Share

BAB 8

Celin langsung mengalihkan pandangannya kepada Adimas. “Jadi dia sengaja mengajak aku kesini?” batin Celin.

Celin menggigit bibirnya bersikap galak kepada Adimas. Tentu saja hal itu membuat Adimas langsung mengerutkan keningnya. “Kenapa?” bisik Adimas.

Celin mengangkat kedua bahunya. Kemudian Reynal pun datang menghampiri mereka bertiga. “Gue gak nyangka kalau lo mau datang ke acara ini!” ucap Reynal kemudian dia meminum minuman yang ada ditangannya.

“Terpaksa!” jawab Adimas malas.

Lalu tatapn Reynal berpindah kepada Celin yang ada disamping Adimas. “Jadi lo pacar Adimas?”

Celin menganggukkan kepalanya. “Iya, saya pacar Adimas!” jawab Celin.

Reynal kemudian mengulurkan tangannya berniat untuk menjabat tangan Celin. “Saya Reynal, kakaknya Adimas!”

Celin membulatkan matanya, dia sangat terkejut ketika mengetahui kalau salah satu atasannya ini adalah kakaknya Adimas. Celin pun menjabat tangan Reynal, “Saya Kamila Sanja!”

((((

Suasana pesta sangatlah ramai, tapi Celin sama sekali tidak menyukai pesta seperti ini ditambah juga dia tidak terbiasa mengikuti pesta. Bahkan pesta si kembar juga Celin hanya datang sebentar.

Andai saja Celin bisa pergi dari tempat ini mungkin Celin akan kabur, tapi sayang sekali dia sama sekali tidak bisa melakukan hal itu. Tangan Adimas sama sekali tidak melepaskan tangannya dari genggamannya, setiap Adimas bertemu dengan orang lain dia pasti mengikutinya walaupun dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang diobrolkan oleh Adimas dan temannya.

Celin berusaha untuk melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Adimas. Merasakan pergerakan dari tangan Celin, Adimas langsung menatapnya. “Mau ke air dulu!”

Adimas menganggukkan kepalanya sambil melepaskan tangannya. “Perlu aku antar?” tanya Adimas.

Celin dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. “Gak usah gak apa-apa, aku sendiri aja. Toiletnya disana kan?”

“Iya. Jangan lama ke toiletnya!”

Celin pun sekarang berada di toilet, setelah menyelesaikan urusannya. Tak lupa Celin mencuci tangannya.

“Sepertinya Adimas bersikap baik padamu!”

Merasa kalau ada seseorang yang berbicara kepadanya, tanpa perlu membalikkan badannya Celin sudah melihat orang itu dibalik cermin. “Tentu saja karena aku pacarnya!” jawab Celin sambil mengibaskan tangannya untuk menghilangkan sisa air yang menempel pada tangannya.

Lydia terkekeh sambil berjalan, dia juga menyalakan keran air dan membasuh tangannya. “Kamu tidak tau Adimas yang sebenarnya seperti apa!” celetuk Lydia. Dia menatap Celin sambil melipat kedua tangannya di dada. “Dia tidak seperti apa yang kamu lihat sekarang!”

Celin pun balik menatap Lydia. “Oh ya? Tapi mau bagaimana lagi? Aku sama sekali tidak perduli ucapanmu tentang pacarku!”

Lydia tertawa sambil menutup mulutnya. “Aku yang lebih tau tentang Adimas dibandingkan kamu. Jadi jangan sok tau dan satu hal yang harus kamu tau kalau Adimas sama sekali tidak pernah melupakan aku, aku juga tau kalau kalian bersama karena perjodohan dari orang tua kalian. Setauku juga, kamu bukanlah tipe Adimas!” Lydia tersenyum melihat Celin yang terdiam. Tanpa rasa bersalah sedikitpun, Lydia langsung meninggalkan Celin begitu saja.

Celin sangat kesal, dia menatap kepergian Lydia dengan wajah yang sangat geram. “Mentang-mentang jadi mantan terindah, jadi dia semena-mena ngomong kayak gitu sama aku. Aku sama sekali gak perduli tentang itu! Dasar wanita sombong!” Celin sama sekali tidak percaya kalau dia akan mendapatkan ucapan yang tidak mengenakan seperti ini. “Enak aja dia ngomong gitu!” gerutu Celin.

((((

Celin sedang berdandan sekarang. Setelah kejadian semalam, Celin langsung saja pulang. Dia bahkan mengabaikan panggilan telepon dari Adimas yang beberapa kali meneleponnya.

