Celin langsung mengalihkan pandangannya kepada Adimas. “Jadi dia sengaja mengajak aku kesini?” batin Celin.
Celin menggigit bibirnya bersikap galak kepada Adimas. Tentu saja hal itu membuat Adimas langsung mengerutkan keningnya. “Kenapa?” bisik Adimas.Celin mengangkat kedua bahunya. Kemudian Reynal pun datang menghampiri mereka bertiga. “Gue gak nyangka kalau lo mau datang ke acara ini!” ucap Reynal kemudian dia meminum minuman yang ada ditangannya.“Terpaksa!” jawab Adimas malas.Lalu tatapn Reynal berpindah kepada Celin yang ada disamping Adimas. “Jadi lo pacar Adimas?”Celin menganggukkan kepalanya. “Iya, saya pacar Adimas!” jawab Celin.Reynal kemudian mengulurkan tangannya berniat untuk menjabat tangan Celin. “Saya Reynal, kakaknya Adimas!”Celin membulatkan matanya, dia sangat terkejut ketika mengetahui kalau salah satu atasannya ini adalah kakaknya Adimas. Celin pun menjabat tangan Reynal, “Saya Kamila Sanja!”((((Suasana pesta sangatlah ramai, tapi Celin sama sekali tidak menyukai pesta seperti ini ditambah juga dia tidak terbiasa mengikuti pesta. Bahkan pesta si kembar juga Celin hanya datang sebentar.Andai saja Celin bisa pergi dari tempat ini mungkin Celin akan kabur, tapi sayang sekali dia sama sekali tidak bisa melakukan hal itu. Tangan Adimas sama sekali tidak melepaskan tangannya dari genggamannya, setiap Adimas bertemu dengan orang lain dia pasti mengikutinya walaupun dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang diobrolkan oleh Adimas dan temannya.Celin berusaha untuk melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Adimas. Merasakan pergerakan dari tangan Celin, Adimas langsung menatapnya. “Mau ke air dulu!”Adimas menganggukkan kepalanya sambil melepaskan tangannya. “Perlu aku antar?” tanya Adimas.Celin dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. “Gak usah gak apa-apa, aku sendiri aja. Toiletnya disana kan?”“Iya. Jangan lama ke toiletnya!”Celin pun sekarang berada di toilet, setelah menyelesaikan urusannya. Tak lupa Celin mencuci tangannya.“Sepertinya Adimas bersikap baik padamu!”Merasa kalau ada seseorang yang berbicara kepadanya, tanpa perlu membalikkan badannya Celin sudah melihat orang itu dibalik cermin. “Tentu saja karena aku pacarnya!” jawab Celin sambil mengibaskan tangannya untuk menghilangkan sisa air yang menempel pada tangannya.Lydia terkekeh sambil berjalan, dia juga menyalakan keran air dan membasuh tangannya. “Kamu tidak tau Adimas yang sebenarnya seperti apa!” celetuk Lydia. Dia menatap Celin sambil melipat kedua tangannya di dada. “Dia tidak seperti apa yang kamu lihat sekarang!”Celin pun balik menatap Lydia. “Oh ya? Tapi mau bagaimana lagi? Aku sama sekali tidak perduli ucapanmu tentang pacarku!”Lydia tertawa sambil menutup mulutnya. “Aku yang lebih tau tentang Adimas dibandingkan kamu. Jadi jangan sok tau dan satu hal yang harus kamu tau kalau Adimas sama sekali tidak pernah melupakan aku, aku juga tau kalau kalian bersama karena perjodohan dari orang tua kalian. Setauku juga, kamu bukanlah tipe Adimas!” Lydia tersenyum melihat Celin yang terdiam. Tanpa rasa bersalah sedikitpun, Lydia langsung meninggalkan Celin begitu saja.Celin sangat kesal, dia menatap kepergian Lydia dengan wajah yang sangat geram. “Mentang-mentang jadi mantan terindah, jadi dia semena-mena ngomong kayak gitu sama aku. Aku sama sekali gak perduli tentang itu! Dasar wanita sombong!” Celin sama sekali tidak percaya kalau dia akan mendapatkan ucapan yang tidak mengenakan seperti ini. “Enak aja dia ngomong gitu!” gerutu Celin.