Share

Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!
Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!
Author: Nychinta

Bab 1. Salah Orang

Author: Nychinta
last update Last Updated: 2025-02-07 09:54:55

“Aku hamil anakmu, tapi kamu malah sibuk berpacaran dan akan menikah dengan wanita lain!? Tega kamu!”

Seruan nyaring Alisha di restoran elit ibu kota itu menarik perhatian semua orang.

Alisha berdiri di tengah ruang restoran, tepat di hadapan seorang pria yang tengah makan bersama wanita lain. Air mata mengalir deras menuruni wajahnya, tampak begitu menyedihkan hingga banyak orang merasa kasihan padanya dan memandang tajam pria di depannya.

“Sudah menghamili anak orang, tapi masih bermain-main dengan wanita lain. Dasar pria nggak bertanggung jawab!”

“Hah … padahal tampan, tapi kenapa sikapnya seperti seorang bajingan …,” sahut tamu yang lain.

Mendengar makian-makian ini, pria yang tertuding itu menatap Alisha tajam. “Nona, kita bahkan tidak saling mengenal. Bagaimana mungkin kamu bisa hamil anakku?” tanyanya dingin.

Kalimat sang pria membuat Alisha menangis semakin kencang. “Ya Tuhan, demi menutupi aibmu, sekarang kamu berpura-pura tidak mengenalku?! Padahal sebelumnya kamu berjanji akan memperkenalkanku ke keluargamu dan menikahiku. Ternyata semua itu bohong! Keterlaluan kamu!”

Tak berhenti di sana, Alisha kemudian beralih kepada wanita di seberang sang pria.

“Nona, kamu terlihat begitu cantik dan berpendidikan, aku yakin kamu juga wanita dengan latar belakang luar biasa dan masa depan cerah. Oleh karena itu, sebagai sesama wanita, aku memohon padamu untuk memberikan aku dan calon anakku jalan hidup. Pria ini harus bertanggung jawab untuk kehamilanku atau aku akan–”

Sraak!

Suara kursi yang bergesek dengan lantai terdengar, diikuti dengan tangan Alisha yang digenggam sang wanita cantik yang sekarang berdiri di hadapannya. Wanita yang sepengetahuan Alisha adalah calon yang dijodohkan keluarga kepada pria tersebut.

“Kamu sungguh hamil anak Zayden?” tanya wanita itu dengan mata berbinar, membuat Alisha sedikit kebingungan.

“U-uh … ya …?” jawab Alisha selagi mengangguk setengah ragu.

“Ini berita bagus! Kalau begitu, kalian harus segera menikah!”

Hah?

Alisha sedikit terbengong.

Kenapa wanita ini malah terlihat senang ketika mengetahui calon suaminya menghamili wanita lain?

Bukankah seharusnya dia merasa tersinggung dan malu, lalu pergi meninggalkan restoran begitu saja sebelum berakhir membatalkan perjodohan?

Jadi, kenapa sekarang dia malah mendukung dan menyuruh Alisha menikahi calon suaminya!?

“Mama! Jangan percaya omong kosong wanita ini! Aku bahkan tidak mengenalinya!” ucap pria itu secara tiba-tiba, membuat Alisha terperangah.

Mama?!

Alisha menatap wanita cantik yang dia kira masih berumur sekitar dua puluh lima tahun itu. “Kamu mamanya? Bukan calon istrinya?!”

Wanita cantik itu menyentuh sisi wajahnya dengan senyum malu-malu. “Ya, aku mamanya. Apa wajahku semuda itu sampai kamu salah mengenaliku sebagai calon istri Zayden?” Kemudian, dia menggenggam tangan Alisha erat dan mata berbinar. “Tenang saja, Nak. Zayden tidak pernah punya pacar, bahkan Tante sampai khawatir dia suka pria. Kalau ternyata kamu memang mengandung anaknya, itu berkah dan kalian harus segera menikah!”

Dihadapi dengan semangat membara ibu sang pria, Alisha menjadi panik.

Bukan, bukan perkembangan cerita seperti ini yang Alisha harapkan!

