Bobi maupun Sandi bergegas menyelamatkan pasukan pahlawan yang masih hidup, mereka bersyukur pasukannya hanya pingsan dan tidak mati.
Satu persatu pasukan diselamatkan, tersisa Gani dan Rina yang masih berada di dekat Rama."Cepat pergilah aku akan menahan mereka!!" kata Rama.Rina mengangguk dan memapah Gani, luka di tangan Gani sudah tertutup. "Bagaimana denganmu?" tanya Gani, ia merasa tidak nyaman ketika Rama yang tingkat F malah melindungi mereka semua."Jangan khawatirkan aku, aku akan menyusul!!" kata Rama sembari menghalangi pasukan Yakutz yang mencoba mendekati mereka."Kak Gani, portal akan tertutup, kita harus bergegas!" sahut Rina.Gani dan Rina keluar dari alam Jien, bagitu pula Sandi dan Bobi. "Rama cepat keluar!!" teriak Sandi.Ketika Rama akan keluar, Panglima Yakutz berteriak."Kau pikir kami tidak mampu membuka kembali portal itu? Tetaplah disini sehingga alam manusia tidak kami usik!!" katanya."Rama cepat!!" teriak Bobi, Rama menatap mereka hingga akhirnya portal benar-benar tertutup.Rama berbalik kembali menatap Panglima Yakutz yang sepertinya memang mengincarnya. "Baiklah, apa maumu?" tanya Rama, seketika pasukan Yakutz yang akan menyerang berhenti karena Panglima mereka mengangkat tangannya."Serahkan pusaka Naga yang ada di tubuhmu," perintah Panglima Naga.Tentu saja Rama tidak mengerti apa maksudnya, karena ia tidak tau apa itu pusaka Naga. Rama melupakan tentang pusaka Naga."Apa maksudmu, aku tidak mengerti!!" sahut Rama jujur."Kau ingin bermain-main hah?! Kau pikir aku tidak bisa melihat pendar dari cahaya pusaka Naga?""Aku benar-benar tidak mengerti!!""Tangkap dia!!" perintah Panglima Yakutz lagi."Wush!" Disaat itulah Lilia dan Baxia menampakkan diri, bahkan tubuh mereka lebih besar dari ingatan Rama terdahulu."Tuan Muda, naiklah ke punggungku!" kata Baxia.Rama hampir tertegun, tapi ia merasakan perasaan rindu ketika melihat penampakan yang orang lain takut melihatnya, bahkan pasukan Yakutz gemetar ketika melihat Baxia yang sangat mendominasi. Dengan cepat Rama naik ke punggung Baxia."Tuan Muda, kau hanya perlu memikirkan naik ke punggungku, ah sepertinya aku harus mengajarimu lagi," kata Baxia."Jangan bersikap tidak sopan pada Tuan Muda," sahut Lilia, Baxia langsung meringis."Mana aku berani begitu my love," katanya lagi. Rama sudah berada di punggung Baxia.Dengan cepat Lilia menyemburkan lahar panasnya, membakar pasukan Yakutz yang mencoba mendekat.Baxia juga begitu, ia mengeluarkan pukulan-pukulan cepatnya, menghantam setiap pasukan Yakutz yang akan mendekat."Sayang, buka portal!" kata Lilia."Baik sayang!!" sahut Baxia.Sebuah portal muncul, setelah Baxia menghembuskan napas panasnya. "Baby, portal sudah siap!!" kata Baxia.Lilia lalu keluar menuju portal yang Baxia siapkan, sebelum benar-benar keluar dari alam Jien, Baxia berkata, "Kalian pikir mampu menangkap Tuan kami selama kami masih ada? Jangan harap!" katanya dengan wajah menghina ke arah Panglima Yakutz.Panglima Yakutz menggeram melihat pasukannya hampir 70 % di hanguskan Lilia. Dia tak pernah menyangka kalau Rama memiliki hewan spiritual, bahkan dua ekor naga.