Share

BAB 8

Penulis: Hermes
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-12 21:14:14

Celin langsung mengalihkan pandangannya kepada Adimas. “Jadi dia sengaja mengajak aku kesini?” batin Celin.

Celin menggigit bibirnya bersikap galak kepada Adimas. Tentu saja hal itu membuat Adimas langsung mengerutkan keningnya. “Kenapa?” bisik Adimas.

Celin mengangkat kedua bahunya. Kemudian Reynal pun datang menghampiri mereka bertiga. “Gue gak nyangka kalau lo mau datang ke acara ini!” ucap Reynal kemudian dia meminum minuman yang ada ditangannya.

“Terpaksa!” jawab Adimas malas.

Lalu tatapn Reynal berpindah kepada Celin yang ada disamping Adimas. “Jadi lo pacar Adimas?”

Celin menganggukkan kepalanya. “Iya, saya pacar Adimas!” jawab Celin.

Reynal kemudian mengulurkan tangannya berniat untuk menjabat tangan Celin. “Saya Reynal, kakaknya Adimas!”

Celin membulatkan matanya, dia sangat terkejut ketika mengetahui kalau salah satu atasannya ini adalah kakaknya Adimas. Celin pun menjabat tangan Reynal, “Saya Kamila Sanja!”

((((

Suasana pesta sangatlah ramai, tapi Celin sama sekali tidak menyukai pesta seperti ini ditambah juga dia tidak terbiasa mengikuti pesta. Bahkan pesta si kembar juga Celin hanya datang sebentar.

Andai saja Celin bisa pergi dari tempat ini mungkin Celin akan kabur, tapi sayang sekali dia sama sekali tidak bisa melakukan hal itu. Tangan Adimas sama sekali tidak melepaskan tangannya dari genggamannya, setiap Adimas bertemu dengan orang lain dia pasti mengikutinya walaupun dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang sedang diobrolkan oleh Adimas dan temannya.

Celin berusaha untuk melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Adimas. Merasakan pergerakan dari tangan Celin, Adimas langsung menatapnya. “Mau ke air dulu!”

Adimas menganggukkan kepalanya sambil melepaskan tangannya. “Perlu aku antar?” tanya Adimas.

Celin dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. “Gak usah gak apa-apa, aku sendiri aja. Toiletnya disana kan?”

“Iya. Jangan lama ke toiletnya!”

Celin pun sekarang berada di toilet, setelah menyelesaikan urusannya. Tak lupa Celin mencuci tangannya.

“Sepertinya Adimas bersikap baik padamu!”

Merasa kalau ada seseorang yang berbicara kepadanya, tanpa perlu membalikkan badannya Celin sudah melihat orang itu dibalik cermin. “Tentu saja karena aku pacarnya!” jawab Celin sambil mengibaskan tangannya untuk menghilangkan sisa air yang menempel pada tangannya.

Lydia terkekeh sambil berjalan, dia juga menyalakan keran air dan membasuh tangannya. “Kamu tidak tau Adimas yang sebenarnya seperti apa!” celetuk Lydia. Dia menatap Celin sambil melipat kedua tangannya di dada. “Dia tidak seperti apa yang kamu lihat sekarang!”

Celin pun balik menatap Lydia. “Oh ya? Tapi mau bagaimana lagi? Aku sama sekali tidak perduli ucapanmu tentang pacarku!”

Lydia tertawa sambil menutup mulutnya. “Aku yang lebih tau tentang Adimas dibandingkan kamu. Jadi jangan sok tau dan satu hal yang harus kamu tau kalau Adimas sama sekali tidak pernah melupakan aku, aku juga tau kalau kalian bersama karena perjodohan dari orang tua kalian. Setauku juga, kamu bukanlah tipe Adimas!” Lydia tersenyum melihat Celin yang terdiam. Tanpa rasa bersalah sedikitpun, Lydia langsung meninggalkan Celin begitu saja.

