LOGIN“Yasmine telah disakiti oleh Shita. Sampai teman kami meninggal, dan Yasmine sekarang keguguran ia koma di rumah sakit.” Reno tampak menyedihkan. “Tolong doakan Istri saya lekas sadar.”
“Amin!” teriak mereka semua. Elsa dibalik semua ini ia marah, kesal, dan kecewa. Reno begitu mencintai Yasmine. “Aku akan bunuh Yasmine yang berada di rumah sakit,” batin Elsa di balik dinding. *** Tangan Yasmine bergerak, Ranti melihat hal itu lalu memanggil dokter. Ranti menekan tombol emergency. Tidak lama dokter masuk ke dalam. “Ada apa?” Vina bertanya sambil mengamati Yasmine. “Tangannya bergerak Dokter!” Ranti merasa ini akan ada titik terang. “Sebentar aku akan periksa ya,” ucap Vina. Ranti menunggu sedikit agak jauh, memberi ruang untuk Vina. Setelah diperiksa mata Yasmine terbuka. Ia menatap Vina bingung. “Aku di mana?” tanyanya seperti orang l“Yasmine telah disakiti oleh Shita. Sampai teman kami meninggal, dan Yasmine sekarang keguguran ia koma di rumah sakit.” Reno tampak menyedihkan. “Tolong doakan Istri saya lekas sadar.” “Amin!” teriak mereka semua. Elsa dibalik semua ini ia marah, kesal, dan kecewa. Reno begitu mencintai Yasmine. “Aku akan bunuh Yasmine yang berada di rumah sakit,” batin Elsa di balik dinding. *** Tangan Yasmine bergerak, Ranti melihat hal itu lalu memanggil dokter. Ranti menekan tombol emergency. Tidak lama dokter masuk ke dalam. “Ada apa?” Vina bertanya sambil mengamati Yasmine. “Tangannya bergerak Dokter!” Ranti merasa ini akan ada titik terang. “Sebentar aku akan periksa ya,” ucap Vina. Ranti menunggu sedikit agak jauh, memberi ruang untuk Vina. Setelah diperiksa mata Yasmine terbuka. Ia menatap Vina bingung. “Aku di mana?” tanyanya seperti orang l
Dimas menyelimuti tubuh Sesil. Dimas sedikit membungkuk sambil menatap wajah Sesil.Deg … deg …Jantung yang berdebar kencang. Apa itu cinta? Entahlah Dimas bingung dengan dirinya sendiri. Saat Dimas akan pergi.“Ebra! Jangan tinggalkan aku sendiri!” Sesil mengigau sambil memegangi tangan Dimas.Dimas duduk di lantai ia menatap Sesil. Lama-kelamaan Dimas tertidur sambil duduk dengan tangan digenggam oleh Sesil.***Di rumah sakit Reno tertidur di sofa. Kini Sesil dipindahkan di ruang VVIP. Alat lengkap di seluruh tubuh.“Akh! Capek sekali, hari ini ada jam kampus.” Reno sebenarnya tidak tega meninggalkan Yasmine di rumah sakit.Ceklek …Reno menatap bingung saat melihat Ranti dan Reno datang seperti orang kebingungan. Mereka berdua mendekati Reno.“Pak!” Ranti bingung akan bicara seperti apalagi.“Ada apa? Kalian pagi sekali ke sini? Memang nggak ada kerjaan.” Reno datar.Rant