Seharusnya, wanita di depannya ini adalah calon istri yang dijodohkan oleh keluarga sang pria. Lalu, ketika Alisha datang dan mengaku dihamili oleh pria tersebut, wanita ini seharusnya marah dan pergi!

Hanya dengan begitu, barulah misi Alisha untuk membantu sang sahabat yang ingin membatalkan perjodohan pria yang dia sukai bisa berhasil!

Lalu, apa ini!?

Alisha menatap lagi pakaian sang pria, juga nama di atas meja.

Kemeja merah gelap, warna yang sesuai informasi dari temannya seharusnya dikenakan oleh pria yang dia suka. Kemudian, nama tamu yang tertera di kertas yang berada di atas meja adalah … Zayden Wicaksana!?

Kenapa ‘Zayden Wicaksana’ dan bukan ‘Alvin Wicaksana’?!

Alisha salah orang???!!!

Menyadari kesalahan fatalnya, kepanikan seketika langsung menyelimuti Alisha. Dia menoleh ke kiri dan ke kanan, lalu menatap seorang pria lain yang duduk tidak jauh dari sana, yang tengah sibuk berbincang dengan seorang wanita.

Kemeja pria itu … berwarna sama persis dengan pria di hadapan Alisha sekarang, dan nama di atas meja … Alvin Wicaksana?!!

Alisha sungguh salah orang!!!

Melihat kegelisahan Alisha, ibu sang pria menyadari ada yang salah. Dia menyentuh pundak Alisha dan berkata dengan wajah khawatir, “Nak, kamu baik-baik saja? Wajahmu pucat .…”

Kemudian, wanita itu terlihat panik.

“Oh, tidak! Apa salah mengira aku kekasih Zayden membuatmu stres?! Tidak, kamu tidak boleh stres! Kita harus ke rumah sakit! Jangan sampai ada hal yang terjadi dengan anak dalam kandungan–”

“T-tunggu!” Alisha langsung menarik lepas tangannya dari tangan sang wanita. Senyum canggung menghiasi wajahnya. “T-Tante, maaf, sepertinya ada salah paham. L-lupakan apa pun yang aku katakan, permisi!”

Kemudian, dia langsung lari sekencang mungkin meninggalkan restoran.

“Eh!! Kenapa malah lari!?” seru ibu sang pria dengan bingung, berniat mengejar, tapi Alisha menghilang secepat angin!

Wanita itu pun menatap putranya. “Zayden! Kejar dong! Kamu sebagai pria kenapa malah diam saja!?” tegurnya, membuat Zayden menatap ibunya datar.

Apa sang ibu masih tidak sadar kalau putranya baru saja dipermainkan!?

“Ma … wanita tadi berbohong ….”

Ucapan sang anak membuat Martha, ibu Zayden, mendengkus kesal. “Bohong atau tidak, itu urusan Mama untuk memastikan nanti! Pokoknya sekarang, Mama mau kamu untuk bawa seorang calon istri ke hadapan Mama atau 80% saham perusahaan akan Mama suruh Papa berikan ke sepupumu! Titik!”

Setelah mengucapkan itu, ibu Zayden pun meraih tas dan melangkah pergi dengan kesal. Bertahun-tahun khawatir sang putra tidak pernah berpacaran dan memiliki preferensi menyimpang, ternyata hari ini ada kemungkinan pria itu sudah memiliki kekasih, yang sudah hamil pula! Tentu saja kesempatan ini tidak akan Martha lewatkan!

Pokoknya, Martha akan pastikan putranya itu tidak menyimpang dan bisa melanjutkan keturunan keluarga!

Melihat kepergian ibunya, Zayden yang masih jadi perbincangan hangat satu restoran pun memasang ekspresi gelap. Dia mengingat-ingat wajah wanita yang mengaku hamil anaknya tadi.

Alis ramping dan mata bulat, hidung mancung, dan bibir mungil dengan rona merah alami yang menggoda. Rambut panjang bergelombang yang membingkai wajahnya juga menambah kecantikan wanita tersebut.