Setelah selesai berdandan, Celin menuju ruang tamu. Kedua orang tuanya tidak ada disana, “Udah ke warung kali yah?” tanya Celin pada dirinya sendiri. Celin melihat notifikasi handphone yang masuk. Ternyata itu adalah urang transferan dari Kamila.

Tak lama kemudian juga Celin mendapatkan pesan dari Kamila. “Uang yang aku janjikan udah aku transfer yah! Makasih buat bantuan kamu Lin.”

Senyuman Celin langsung mengembang. “Makasih sabahat aku yang paling baik, iya sama-sama!”

Setelah itu membalas pesan dari Kamila, Celin kembali memasukkan handphonenya ke dalam tas. Akhirnya Celin merasa sekarang beban pikirannya sudah keluar, dia sudah memiliki uang untuk melunasi hutang kedua orang tuanya.

“Kamu berangkat kak?” tanya Kevin yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.

“Iya, ini kakak mau berangkat!”

Kevin memperlihatkan kunci motor yang dipengang olehnya. “Bareng sama aku aja kak!” ajak Kevin.

Celin mengerutkan keningnya, keluarganya sama sekali tidak memiliki sepedah motor. “Punya siapa?” tanya Celin.

“Ini punya temen aku kak, kemarin aku minjem dan sekarang sekalian sekolah aku mau balikkin motornya. Kakak bareng sama aku aja!”

Tentu saja Celin tidak akan menolak ajakan dari adiknya itu, lumayan bukan itung-itung menghemat uang. “Oke deh!”

((((

Adimas menggerutu sambil berjalan memasukki hotel. Dia sangat khawatir dengan Celin yang tiba-tiba menghilang begitu saja. Adimas terus menerus berusaha untuk menghubungi wanita itu, tapi sayang sekali dia tidak mengangkat telepon darinya. Bahkan sampai pagi ini pun dia sama sekali tidak mengangkat telepon.

Melihat Adimas yang terlihat kesal sambil menatap handphonenya, Zidan yang berada disamping Adimas pun merasa heran dengan sikap atasannya itu. “Bapak kenapa pak?” tanya Zidan.

Adimas menghela nafasnya sambil kembali memasukkan ponselnya pada saku jasnya. “Gak ada apa-apa!”

Zidan menganggukkan kepalanya. “Hari ini bapak ada jadwal rapat bersama dengan para direksi pak!”

“Rapat hari ini?”

Zidan menganggukkan kepalanya. “Tadi pagi pak Reynal menghubungi saya pak, agar bapak bisa menghadiri rapat hari ini!”

“Tentang apa?” tanya Adimas, dia termasuk baru dari sini jadi dia belum tau semuanya.

“Tentang rencana pembukaan cabang hotel baru kita pak!”

Adimas mengangukkan kepalanya, “Oke!” jawab Adimas.

Sedangkan Celin yang sekarang sudah ada ditempat kerjanya dia sama sekali tidak mendengar suara dering handphonenya, karena dia sengaja mengheningkannya agar tidak mengganggu waktu dia bekerja. Celin mulai melayani tamu yang baru saja datang dan akan menginap di hotel. “Ini kuncinya pak!” Celin memberikan kunci berbentuk kartu kepada tamu.

“Terima kasih!” jawab tamu itu lalu pergi menuju kamarnya dan Celin melanjutkan pekerjaannya kembali.

“Lin!” panggil Bu Rahma yang ada disamping Celin.

“Iya bu?”

Bu Rahma menunjuk pada benda pipih yang ada didepan Celin, Celin pun mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Bu Rahma. Ternyata ada handphone tamu tadi yang tidak terbawa olehnya.

Celin mengambil handphone itu, “Ini bagaimana bu?” tanya Celin pada Bu Rahma.

“Kamu anterin dulu sama tamu itu, Jihan sama Vina lagi sibuk!” Celin melihat kearah kedua temannya, dan ternyata benar mereka berdua juga sedang melayani tamu.

“Baik bu, Celin anterin!”

Celin berjalan menuju lift, saat melihat lift itu hampir tertutup dengan buru-buru Celin berlari dan menghalangi lift itu agar untuk tidak tertutup.

Celin tersenyum saat lift itu kembali terbuka. Namun, senyumannya kembali terhapus saat dia melihat Adimas yang ada di dalam lift tersebut.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status