Celin sangat kesal, dia menatap kepergian Lydia dengan wajah yang sangat geram. “Mentang-mentang jadi mantan terindah, jadi dia semena-mena ngomong kayak gitu sama aku. Aku sama sekali gak perduli tentang itu! Dasar wanita sombong!” Celin sama sekali tidak percaya kalau dia akan mendapatkan ucapan yang tidak mengenakan seperti ini. “Enak aja dia ngomong gitu!” gerutu Celin.

((((

Celin sedang berdandan sekarang. Setelah kejadian semalam, Celin langsung saja pulang. Dia bahkan mengabaikan panggilan telepon dari Adimas yang beberapa kali meneleponnya.

Setelah selesai berdandan, Celin menuju ruang tamu. Kedua orang tuanya tidak ada disana, “Udah ke warung kali yah?” tanya Celin pada dirinya sendiri. Celin melihat notifikasi handphone yang masuk. Ternyata itu adalah urang transferan dari Kamila.

Tak lama kemudian juga Celin mendapatkan pesan dari Kamila. “Uang yang aku janjikan udah aku transfer yah! Makasih buat bantuan kamu Lin.”

Senyuman Celin langsung mengembang. “Makasih sabahat aku yang paling baik, iya sama-sama!”

Setelah itu membalas pesan dari Kamila, Celin kembali memasukkan handphonenya ke dalam tas. Akhirnya Celin merasa sekarang beban pikirannya sudah keluar, dia sudah memiliki uang untuk melunasi hutang kedua orang tuanya.

“Kamu berangkat kak?” tanya Kevin yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.

“Iya, ini kakak mau berangkat!”

Kevin memperlihatkan kunci motor yang dipengang olehnya. “Bareng sama aku aja kak!” ajak Kevin.

Celin mengerutkan keningnya, keluarganya sama sekali tidak memiliki sepedah motor. “Punya siapa?” tanya Celin.

“Ini punya temen aku kak, kemarin aku minjem dan sekarang sekalian sekolah aku mau balikkin motornya. Kakak bareng sama aku aja!”

Tentu saja Celin tidak akan menolak ajakan dari adiknya itu, lumayan bukan itung-itung menghemat uang. “Oke deh!”

((((

Adimas menggerutu sambil berjalan memasukki hotel. Dia sangat khawatir dengan Celin yang tiba-tiba menghilang begitu saja. Adimas terus menerus berusaha untuk menghubungi wanita itu, tapi sayang sekali dia tidak mengangkat telepon darinya. Bahkan sampai pagi ini pun dia sama sekali tidak mengangkat telepon.

Melihat Adimas yang terlihat kesal sambil menatap handphonenya, Zidan yang berada disamping Adimas pun merasa heran dengan sikap atasannya itu. “Bapak kenapa pak?” tanya Zidan.

Adimas menghela nafasnya sambil kembali memasukkan ponselnya pada saku jasnya. “Gak ada apa-apa!”

Zidan menganggukkan kepalanya. “Hari ini bapak ada jadwal rapat bersama dengan para direksi pak!”

“Rapat hari ini?”

Zidan menganggukkan kepalanya. “Tadi pagi pak Reynal menghubungi saya pak, agar bapak bisa menghadiri rapat hari ini!”

“Tentang apa?” tanya Adimas, dia termasuk baru dari sini jadi dia belum tau semuanya.

“Tentang rencana pembukaan cabang hotel baru kita pak!”

Adimas mengangukkan kepalanya, “Oke!” jawab Adimas.

Sedangkan Celin yang sekarang sudah ada ditempat kerjanya dia sama sekali tidak mendengar suara dering handphonenya, karena dia sengaja mengheningkannya agar tidak mengganggu waktu dia bekerja. Celin mulai melayani tamu yang baru saja datang dan akan menginap di hotel. “Ini kuncinya pak!” Celin memberikan kunci berbentuk kartu kepada tamu.

“Terima kasih!” jawab tamu itu lalu pergi menuju kamarnya dan Celin melanjutkan pekerjaannya kembali.

“Lin!” panggil Bu Rahma yang ada disamping Celin.

“Iya bu?”

Bu Rahma menunjuk pada benda pipih yang ada didepan Celin, Celin pun mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Bu Rahma. Ternyata ada handphone tamu tadi yang tidak terbawa olehnya.