((((Celin sedang berdandan sekarang. Setelah kejadian semalam, Celin langsung saja pulang. Dia bahkan mengabaikan panggilan telepon dari Adimas yang beberapa kali meneleponnya.Setelah selesai berdandan, Celin menuju ruang tamu. Kedua orang tuanya tidak ada disana, “Udah ke warung kali yah?” tanya Celin pada dirinya sendiri. Celin melihat notifikasi handphone yang masuk. Ternyata itu adalah urang transferan dari Kamila.Tak lama kemudian juga Celin mendapatkan pesan dari Kamila. “Uang yang aku janjikan udah aku transfer yah! Makasih buat bantuan kamu Lin.”Senyuman Celin langsung mengembang. “Makasih sabahat aku yang paling baik, iya sama-sama!”Setelah itu membalas pesan dari Kamila, Celin kembali memasukkan handphonenya ke dalam tas. Akhirnya Celin merasa sekarang beban pikirannya sudah keluar, dia sudah memiliki uang untuk melunasi hutang kedua orang tuanya.“Kamu berangkat kak?” tanya Kevin yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.“Iya, ini kakak mau berangkat!”Kevin memperlihatkan kunci motor yang dipengang olehnya. “Bareng sama aku aja kak!” ajak Kevin.Celin mengerutkan keningnya, keluarganya sama sekali tidak memiliki sepedah motor. “Punya siapa?” tanya Celin.“Ini punya temen aku kak, kemarin aku minjem dan sekarang sekalian sekolah aku mau balikkin motornya. Kakak bareng sama aku aja!”Tentu saja Celin tidak akan menolak ajakan dari adiknya itu, lumayan bukan itung-itung menghemat uang. “Oke deh!”((((Adimas menggerutu sambil berjalan memasukki hotel. Dia sangat khawatir dengan Celin yang tiba-tiba menghilang begitu saja. Adimas terus menerus berusaha untuk menghubungi wanita itu, tapi sayang sekali dia tidak mengangkat telepon darinya. Bahkan sampai pagi ini pun dia sama sekali tidak mengangkat telepon.Melihat Adimas yang terlihat kesal sambil menatap handphonenya, Zidan yang berada disamping Adimas pun merasa heran dengan sikap atasannya itu. “Bapak kenapa pak?” tanya Zidan.Adimas menghela nafasnya sambil kembali memasukkan ponselnya pada saku jasnya. “Gak ada apa-apa!”Zidan menganggukkan kepalanya. “Hari ini bapak ada jadwal rapat bersama dengan para direksi pak!”“Rapat hari ini?”Zidan menganggukkan kepalanya. “Tadi pagi pak Reynal menghubungi saya pak, agar bapak bisa menghadiri rapat hari ini!”“Tentang apa?” tanya Adimas, dia termasuk baru dari sini jadi dia belum tau semuanya.“Tentang rencana pembukaan cabang hotel baru kita pak!”Adimas mengangukkan kepalanya, “Oke!” jawab Adimas.Sedangkan Celin yang sekarang sudah ada ditempat kerjanya dia sama sekali tidak mendengar suara dering handphonenya, karena dia sengaja mengheningkannya agar tidak mengganggu waktu dia bekerja. Celin mulai melayani tamu yang baru saja datang dan akan menginap di hotel. “Ini kuncinya pak!” Celin memberikan kunci berbentuk kartu kepada tamu.“Terima kasih!” jawab tamu itu lalu pergi menuju kamarnya dan Celin melanjutkan pekerjaannya kembali.“Lin!” panggil Bu Rahma yang ada disamping Celin.“Iya bu?”Bu Rahma menunjuk pada benda pipih yang ada didepan Celin, Celin pun mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Bu Rahma. Ternyata ada handphone tamu tadi yang tidak terbawa olehnya.Celin mengambil handphone itu, “Ini bagaimana bu?” tanya Celin pada Bu Rahma.“Kamu anterin dulu sama tamu itu, Jihan sama Vina lagi sibuk!” Celin melihat kearah kedua temannya, dan ternyata benar mereka berdua juga sedang melayani tamu.“Baik bu, Celin anterin!”Celin berjalan menuju lift, saat melihat lift itu hampir tertutup dengan buru-buru Celin berlari dan menghalangi lift itu agar untuk tidak tertutup.Celin tersenyum saat lift itu kembali terbuka. Namun, senyumannya kembali terhapus saat dia melihat Adimas yang ada di dalam lift tersebut.Celin terengah-engah karena tadi dia berlari untuk menghalangi liftnya tertutup. Saat dia berhasil menghalangi pintu lift itu dengan kakinya, Celin tersenyum karena dia tidak perlu menghantarkan ponsel milik tamu itu keatas. “Syukurlah!” Celin sedikit membereskan bajunya yang kusut akibat dia berlari barusan.Pintu lift pun terbuka, menampilkan tiga orang lelaki ada di dalam. Senyuman Celin langsung hilang