***"Jadi kau melepaskannya?" tanya Raja Saetan kepada Panglima Yakutz, Uraz."Raja ku, aku memohon ampun!! Dia memiliki naga disisinya, bahkan pasukan ku tidak mampu menghadapi 2 naga itu, mereka sangat kuat!!" Uraz sedang berlutut gemetaran saat ini, amarah Rajanya pasti akan memuncak."Kau sangat tidak becus!! buka portal kembali ke alam manusia, kejar manusia itu!!" perintah Raja Saetan."Ampun Rajaku, kita tidak bisa melakukan itu dalam waktu dekat," Siblis datang dan langsung ikut berlutut."Bakh!!" Raja Saetan memukul pinggiran singgasananya."Rajaku, aku akan memimpin pencarian manusia itu, aku tau wajahnya," kata Uraz lagi."Walaupun kau tau wajahnya, tidak mudah mendeteksi pusaka Naga, kita harus memancingnya agar keluar!!" sahut Siblis."Ampun Ketua!!" seru Uraz kembali, ia mengepalkan tangan marah."Pergilah ketika portal kembali terbuka, lakukan segala cara untuk menangkap manusia itu, jika kalian berhasil, aku akan menaikkan pangkat!!" seru Raja Saetan."Baik Rajaku!!" sahut Siblis maupun Uraz.Sementara itu Rama di bawa ke alam Peri, Rama merasa kagum dengan keadaan di alam Peri yang begitu indah, namun ia juga sadar dengan perasaan ini. Ia seperti sudah pernah berada di sini."Di mana kita?" tanya Rama yang masih berada di punggung Baxia, mereka terbang menuju kerajaan alam Peri."Tuan Muda, kau benar-benar lupa rupanya, ini adalah alam Peri, jiwamu pernah berada di sini." kata Lilia.Rama melihat Lilia dengan jelas ketika berada di alam Peri yang terang benderang, Lilia sosok Naga yang cantik dengan sirip putihnya yang mengkilap. Sedangkan sirip Baxia berwarna biru keemasan."Jadi aku pernah ke sini?" tanya Rama."Tentu saja, bahkan ada yang begitu merindukanmu Tuan Muda." sahut Baxia."Siapa?" tanya Rama penasaran.Mereka kemudian sampai di taman kerajaan Peri, Ratu Peri keluar dan tersenyum menyambut kedatangan mereka. Di sampingnya berdiri seorang pria dengan badan yang besar dan peliharaannya yang lucu di bahunya."Siapa mereka?" tanya Rama, ia bahkan melihat pria besar itu seperti menahan air matanya."Ratu Peri dan pria itu... Fatta, pengawal pribadimu Tuan Muda!"sahut Lilia, ia tau bagaimana rindunya Fatta kepada Rama. Jika dialam Peri terhitung 25 bulan tidak bertemu, maka di alam manusia sudah berjalan selama 25 tahun. Waktu yang lama bagi Fatta bisa bertemu Tuan Mudanya, entah bagaimana perasaan keluarga Rama di Mekarsari."Tuan Muda!!" Fatta berhamburan berlari dan memeluk Rama, airmatanya menetes deras. Fatta menangis sesegukan, meski merasa canggung dengan tubuh baru Rama, tapi ia tau inilah Tuan Mudanya.Bahkan meski ia melupakan Fatta, Rama tak menyangka jika airmatanya ikut menetes, seakan ingatannya lupa pada pria di depannya, tapi jiwanya mengingat masa-masa menyenangkan yang pernah mereka lalui.Rama menepuk bahu pria yang memeluknya."Tuan Muda, kau sangat tampan dengan tubuh ini, kau juga terlihat lebih tinggi, meski badanmu terlihat kurus!!" kata Fatta di sela sesegukannya.Rama terkekeh mendengar itu, seperti sudah biasa mendengar kata-kata Fatta."Selamat datang Rama," kata Ratu Peri dengan senyumnya yang indah."Terima kasih," jawab Rama canggung."Mari kita mulai pelatihanmu Rama," kata Ratu Peri lagi."Pelatihan apa?" tanya Rama yang kebingungan."Tentu saja melatih tubuhmu itu Tuan Muda, " sahut Fatta semangat."Sebentar, tapi aku tidak tau