Home / Fantasi / PWSPD 2 : AKHIR DUNIA / BAB 4 SALAH PAHAM

Share

BAB 4 SALAH PAHAM

Author: Ummi
last update Last Updated: 2024-04-05 05:18:05

"Rama bagaimana?" tanya Antoni ketika sadar dari pingsannya, ia mencari ke segala arah, namun Rama tidak ditemukan. Ia yang mengajak Rama pada penghadangan kali ini, makanya Antoni merasa sangat bertanggung jawab pada keselamatan anak itu.

"Paman, Rama terjebak di dalam portal dan kami tidak tau seperti apa nasibnya sekarang," sahut Bobi dengan wajah sedih.

"Mungkin Rama sudah...!" Sandi bahkan tak mampu meneruskan kata-katanya, mengingat Rama menyelamatkan mereka semua.

"Maksudmu Rama tidak keluar dari alam Jien?" tanya Antonie dengan mata yang menatap tak percaya.

Bobi mengangguk, siapapun tau kalau sudah terjebak di alam Jien, kemungkinan untuk hidup sangatlah tipis. Antoni bahkan mulai gemetar dan menangis, ini semua salahnya, harusnya ia bisa melindungi Rama dan yang lain sebagai Tankker, Antoni sangat merasa bersalah.

"Paman, apa Rama memang tidak memiliki keluarga?" tanya Gani, ia juga kini kehilangan karirnya sebagai pahlawan, dengan tangan kanan yang terputus membuat Gani kesulitan untuk bertarung.

Antoni menggeleng, "Aku tidak bohong, Rama tidak memiliki keluarga, makanya aku selalu mengajaknya melakukan penghadangan," sahut Antoni di sela tangisnya.

"Paman, Aliansi akan memberikan tunjangan untuk Rama, mungkin kau sebagai teman baiknya bisa menerimanya nanti," kata Gani lagi sebelum ia berbalik pergi meninggalkan Antoni yang bersedih.

"Tidak, aku tidak bisa menerimanya! Temanku belum diketahui nasibnya, mungkin dia bisa bertahan, kita tunggu hingga portal terbuka!!" sahut Antoni lagi.

Gani terdiam mendengar perkataan Antoni, "Terserah paman, aku akan melaporkan soal kejadian hari ini." sahut Gani kemudian benar-benar pergi.

"Paman, aku... Aku berterima kasih pada Rama, karena dia aku selamat," kata Rina, ia tak kuasa menahan air mata yang menetes. Kalau saja bukan karena ia dan Gani, mungkin Rama sudah keluar dari portal. Tapi Rama, membiarkan Gani dan Rinalah yang keluar lebih dulu, seharusnya mereka yang berada di tingkat tinggi yang melindungi tingkat rendah, tapi malah Rama yang berada di tingkat rendah yang melindungi tingkat tinggi.

"Rama, anak itu memang suka menolong, dia tak memiliki harta, tapi jika bisa membantu tenaga, dia akan bantu dengan tenaga, mau berbagi meski dia juga kekurangan, akulah yang bersalah, seharusnya aku melindungi kalian." sahut Antoni dengan muram.

"Paman..." Rina tak bisa berkata apa-apa lagi, benar yang Antoni ucapkan. Bukan hanya Antoni, pahlawan lain juga merasa bersalah, termasuk Rina, ia sebagai Support tidak bisa melindungi timnya.

***

Prof Arkan mendatangi dokter Angel terburu-buru, tubuhnya yang sudah tua itu tidak menghalangi cepat langkahnya. Bahkan tak ada yang bisa menghentikannya saat ini.

"Dokter Angel, ada tamu untukmu," perawat Lisa memberitahukan kedatangan Prof Arkan.

Angel menatap prof Arkan dan memberi isyarat kepada perawat Lisa kalau ia akan bicara dengan tamunya itu. Perawat Lisa kemudian mempersilahkan prof Arkan untuk masuk.

"Dimana dia?" tanya Prof Arkan begitu masuk kedalam ruangan Angel.

"Dia pergi, tapi seminggu lagi akan ada pengecekan kesehatan rutinnya, dia pasti akan datang, bukankah aku sudah mengabari soal itu?"

"Seharusnya kau tahan dia," Prof Arkan melepaskan topinya dan duduk di kursi yang berseberangan dengan Angel.

"Tidak bisa, dia banyak bertanya, aku takut salah menjawab ayah, lagipula dia sedang hilang ingatan, mana mungkin dia mengenalmu yang menyebabkan kecelakaan itu," sahut Angel.

"Angel, bukan soal itu, ada yang ingin aku tanyakan padanya,"

"Soal apa?" Selidiki Angel, ia melihat ayahnya prof Arkan seperti menyembunyikan sesuatu. "Ayah, selama ini aku tidak pernah bertanya, bisakah kau jujur padaku sekarang?" tanya Angel dengan tatapan penuh harap.