Sayangnya, secantik apa pun wanita itu, karena dia sudah mencari masalah dengan seorang Zayden, maka dia harus membayarnya atas rasa malu yang pria itu rasakan hari ini!

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Luluk
Cerita menarik
goodnovel comment avatar
Setny Kristianti
ceritanya menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 247. Begitulah Seharusnya Cinta

    Bayangan hari di mana kematian Nariza kembali terputar dalam ingatan Zayden. Pagi itu, saat Alisha tidak bersama mereka, Nariza mendekati Zayden, seperti biasa adik iparnya ini mengajaknya bercerita hal yang sedikit serius.“Kak Zayden, apa boleh aku minta bantuanmu?” tanya Nariza kala itu.Zayden tentu mengangguk pasti. “Katakan saja, kamu terlihat serius sekali pagi ini.” Nariza tersenyum singkat, terlihat cukup berbeda dari hari-hari sebelumnya. Gadis itu membawa sebuah kotak berwarna hijau dan menyerahkannya pada Zayden.“Di dalam sini, berisi semua tulisanku. Aku ingin kakak membantuku untuk mencetaknya dan menjadikannya sebuah buku.” Nariza berkata dengan menghela napas dalam.Hal itu membuat Zayden mengernyitkan keningnya.“Kalau misal ada royalti dari cerita itu, bisa disumbangkan saja ke yayasan,” pesan Nariza dengan suara lemahnya.“Kamu mengatakan seolah-olah waktumu tidak banyak lagi.” Zayden menghela napas berat.“Kak Zayden tentu tahu tentang kondisiku ini, kan?” Nariza

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 246. Saling Memberi Kejutan

    Satu tahun berlalu.Waktu telah menjadi penenang luka, meski tak sepenuhnya menghapus bekasnya.Kevin sudah menerima hukumannya. Bukan hukuman yang berat, tapi cukup untuk menyampaikan pesan: bahwa setiap tindakan punya konsekuensi. Alisha tak menuntut lebih. Ia tahu, dalam dunia yang mereka tinggali, ada martabat keluarga yang harus dijaga.Keluarga besar para pelaku tentu tak tinggal diam. Banyak yang berusaha membungkam, menekan, bahkan menghilangkan jejak. Termasuk keluarga Wicaksana sendiri. Pertengkaran hebat sempat terjadi setelah kebenaran terungkap. Tapi beruntung, suara Zayden punya bobot besar. Kata-katanya cukup kuat untuk menahan keluarga mereka agar tidak hancur berantakan.Pagi itu, di apartemen mereka.“Kamu nggak kerja?” tanya Alisha sambil melongok ke ruang keluarga, melihat suaminya yang santai duduk di depan televisi dengan kaus rumah dan celana pendek.Zayden mengangkat alis dan tersenyum. “Hmm… hari ini kayaknya aku butuh istirahat total.” Ia berdiri dan berjalan

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 245. Catatan Nariza

    Hari berganti. Sinar matahari keemasan menyusup lewat celah tirai, menyentuh pipi Alisha yang masih basah oleh sisa air mata semalam. Udara pagi terasa sunyi, seolah dunia pun tahu harus berhenti sejenak, memberi ruang bagi luka yang belum sempat reda.“Sha .…” Suara pelan itu memecah keheningan, mengalun lembut di telinganya.“Sayang … bangunlah, ini sudah pagi,” bisik Zayden pelan, nadanya seperti takut mengganggu.Alisha menggeliat lemah. Semalaman ia tidur di kamar Nariza — satu-satunya tempat di rumah ini yang masih menyisakan jejak adiknya. Zayden sempat keberatan, tapi akhirnya mengalah, membiarkan istrinya tenggelam dalam kesendirian di sana.“Sha,” bisik itu terdengar lagi.Perlahan, kelopak matanya terbuka. Alisha berkedip beberapa kali, seolah mencoba menghalau kabut perih yang masih menggantung di hati. Wajahnya sembab, matanya bengkak. Pemandangan itu membuat dada Zayden terhimpit.Alisha menarik napas dalam-dalam. Udara pagi seakan tak cukup untuk memenuhi paru-parunya y

