Weh .... Selamat sore semuanya!!! Chinta up lagi besok, ya! Malam ini ada acara keluarga di rumah... hehehe Sayang kalian banyak-banyak! Besok pagi-pagi chinta up bab baru lagi! Kalau rameeeee respons cantik kalian Chinta tambahin bab bonusnya... hehehe Selamat menjelang weekend semuanya!!
Dalam waktu yang lama Zayden benar-benar dalam keadaan terpuruk. Dan Martha tentu tidak menginginkan hal itu terjadi berlarut-larut pada putranya, semua usaha dia lakukan untuk menghibur Zayden, tetapi anaknya seolah memasang tembok tinggi untuk tidak masuk ke dalam urusan pribadinya.Sama halnya dengan Helena, dia tidak ingin membiarkan cucunya ini terpuruk terlalu jauh hanya karena urusan wanita! Dia sebenarnya sedikit merasa bersalah karena setelah bertemu dengannya kecelakaan itu terjadi begitu saja. Namun, semua itu di luar kendalinya. Dia tidak terlalu ambil hati dengan tuduhan Zayden yang mengatakan kalau dia dalang dari kejadian ini. Dia tahu kalau saat ini cucunya hanya diliputi rasa marah saja.Karenanya, Helena diam-diam mencoba mencari tahu semua dibalik kejadian ini, dia berusaha untuk mendapatkan bukti-bukti kuat agar Zayden bisa membuka mata dan hatinya kalau dia tidak terlibat dengan kecelakaan itu, dan sekaligus dia juga bisa membuktikan bahwa wanita bernama Serena it
“Kamu … pria yang sudah menodainya.” Kalimat itu terdengar jelas dan membuat hantaman keras di kepala Zayden.Mungkin benar tapi bisa saja tidak! Hanya saja untuk menghindari keributan di hari ini, Zayden hanya memilih diam. “Aku tidak akan membahas masalah ini sekarang.” Zayden berkata dingin dan meninggalkannya.Selang tiga hari dari kejadian itu, sebenarnya Zayden sangat terpukul dan masih berpikir keras masalah ini, dia menyuruh orang untuk menyelidiki kenapa dia sampai bisa ada di kamar itu, apa yang terjadi? Sayangnya, pergerakannya kurang cepat, entah bagaimana ceritanya dia tidak bisa mendapatkan rekaman kamera pengawas yang ada di sana. Penyelidikannya seolah mendapatkan jalan buntu.Sampai akhirnya ada seseorang yang melapor padanya tentang Serena.“Pak Zayden, saat ini … Serena, kakaknya Sheryl sepertinya sangat terpukul atas meninggalnya saudaranya ini.” Lapor Anton – salah satu orang kepercayaan Zayden saat itu.Zayden tidak berniat menanggapi, tetapi dia kembali melanju
Kembali ucapan ini membuat Alisha tercengang. Kepalanya terasa berdenyut hebat. Benar dia menginginkan kejujuran dari Zayden tapi entah kenapa rasanya menjadi sesakit ini?“Apa saat kita melakukannya, sebenarnya kamu sudah sering ….” Alisha kembali tidak melanjutkan kalimatnya, rasanya benar-benar merasa seperti dikhianati.Zayden menggeleng. “Sumpah demi apapun, pertama kali aku melakukannya dengan kesadaran penuh hanya denganmu. Aku … aku tidak pernah ingat melakukan hal itu pada Sheryl, aku juga tidak tahu bagaimana bisa tiba-tiba kami ada di ranjang yang sama.” Suara Zayden bergetar hebat, dari sorot matanya terlihat kejujuran, hanya saja tetap Alisha sulit untuk percaya begitu saja, toh orang yang dikatakan oleh Zayden ini sudah mati, kan?! Alisha mau konfirmasi dengan siapa?“Sha, setelah kejadian itu, aku benar-benar diliputi rasa bersalah, aku ….” Suara Zayden tertahan, wajahnya memerah, genggaman tangan mereka diletakkan Zayden di depan keningnya, tubuh pria itu tertunduk sa
Pengakuan barusan jelas membuat Alisha terperangah, wajah Zayden terlihat pias dan tertunduk menahan sesuatu yang tidak bisa dia ungkapkan sepenuhnya.Alisha berusaha untuk mengatur napasnya, ingin bertanya lebih lanjut, hanya saja … dia masih belum memiliki kesiapan tahu lebih banyak, pun sama dengan Zayden yang mungkin terlihat belum bisa menceritakan semuanya dengan jelas pada Alisha.“Ah, makanannya sudah sampai,” ucap Alisha mengalihkan sejenak pembicaraan serius mereka saat pelayan membawakan makanan pesanan mereka ke atas meja.Wanita itu langsung menarik tangannya dan bertepuk tangan seperti anak kecil, menampakkan wajah cerianya di depan Zayden.“Terima kasih,” ucapnya pada pelayan itu saat semua makanan yang mereka pesan sudah terhidang.Zayden hanya melihat Alisha dengan raut yang sulit ditebak, tetapi tatapan matanya mengisyaratkan bentuk penyesalan terdalam.Menyadari hal itu, makin membuat Alisha merasa kalau sepertinya masalah ini tidak sesederhana yang ada dalam pikira
Alisha bisa dengan sangat jelas merasakan kalau ketidaknyamanan langsung menyerang suaminya ini. Terlihat saat wajah Zayden yang berubah mendadak dan terlihat muram di sana.“Itu … kalau boleh,” ucap Alisha dengan suara lembut, “... karena aku merasa, sepertinya hubungan kalian jauh dan dalam sekali sampai dia melakukan berbagai cara untuk bicara padamu.” Alisha kembali membuka percakapan dengan hati-hati.Walaupun dia sudah memilih kalimat yang dirasa bagus, tetapi mungkin beberapa pemilihan katanya masih tidak membuat Zayden mengembalikan wajah cerah seperti sebelumnya.Zayden hanya menghela napas berat, pandangan matanya terasa kosong seolah menyelami pikirannya sendiri. Alisha menyaksikan ini merasakan sesuatu kalau sebenarnya Zayden memang belum selesai dengan masa lalunya, dia hanya menekan rasa sakitnya dan menguburnya dalam-dalam. Menghindar atau ….Alasannya kenapa? Hanya pria itu yang tahu.Dari caranya yang tidak ingin bertemu dan tidak ingin membiarkan adanya celah di anta
Seperti janji yang diucapkan oleh Zayden pada Alisha tentang akan membantunya membuka kasus Nariza lima tahun lalu, mereka berdua sudah ada di kantor pengacara.Saat masuk ke tempat itu terasa suasana nyaman menyambut mereka, lalu Pria dengan tubuh tegap dan kepala botak itu, langsung menyuruh keduanya duduk dengan sikap hormat.“Maaf Pak Zayden, saya ada urusan penting ke luar kota dan tidak bisa ditinggal.” Sedikit berbasa-basi. Zayden menanggapinya dengan santai.“Tidak masalah. Tapi, Zack, kamu sudah tahu cerita keseluruhannya dari Arsel, kan?” Zayden memastikan.“Oh, iya, iya, tentu saja, Saya juga sudah membaca semuanya, Pak. Sekarang orang-orang saya sedang mendalaminya, dan mencari celah untuk membuka kembali kasus ini.” Zack berkata dengan pasti, namun kemudian tersirat wajah ragunya.“Ehm … tapi Pak Zayden, kasus ini terkait dengan keluarga Wicaksana juga, apa Anda sudah mempertimbangkan ini lagi?” tanyanya.Mendengar pertanyaan itu membuat wajah Zayden terlihat tidak suka.“