kalau itu rencananya!""Tuan Muda, kau harus melatih tubuhmu, tubuhmu itu sudah tidur terlalu lama!!" sahut Fatta lagi.Rama menatap Ratu Peri, Lilia dan Baxia, mereka juga menatapnya penuh harap untuk melatih tubuhnya."Kita akan berlatih apa?""Melatih tubuhmu agar kuat terlebih dahulu, kemudian kita kumpulkan energi tenaga dalam, hingga...""Sebaiknya aku kembali ke alam manusia!!"kata Rama memotong perkataan Fatta."Tuan Muda!! Lilia, Baxia dan Fatta berteriak bersamaan.Hari kelahiran sang putra Adipati "Oeeeekkkk.... Oeeeekkk!!" suara tangis bayi lelaki menggema di waktu subuh, saat itu hari mulai berganti dari gelap menuju terang. Di hari kelahirannya, burung-burung berkicau riang, angin berhembus dengan tenang. Melisa menatap bayi lelaki yang kini berada di pangkuannya dengan tatapan sayang. "Namamu Arash, artinya cahaya... Ibu harap kau akan menjadi cahaya yang menerangi kegelapan, cahaya yang menghangatkan." Melisa kemudian mencium lembut bayi lelakinya, air mata menetes di pipinya. "Ketahuilah Arash, ibu maupun ayahmu Rama, mencintaimu... Sangat mencintaimu nak!!" kata Melisa, ia begitu lemah, jadi ia memberikan bayi itu kepada Fatta. Melisa kemudian bersandar dan tak lama setelah itu ia menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum dan bekas tetesan air matamata di pipinya. "Nona Melisa..." Fatta, Lilia dan Baxia menangis pilu mengantar kepergian dari Melisa. Melisa berjuang dengan sekuat tenaga saat mengandung Arash, karena ke
Rama menatap Ara tak percaya, bagaimana bisa ia menyegel Raja Iblis di dalam tubuh anaknya yang bahkan belum lahir? Rama akan merasa sangat berdosa kepada anaknya, ia akan menjadi seorang ayah durhaka kepada anaknya, tapi ia harus menyelamatkan orang banyak. Dia harus berkorban!! (Tuan Muda, aku hanya memberikan informasi yang kau butuhkan, apapun keputusanmu itu diluar kendaliku) Ara paham dengan perasaan yang kini menghampiri Rama. "Apa tidak ada cara lain?" tanya Rama dengan genangan airmata yang tertahan di matanya. "Bagaimana anakku akan menjalani harinya dengan jiwa Raja Iblis yang tersegel di dalam tubuhnya?" (Tidak ada waktu lagi Tuan Muda, kekuatan Raja Iblis semakin membesar, jika ia berhasil membentuk tubuhnya maka kau tidak akan bisa melawannya lagi) Ara juga merasakan kesedihan yang Rama rasakan karena mereka terhubung. Rama menatap nanar pusaran darah yang terlihat makin membesar, Rama kemudian mengaktifkan pusaka Naga dan menyerap jiwa Raja Iblis. Dia tidak me
"Aku ingin bertemu Yang Mulia..." kata Rama kepada kasim Han, kasim Han terlihat bingung. "Tuan, tadi Yang Mulia berpesan untuk tidak mengganggunya, siapapun dilarang masuk." jelas Kasim Han. "Apa kau tidak bisa mengabarkan kepadanya kalau aku yang datang? Ada hal yang sangat penting yang harus aku laporkan..." kata Rama lagi, meski ia dekat dengan Raja Baskara, Rama tak pernah melanggar batas. Rama tetap menghormati temannya itu sebagai seorang Raja. "Baiklah Tuan Muda, aku akan mencoba memberitahunya..." kata kasim Han lagi, ia kemudian masuk ke dalam untuk melapor. Tidak berapa lama kasim Han keluar, ia terlihat menggelengkan kepalanya. "Tuan Muda, maaf Yang Mulia tidak bisa diganggu, ia hanya berpesan untuk datang ke pestanya malam ini dan kau bisa melapor saat itu..." kata kasim Han, kasim Han jelas mengenal Rama, ia juga tau seberapa dekat Raja Baskara dengan Rama. Namun ia juga tidak bisa memaksakan kehendak Raja Baskara yang saat ini tidak bisa di ganggu. Rama mengang