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 244. Turut Bersedih

    Pertanyaan itu berputar-putar di kepala Alisha.Menangis?Apa tidak apa-apa?Apa boleh?Apa itu tidak terlihat cengeng?Alisha masih diam, sejujurnya dia terus menahan, hanya saja … dia selalu harus terlihat kuat. Tidak boleh bersedih karena itu, adalah sebuah kelemahan.“Keluarkan kesedihanmu dan biarkan jiwamu menjadi sedikit lebih tenang, hehm.” Zayden menangkupkan tangannya ke pipi Alisha.“Jangan memendamnya, karena aku … tidak ingin kamu … terluka lebih jauh dan menderita terlalu dalam,” sambung Zayden lagi.Alisha masih diam, matanya masih menatap lurus ke depan.“Lakukanlah, itu bukan suatu kejahatan, keluarkan apa yang kamu rasakan,” ucap Zayden lagi.“Apa … itu tidak terlalu … lemah?” Alisha berkata pelan.Zayden menghela napas. “Kamu nggak harus begini. Nggak apa-apa kalau kamu mau nangis… aku di sini, Al.”Suara itu… Lembut, hangat, dan entah kenapa justru membuat dinding pertahanan yang selama ini Alisha bangun mulai retak.Zayden menggeleng pelan, senyum tipisnya menyert

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 243. Apa Itu Harus?

    Alisha cukup terkejut dengan apa yang dilakukan Kevin, keningnya sedikit mengerenyit, belum sempat berpikir jauh tentang tingkahnya itu, lagi-lagi Kevin bersujud padanya, kepalanya nyaris menyentuh ujung kakinya.“Kak Alisha maafkan aku,” ucapnya lagi dengan suara yang terdengar lirih sekali.“Semua salahku … semua salahku ….” Lagi-lagi Kevin berkata dengan sangat pilu, siapa pun yang mendengarnya tentu akan merasakan kalau dia penuh dengan penyesalan dan merasa sangat kehilangan. Kehilangan yang cukup dalam yang tidak mampu dikeluarkan sepenuhnya. Bahkan ini cukup membuat Kevin sangat menderita.“Bangunlah,” ucap Alisha datar.Hanya saja sepertinya perintah Alisha barusan tidak terlalu diindahkan oleh laki-laki itu. Di maish terus bersujud dan beberapa kali mengentukkan keningnya ke lantai.“Bangun dan jangan bertindak konyol di depan jenazah adikku!” Dia berkata dengan cukup tegas. Membuat Kevin akhirnya berusaha untuk bangkit.Dia terlihat sangat kacau, Alisha menatapnya tajam. Wala

  • Pak CEO, Tolong Lepaskan Aku!   Bab 242. Permohonan Maaf

    Alisha membuka matanya, saat itu yang pertama kali dilihat olehnya adalah Zayden. Menyadari sesuatu, Alisha langsung duduk dan wajahnya terlihat panik.“Iza … Iza dia … dia …!” Alisha tidak bisa mengeluarkan kata-kata, otaknya terasa tidak sanggup untuk berpikir banyak. Napasnya kembali memburu, hingga akhirnya Zayden membawanya dalam pelukannya.“Sabar, Sha, sabar,” ucap Zayden pada Alisha sambil mengelus kepalanya.Alisha diam, dia hanya memejamkan matanya dan mencoba untuk mengatur napasnya. Rasanya sangat sesak sekali. Sulit baginya untuk menerima semua ini.Zayden mengendurkan dekapannya, menjepit dagu Alisha hingga mata mereka bertemu, Zayden memandang dalam, sementara tatapan Alisha terasa sangat kosong dan hampa.“Sha, semuanya sudah takdirnya masing-masing.” Zayden berkata dengan tenang, setidaknya dia harus membuat Alisa bisa menerima semua ini.Hanya saja, Alisha tidak memberikan reaksi apapun, jangankan menangis, saat ini ekspresinya hanya diam dengan tatapan kosong. Hal in

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status