Celin mengambil handphone itu, “Ini bagaimana bu?” tanya Celin pada Bu Rahma.

“Kamu anterin dulu sama tamu itu, Jihan sama Vina lagi sibuk!” Celin melihat kearah kedua temannya, dan ternyata benar mereka berdua juga sedang melayani tamu.

“Baik bu, Celin anterin!”

Celin berjalan menuju lift, saat melihat lift itu hampir tertutup dengan buru-buru Celin berlari dan menghalangi lift itu agar untuk tidak tertutup.

Celin tersenyum saat lift itu kembali terbuka. Namun, senyumannya kembali terhapus saat dia melihat Adimas yang ada di dalam lift tersebut.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 21

    “Astaga!” Celin langsung terjengkang ke belakang, dia melihat Adimas tepat berada di samping meja yang menutupi dirinya.Adimas berdiri dari jongkoknya, lalu dia mengulurkan tangannya kepada Celin, “Mau saya tolong?”Celin menatap uluran tangan Adimas itu, Celin sama sekali tidak menerima uluran tangan dari Adimas itu. Dia berdiri sendiri lalu membersihkan pakaiannya. “Ada apa?”Adimas tersenyum simpul, dia menarik kursi di sampingnya. “Duduk dulu!” suruh Adimas.Celin menghela nafasnya, dengan sangat terpaksa dia duduk. Celin tiba-tiba merasa sangat gugup sekali, sampai dia pun tidak sadar kalau dia menggigit bibir bawahnya tak lupa juga dengan jarinya yang memetik-metik tasnya.Adimas melihat itu hanya bisa menahan senyumannya wanita di depannya itu sangat lucu kalau gugup. Tapi tak lama kemudian Adimas pun mendatarkan wajahnya kembali. “Kamu tau kenapa saya bisa ada di sini?”Celin menggelengkan kepalanya sambil berusaha untuk tidak melihat Adimas. “Tidak tau!” jawab Celin.“Mau pe

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 20

    Tanpa pikir panjang Adimas pun langsung menelepon balik, tak lama panggilannya diangkat. “Pak, bapak kemana aja? Saya nungguin bapak dari tadi!”Adimas mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu menunggu saya Kamila?”Adimas tentu saja sangat bingung dan keheranan kenapa Kamila palsu memanggilnya dengan sebutan “pak”. Hal itu membuat Adimas menaruh curiga kepada Celin. “Hallo?” panggil Adimas karena Celin hanya diam tidak merespon.“Ah…. Salah sambung!” jawab Celin.Adimas mengangkat satu alisnya, “Salah sambung?”“I…iya salah sambung! Mohon maaf, aku tutup teleponnya dulu!” Celin langsung mematikan panggilan teleponnya.“Eh tunggu!” tapi panggilan telepon itu sudah terputus. Adimas masih menatap layar handphone dengan kerutan di keningnya. “Ada apa dengan dia?” tak lama, Adimas pun tersenyum miring. Sepertinya dia mengetahui sesuatu.((((“Bodoh, bodoh, bodoh!” gerutu Celin pada dirinya sendiri, “Gimana aku bisa lupa coba kalau pak Adimas tau nomor aku kan sebagai Kamila, lalu dengan bodohn

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 19

    Adimas hendak pergi ke tempat pembukaan hotel tersebut, tapi dia mendapatkan kiriman video dari Zidan yang dimana isi dari video tersebut adalah percakapan Lydia dengan mamahnya.Adimas yang tersurut emosinya pun saat melihat mamahnya terlihat sekali tertekan. “Sialan!” umpat Adimas. Dia langsung masuk ke dalam mobilnya, bukan untuk pergi ke hotel barunya, melainkan ke bandara. Tapi sebelum itu, dia sempat menyuruh Zidan untuk memberitahu kepada pengatur acara kalau dia tidak akan datang dan akan di wakilkan oleh Celin.((((Celin mondar-mandir sambil menggingit jarinya. “Lama banget sih, perasaan deket deh tempat nginepnya!” gerutu Celin. “Jangan bikin saya khawatir dong pak!” Celin menatap kearah depan, dia sangat berharap kalau Adimas datang saat ini juga. “Kenapa belum datang juga sih?”Celin langsung mengeluarkan handphonenya, untuk menelepon Adimas tanpa dia ingat kalau dia sangat menghindari hal itu. Tapi sayangnya, Adimas sama sekali tidak mengangkat telepon darinya. “Kemana s