Saat itu Alan sedang menatap dari kejauhan pertemuan Rama dengan pejabat Huang. Setelah beberapa lama akhirnya Rama, Fatta dan Rizal terlihat undur diri. Alan dengan jelas melihat tatapan pejabat Huang sangatlah penuh misteri saat menatap Rama. Bahkan Alan tak pernah menyangka kalau pejabat Huang adalah Raja Iblis yang menyamar. 'Mungkinkah pejabat Huang menyadari siapa bang Rama?' gumam Alan. "Bang Rama!!" tegur Alan ketika ia melihat Rama, Rizal dan Fatta mulai mendekat ke arah tempatnya bersembunyi. "Alan!!" Rama terlihat senang bertemu Alan, "mana Pandu?" tanya Rama setelah menyadari tidak adanya keberadaan Pandu di sekitar Alan. Karena setau Rama, Alan dan Pandu jarang terpisah. "Pandu sedang menjaga seorang gadis, kami hampir menabraknya semalam!! Dan... Ada yang ingin ku bicarakan denganmu bang!!" kata Alan dengan wajah serius. Baru kali ini Rama melihat Alan bicara serius. Artinya ia perlu tempat untuk bicara agar tidak ada yang bisa mendengar, setelah agak menj
Alan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri itu, wanita ini memiliki kecantikan yang tidak biasa, riasannya terlihat tebal, karena kini riasan itu mulai luntur membuat wajah cantiknya tak terlihat. Namun Alan masih bisa tau kalau gadis yang kini ada di depannya memiliki wajah yang cantik. "Mengapa kau menatapnya seperti itu?" tanya Pandu. Alan meletakkan jari telunjuknya di bibir, "aku hanya heran apa yang membuatnya ketakutan hingga kabur dalam keadaan seperti ini?" kata Alan dengan suara pelan. Seorang pelayan wanita paruh baya masuk, Alan memintanya untuk membersihkan wanita itu. Setelah wanita paruh baya itu masuk, Alan dan Pandu segera keluar dari kamar. "Apa mungkin ia gadis yang dijual sehingga melarikan diri?" pikir Pandu. "Bisa jadi!! Tapi anehnya ia berlari dari arah hutan, dari mana kira-kira ia kabur?" pikir Alan, belum sempat ia mendapat jawaban dari apa yang ia pikirkan, terdengar suara teriakan dari arah kamar. "Kyyyaaaa!!" Alan dan Pandu masuk k
Rama, Fatta dan Rizal terlambat datang, ketika sampai di tempat kejadian sudah ada beberapa mayat dan prajurit yang terluka serta ada 4 kereta kuda. "Apa yang terjadi?" tanya Fatta kepada beberapa prajurit yang masih sadar. Namun mereka tak bisa menjawab karena masih terlalu lemah. "Fatta!! Rizal!! berikan ini terlebih dulu kepada mereka!!" kata Rama ketika melihat prajurit itu kesakitan, Fatta dan Rizal lalu bergerak dengan cepat mengobati prajurit yang masih bisa di tolong. "Siiiiinnng!!" Seketika rasa sakit karena tembakan dan sabetan pedang menghilang dari tubuh mereka. Mereka pulih dengan cepat. "Tuan terima kasih!!" Beberapa prajurit mulai menunduk hormat, bahkan Sersan Wawan juga langsung di bawa ke hadapan Rama. Bersyukurlah masih ada detak jantungnya, karena Elixir Healing potion tidak akan bisa menyelamatkan nyawa seseorang yang telah berhenti berdetak. "Glek!! Glek!! Glek!!" Sersan Wawan menghabiskan cairan yang Rama berikan dengan gerakan yang lemah, seketik