saat dia tidak sengaja bertatapan dengan Adimas yang berada di dalam lift. Celin langsung saja sedikit menundukkan kepalanya dan memiringkan kepalanya agar Adimas tidak dapat melihat wajah Celin. “P…pak, ini…. Ini ponsel bapak ketinggalan di lobby!” kata Celin, dia sangat gugup bertemu dengan Adimas/Celin tetap berdiri didepan lift. Lalu tamu itu pun menghampiri Celin. “Ah iya, makasih karena sudah menghantarkan ponsel saya!” ucap tamu.Celin sedikit melirik ke arah Adimas yang masih menatapnya dengan tatapan aneh. “Iya pak, sama-sama! Kalau begitu saya permisi dulu!” setelah memb
“Acaranya sekitar dua minggu lagi, kamu akan menemani pak Adimas disana!” ujar Bima.“Pak Adimas?” Celin berusaha menyadarkan dirinya kalau dia salah dengar nama.“Iya betul!” Celin merasakan kalau jantungnya akan copot sekarang juga. Dari kemarin dia berusaha untuk menghindari laki-laki itu, tapi dia malah disuruh untuk menemani Adimas.((((Celin terduduk lemas. Dia masih berpikir bagaimana dia bisa bersama dengan Adimas nanti. Celin menarik rambutnya. “Ahhhhh!” dia merasa pusing sekarang ditambah dengan ada rasa sedikit menyesal dia menggantikan Kamila yang membuat dia merasa pusing seperti ini.“Celin, kamu kenapa?” tanya ibu Celin.Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Celin sedang berada di warung milik keluarganya yang letaknya tidak jauh dari lokasi rumahnya. Celin yang sedang duduk menghadap ke etalase makanan pun langsung membalikkan badannya dan melihat ibunya sedang berdiri tepat di belakang. Celin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Ah.. enggak kok bu, Cel
“Kamu sedang apa?” tanya Celin, dia melihat Adimas yang berjalan sambil memengang handphonenya.“Ah.. ini aku mau melihat ada karyawan lobby yang akan ikut dalam acara pembukaan hotel!”Celin membulatkan matanya, itu artinya Adimas akan melihat data dirinya. Karena tidak ingin Adimas tau tentang dirinya, Celin reflek menepuk handphone Adimas sehingga jatuh ke lantai.Adimas melihat ke arah handphonenya yang sudah rusak di lantai. “Apa-apaan sih?” kenapa kamu rusak handphone saya?” tanya Adimas tidak terima.Celin pun tidak tau kalau pukulannya akan membuat handphone milik Adimas langsung rusak seperti itu. “Ah… itu tadi aku liat ada lalat di atas handphone kamu jadi aku pukul tapi malah handphone kamu yang rusak!” alibi Celin.Adimas menghela nafasnya, dia berjongkok lalu mengambil handphonenya. “Den, biar bibi saja yang ambil!” kata seorang pembantu yang sudah membawa sapu dan serokan.“Ah iya boleh bi!” Adimas pun kembali berdiri. “Lain kali hati-hati!”“Iya maaf!” jawab Celin.Adim
“Yaudah kamu pulang, jangan nginep di sana. Besok kamu kerja Celin!”“Iya bu!” setelah itu Celin mematikan sambungan teleponnya.“Celin?”Celin mematung saat mendengar ada seseorang dari belakang dirinya memanggil namanya. Jantung Celin berdegup sangat kencang dan tidak karuan, walau pun begitu Celin tetap akan memastikan siapa yang ada di belakangnya. Dengan perlahan Celin membalikkan badannya seraya berdoa kalau itu bukan Adimas. Kalau benar Adimas yang ada di belakangnya, Celin tidak tau harus berbohong seperti apalagi.Celin mengembangkan senyumannya, saat melihat orang yang di belakangnya itu sesuai harapan dia. “Ah, anda siapa yah?” tanya Celin. Tentu saja Celin berpura-pura tidak mengenali lelaki yang ada di depannya ini.Zidan berjalan mendekati Celin, hal itu membuat Celin mundur saat Zidan mendekatinya. “Kenapa anda menjauh dari saya?” tanya Zidan.“Ah… itu karena…” Celin menggaruk lehernya, bingung dan ragu kalau dia akan menjawab pertanyaan Zidan dengan benar karena dia ter