"Tidak bisa, belum waktunya, akan aku ceritakan jika dia sudah kuteliti,"

Angel mengeryit, "Apa maksud ayah? Ayah melakukan sesuatu yang aku tidak tau, ayah mau menelitinya? Jangan lakukan sesuatu yang akan menyakiti orang lain," kata Angel mengingatkan.

Prof Arkan hanya menggeleng pelan,"Tidak, aku tidak melakukan sesuatu yang akan menyakitinya, aku hanya akan memastikan sesuatu, jadi tolong atur waktu untuk kami bertemu,"pinta prof Arkan lagi, ia terlihat ingin bertemu dengan Rama.

Angel menghela napas panjang, "Baiklah, tapi aku harus ada di sana, atau tidak ada pertemuan!" tegas Angel.

"Baiklah..." Prof Arkan memilih untuk mengalah, ia hanya harus memastikan sesuatu dengan Rama.

Sesuatu yang berhubungan dengan penelitiannya di masa lalu, mungkin Rama adalah jawaban dari ketidakpastian yang ia miliki.

"Kau akan pulang kerumah?" tanya Angel lagi, sudah lama prof Arkan tidak pulang, ibunya sudah lama meninggal, hanya ada mereka berdua. Itupun jika prof Arkan mau pulang, hidupnya lebih banyak ia dedikasikan di lab miliknya.

"Aku tidak bisa pulang, aku akan lakukan beberapa hal, mungkin 2 hari lagi aku akan pulang."jelas prof Arkan, ia memberi senyuman seolah berkata maaf kepada Angel. Prof Arkan bahkan mengusap kepala Angel dan mengecup kening anak gadisnya itu.

Angel hanya tersenyum maklum, ia tau seperti apa beban yang selama ini ditanggung prof Arkan. Sudah pasti ayahnya itu akan melakukan semuanya hingga akhir, prof Arkan tak pernah meninggalkan sesuatu yang ia mulai.

Prof Arkan memakai topinya dan bersiap akan pergi, ia memberi isyarat kepada Angel untuk tidak mengantar kepergiannya. Angel hanya kembali tersenyum, sedih.

Seperginya prof Arkan, perawat Kenan masuk. Membawa sepucuk surat dari aliansi pahlawan.

"Dokter, surat aliansi pahlawan ini milik pasien nomer 10, Rama." kata Perawat Kenan, ia menyerahkan surat itu yang langsung di sambut Angel.

Entah mengapa Angel merasa tak nyaman menerima surat dari aliansi pahlawan, terlebih sepertinya bersangkutan dengan Rama.

Benar saja ketika ia melihat isi surat tersebut Angel langsung menutup mulutnya, tak percaya dengan apa yang ia baca. Dikabarkan Rama masih berada di alam Jien, jika ada keluarganya yang mencari bisa menghubungi pihak aliansi untuk pemberian tunjangan. Sepertinya pihak Aliansi sudah memutuskan jika Rama meninggal di alam Jien. Lagipula siapa yang akan bertahan di alam seperti itu.

"Apa ini benar dari Aliansi pahlawan?" tanya Angel memastikan, padahal di surat sudah ada tanda khas aliansi pahlawan. Semua orang tau kalau surat itu asli.

"Ada apa? aku menerima surat itu langsung ketika di bagian administrasi dan itu memang mereka," jelas perawat Kenan.

"Katanya Rama tertinggal di alam Jien," sahut Angel. Dia tak menyangka kalau nasib Rama sangatlah na'as, tertidur selama 25 tahun, tanpa keluarga dan hanya bergantung pada alat dirumah sakit. Seandainya Rama tidak berhubungan dengan ayahnya, mungkin sudah lama alat penunjang kehidupannya dicabut. Sekarang Rama bahkan tertinggal di alam Jien ketika melakukan penghadangan. 'Si*l sekali nasib Rama!'pikir Angel.

"Astaga, aku turut berduka dokter Angel, aku tau dia adalah pasienmu." sahut perawat Kenan.

Angel menggeleng, bukan itu yang jadi masalah, bagaimana dengan ayahnya. Apa yang akan terjadi jika ia mendengar kabar ini? Angel merasa serba salah, keadaannya serba salah!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PWSPD 2 : AKHIR DUNIA   BAB 148 ARASH!!

    Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke

  • PWSPD 2 : AKHIR DUNIA   BAB 146 PENGORBANAN!!

    Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me

  • PWSPD 2 : AKHIR DUNIA   BAB 145 PENYEGELAN RAJA IBLIS

    "Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang

  • PWSPD 2 : AKHIR DUNIA   BAB 144 PERASAAN TIDAK NYAMAN

    Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj

  • PWSPD 2 : AKHIR DUNIA   BAB 143 PERTEMUAN RAMA DAN RAJA IBLIS

    Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k

  • PWSPD 2 : AKHIR DUNIA   BAB 142 TERLAMBAT!!

    Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status