di sambut Angel.

Entah mengapa Angel merasa tak nyaman menerima surat dari aliansi pahlawan, terlebih sepertinya bersangkutan dengan Rama.

Benar saja ketika ia melihat isi surat tersebut Angel langsung menutup mulutnya, tak percaya dengan apa yang ia baca. Dikabarkan Rama masih berada di alam Jien, jika ada keluarganya yang mencari bisa menghubungi pihak aliansi untuk pemberian tunjangan. Sepertinya pihak Aliansi sudah memutuskan jika Rama meninggal di alam Jien. Lagipula siapa yang akan bertahan di alam seperti itu.

"Apa ini benar dari Aliansi pahlawan?" tanya Angel memastikan, padahal di surat sudah ada tanda khas aliansi pahlawan. Semua orang tau kalau surat itu asli.

"Ada apa? aku menerima surat itu langsung ketika di bagian administrasi dan itu memang mereka," jelas perawat Kenan.

"Katanya Rama tertinggal di alam Jien," sahut Angel. Dia tak menyangka kalau nasib Rama sangatlah na'as, tertidur selama 25 tahun, tanpa keluarga dan hanya bergantung pada alat dirumah sakit. Seandainya Rama tidak berhubungan dengan ayahnya, mungkin sudah lama alat penunjang kehidupannya dicabut. Sekarang Rama bahkan tertinggal di alam Jien ketika melakukan penghadangan. 'Si*l sekali nasib Rama!'pikir Angel.

"Astaga, aku turut berduka dokter Angel, aku tau dia adalah pasienmu." sahut perawat Kenan.

Angel menggeleng, bukan itu yang jadi masalah, bagaimana dengan ayahnya. Apa yang akan terjadi jika ia mendengar kabar ini? Angel merasa serba salah, keadaannya serba salah!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status