Sesil melihat ke arah sapu tangan itu. Ia mengambil lalu mengusap air matanya. Butuh waktu 10 menit untuk sampai ke rumah sakit. Mereka berdua keluar mobil lalu ke IGD. Reno berlari ke ICU ternyata mereka berdua masuk ruang itu. Sesil mencari sosok Ebra tidak ada di IGD. “Reno lari ICU,” ucap Dimas karena rumah sakit itu milik keluarganya. “Ayo, ke sana!” Sesil menarik tangan Dimas. Mereka bergegas ke sana. Sampai di sana Dimas dihampiri seorang dokter lain. “Dok, harus dioperasi.” Dokter itu berkata serius. “Pendarahan dan luka dalam?” tebak Dimas. “Iya.” Dokter itu memberi tahu. “Aku akan menyelamatkan Pacarmu!” Dimas pergi sambil menatap wajah Sesil yang sendu. “Tolong bantu aku,” lirih Sesil dengan suara bergetar. Sesil dengan berat hati menghubungi keluarga Ebra agar datang ke rumah sakit. Ebra butuh persetujuan operasi. Sesil ber
Yasmine segara menarik pintu agar Shita tidak masuk ke dalam. Namun, Yasmine kalah cepat dengan gerakan Shita yang mencoba masuk ke dalam rumah. Shita mendorong tubuh Yasmine hingga membentur dinding. “Au!” Yasmine merintih ke sakitan. “Mampus!” Wajah Shita menyeringai. Yasmine mencoba melawan Shita. Namun, lagi-lagi Shita di luar Nurul. Ia mengeluarkan pisau dari tas kecilnya. Yasmine melotot ia panik. “Aduh, kalo aku mati gimana?” batin Yasmine. “Kamu akan ke surga!” Tawa Shita pecah. Yasmine berlari masuk ke dalam kamar. Shita langsung mengejar Yasmine. Dok … dok … Shita memukul dengan keras pintunya. “Buka Yasmine!” Ia histeris. Yasmine mengambil ponsel menelepon Sesil. Tak butuh lama Sesil langsung mengangkat telepon. “Kamu di mana!” Suara panik Yasmine membuat Sesil khawatir. “Ada apa?” Sesil bingung.
“Mau anter makan malam.” Sesil memberikan piring nasi plus lauk pauk.“Nanti setelah ini aku bisa ke sana lagi. Ngapain repot-repot.” Dimas datar.“Nggak perlu.” Sesil meninggalkan Dimas begitu saja.Brak …Sesil menutup pintu dengan keras. Dimas tahu itu, ia meremas pinggiran piring.“Ternyata dia menyadari.” Dimas masuk ke dalam.Setelah makan malam selesai, Sesil dan Yasmine mengobrol di dalam kamar. Mereka terlihat intens sekali. Sesil bingung akan memulai dari mana mengobrolnya.“Dari tadi kamu gelisah, kenapa?” Yasmine menaruh ponselnya di atas nakas.“Kamu jangan tersinggung ya,” ucap Sesil hati-hati.“Ngomong saja, jangan sungkan.” Yasmine tidak sabar.“Ini tentang Kak Dimas.” Sesil terlihat serius.Lampu yang redup membuat Yasmine tidak nyaman. Ia pun menyalakan lampu kamar agar lebih terang.“Kenapa dia?” Yasmine duduk di tepi ranjang matanya ke arah lantai sambil me
“Dia temen kecil aku, Sil.” Yasmine berjalan masuk ke dalam apartemen. “Oh.” Sesil merasa ada yang aneh pada Dimas. “Apa cuma perasaanku saja,” batin Sesil mengikuti Yasmine berjalan. Waktu terus berjalan menjelang makan malam pun tiba. Yasmine dan Sesil sudah masak banyak untuk makan malam. “Ebra sudah kamu hubungi belum?” tanya Yasmine terlihat sudah lelah. “Sudah, sebentar lagi datang.” Sesil tersenyum. Ting … tung … Suara bel berbunyi Sesil berdiri lalu membuka pintu. Ternyata bukan Ebra melainkan Dimas. “Silakan masuk.” Sesil datar. “Terima kasih,” balas Dimas masuk ke dalam. “Halo, Kak!” sapa Yasmine. “Ini buat kamu.” Dimas memberikan sesuatu untuk Yasmine. “Makasih, Kak!” Yasmine tersanjung. Mata Sesil melihat jika Dimas menyukai Yasmine. Namun, Yasmine yang tidak peka. “Pasti sakit