Celin membulatkan matanya saat melihat Adimas sudah berdiri di sana tak lupa juga dengan Zidan yang selalu berada di samping Adimas. “Kamu ikut ke ruangan saya sekarang juga!”Seketika Celin langsung melongo, bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau Adimas sudah ada di depannya. “Apa?” tanya Celin dengan raut wajah kagetnya.Adimas menatap Celin dengan tatapan tajam. “Perlu saya ulangi perkataan saya?”“Pak Adimas menyuruh kamu untuk berbicara di ruangannya, Celin!” bantu jawab Zidan.Menyadari hal itu, Celin langsung buru-buru menundukkan wajahnya. Antara malu dan juga tidak ingin wajahnya keliatan oleh Adimas.Karena tidak ada reaksi dari Celin, Vani yang ada di samping Celin pun langsung menyenggol Celin dengan sikutnya. “Pak Adimas nyuruh kamu buat ikut ke ruangan dia!” bisik Vani.“Ikut ke ruangan saya sekarang ada yang ingin saya bicarakan sama kamu.!” ucap Adimas dan Zidan pun lalu dia pergi.Saat Adimas pergi. Celin pun kembali menegakkan kepalanya lagi. “Aku harus ke ruangan
Adimas hampir aja melempar sepatu sebelah yang ada di sampingnya itu kepada Zidan. “Kalau begitu kenapa kamu melakukannya sekarang? Wanita itu jadi salah paham sama kita!”Zidan mendesah kasar. “Nanti saya salah lagi, nanti bapak marahin saya lagi!” gerutu Zidan.Adimas mengerutkan keningnya, “Emang saya sering marahin kamu?” tanya Adimas tidak terima.“Gak sering pak, tapi sering banget!”Adimas hampir saja melemparkan vas bunga yang ada di depannya itu ke arah Zidan. Tapi, Adimas berpikir kalau dia melempar vas itu kepada Zidan dan membuat dia cedera Adimas sendiri yang rugi karena dia harus membayar semua perawatan Zidan.“Kamu keluar sekarang! Lalu pastikan kalau karyawan yang bernama Celin tadi mau ikut acara pembukaan itu, saya tidak mau ada masalah dengan kakak saya!”“Siap pak!” Zidan pun pergi meninggalkan Adimas.Adimas membenarkan baju serta kemejanya, setelah itu dia kembali duduk di kursi kerjanya yang ada di belakang dia. Saat Adimas sedang memeriksa beberapa dokumen yan
Adimas mengepalkan tangannya dengan sangat kencang ketika melihat seseorang yang ada di depannya. Adimas sangat membenci kajadian seperti ini, dengan cepat Adimas menghampiri dia dan saat sudah dekat, Adimas langsung menarik tangannya dengan paksa dan Adimas pun tidak memperdulikan suara rintihan yang dikeluarkan akibat rasa sakit di tangan yang sedang Adimas cengkram itu.Setelah berhasil menyeretnya ke depan rumah, Adimas melepaskan cengkramannya dengan kasar yang membuat Lydia semakin merasa sakit di pergelangan tangannya. “Ngapain kamu ada disini?” tanya Adimas. Dia baru saja pulang dan sampai ke rumahnya sudah melihat Lydia yang akan memasukki rumahnya.Untuk mengantisipasi agar dia tidak bisa bertemu dengan mamahnya, Adimas menghalangi Lydia.”Jawab saya, kamu mau ngapain kesini?” tanya Adimas tidak sabar.Lydia masih mengelus-ngelus tangannya, Lydia tersenyum manis kepada Adimas. Tapi sayang Adimas tidak menanggapi senyuman itu, dia malah menatap Lydia dengan tatapan tajamnya. “E
Celin tetap memaksakan dirinya untuk berjalan, walaupun sepatu itu sangat sempit di kakinya dan membuat dia merasa sakit pada tumitnya. Saat ini Celin sudah berada di depan pintu ruangan Adimas. Dengan pelan Celin mengetuk pintu itu. tak lama kemudian Celin mendengar kalau Adimas mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan.Celin pun masuk ke dalam ruangan itu, dan di dalam ruangan sudah ada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang pak!” sapa Celin kepada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang!” jawab Adimas, sedangkan Zidan hanya mengangguk sambil tersenyum kepada Celin, Celin pun membalas senyuman Zidan.“Kamu tau kenapa saya memanggil kamu kesini?” tanya Adimas.Walaupun Celin memiliki dua dugaan yaitu Adimas sudah mengetahui dirinya dan yang kedua tentang dia harus mengikuti pembukaan hotel. Tapi sepertinya opsi pertama itu tidak mungkin. Tapi, Celin tetap saja tidak mengetahuinya maka dengan itu juga dia menggelengkan kepalanya. “Enggak tau pak!” jawab Celin.“Pak Adimas men