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 18

    Adimas menatap Celin. “Dorong mobil ini! Mobil ini mogok!”“Hah? Dorong mobil?”Celin menatap Adimas, dia sama sekali tidak habis pikir dengan manajernya ini. Masa dia menyuruh seorang wanita untuk mendorong mobil. “Loh kok saya yang dorong pak? Saya mana kuat buat dorong mobil pak!”“Kalau saya yang dorong, terus siapa yang nyertir mobilnya?” Pertanyaan dari Adimas membuat Celin diam. “Saya bisa nyetir pak!” jawab Celin. Sedangkan Adimas, dia menatap Celin ragu. “Serius pak, saya bisa cuma emang gak punya mobil jadi gak pernah bawa mobil pak!” curhat Celin.Adimas menatap ke jalanan depan, ternyata tak jauh dari sana Adimas melihat ada bengkel mobil. “Yasudah, kamu masuk ke dalam biar saya yang coba dorong!” ucap Adimas.“Serius pak?” Celin memastikan.Adimas menunjukkan ke arah bengkel mobil, “Di sana ada bengkel! Cepetan kamu masuk ke dalam, setir yang bener!”“Iya pak!” Celin pun masuk ke dalam mobil.Walaupun jarak bengkel mobil itu terbilang dekat, tetapi karena hanya Adimas s

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 17

    Adimas berdecih saat melihat Kamila masih saja diam tidak berbicara, dia lalu melipat kedua tangannya di dada. “Jawab pertanyaan saya!”Kamila tersentak, dia berusaha untuk menelan ludahnya tapi Kamila mengalami kesulitan. Tenggorokannya terasa sangat kering sekarang. “Emm… begini!” Kamila menjadi sangat gugup sekali.Adimas melipat kedua tangannya di dada. “Silahkan!”Kamila menarik nafasnya panjang. Lalu dia melirik kea rah Zidan yang sama-sama sedang menatapnya. “Saya…” Kamila menggelengkan kepalanya, “Wanita yang menggantikan saya itu…..” jeda Kamila. “Wanita itu adalah….. teman saya!” jawab Kamila. Dia langsung merasa sangat lemas, dengan terpaksa Kamila jujur karena keadaannya sekarang tidak memungkinkan untuk dia berbohong lagi.Adimas memiringkan kepalanya, “Teman kamu? Siapa nama dia?” tanya Adimas.Kamila langsung menggelengkan kepalanya, walaupun dia sudah mengakui kalau itu bukan dia tapi Kamila tidak akan pernah memberitahu nama Celin. Kamila juga tidak ingin kalau Celin

  • Pacar Pengganti Manajer    BAB 16

    Celin tetap memaksakan dirinya untuk berjalan, walaupun sepatu itu sangat sempit di kakinya dan membuat dia merasa sakit pada tumitnya. Saat ini Celin sudah berada di depan pintu ruangan Adimas. Dengan pelan Celin mengetuk pintu itu. tak lama kemudian Celin mendengar kalau Adimas mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan.Celin pun masuk ke dalam ruangan itu, dan di dalam ruangan sudah ada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang pak!” sapa Celin kepada Adimas dan juga Zidan.“Selamat siang!” jawab Adimas, sedangkan Zidan hanya mengangguk sambil tersenyum kepada Celin, Celin pun membalas senyuman Zidan.“Kamu tau kenapa saya memanggil kamu kesini?” tanya Adimas.Walaupun Celin memiliki dua dugaan yaitu Adimas sudah mengetahui dirinya dan yang kedua tentang dia harus mengikuti pembukaan hotel. Tapi sepertinya opsi pertama itu tidak mungkin. Tapi, Celin tetap saja tidak mengetahuinya maka dengan itu juga dia menggelengkan kepalanya. “Enggak tau pak!” jawab Celin.“Pak Adimas men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status