LOGINSekar memasukkan bongkahan es ke dalam ice bag yang tadi dibelikan oleh Jagat, lalu menempelkan ke pipi kanannya yang masih terasa perih. Tamparan Ibunya David begitu keras ternyata, karena jujur saat pertama kali mendapatkannya ia lebih merasa terkejut. Namun beberapa saat setelahnya baru merasakan perih.Saat ia masih sibuk mengompres pipinya, ponsel yang tadi sempat ia letakkan di meja berdenting dua kali. Satu pesan dari Jagat dan satu pesan lagi dari nomor yang tak ia kenal."Bagaimana keadaan pipi kamu? Sudah lebih baik?"Itu pesan dari Jagat. Pria itu ternyata begitu perhatian - pikirnya. Tanpa sadar senyum mengembang di wajah Sekar. Kemudian jari jemarinya mengetikkan balasan dengan cepat."Sudah, Mas. Terima kasih tadi sudah dibelikan ice bag, ini sangat membantu." Balasan itu tak lupa Sekar tambahkan emotikon senyum.Setelah itu ia membuka satu pesan dari nomor asing itu. Senyum kecut ia berikan saat membaca pesan dari si pengirim yang tak bukan dan tak lain adalah David."G
"Terima kasih, Mas. Saya permisi."Jagat tersenyum lantas mengangguk membiarkan Sekar keluar dari mobilnya. Ia perhatikan punggung wanita itu hingga menghilang dari pandangannya.Pria itu kemudian melajukan mobilnya ke rumah. Meski ia tahu hanya kesunyian yang akan menyambutnya di sana, tapi tidak ada tempat mana pun lagi selain rumah itu sebagai tempat pulang.Memasuki rumah bergaya eropa itu, Jagat langsung merebahkan dirinya di atas ranjang king size miliknya. Kasur empuk seakan memberikan kenyamanan pada tubuhnya, tapi pikirannya jelas tidak merasakan hal yang sama. Wajah Sekar dengan pipi merahnya masih tampak jelas dalam bayangannya.Malam ini tak pernah ia duga. Niat hati ingin membuat Sekar yang sehabis lembur itu merasa kenyang, justru berakhir membuat malu dan perih pada pipi kanan wanita itu.Memang semua itu bukan dia yang melakukan, tapi tetap saja Jagat merasa bersalah pada Sekar. Seandainya ia tak meninggalkan wanita itu sendirian pasti semua itu tidak akan terjadi.Ada
Tubuh Sekar yang kaget sampai terhuyung dan hampir jatuh tersungkur di tengah keramaian. Namun itu tidak akan membuatnya terlalu malu karena apa yang terjadi sekarang jauh-jauh lebih parah. Dirinya kini menjadi pusat perhatian banyak orang karena apa yang diucapkan oleh wanita di depannya."Harusnya kamu beruntung menjadi kekasih anakku, karena tetap mau menerima kamu meskipun dia diperlakukan tidak baik oleh ibumu itu."Sekar akhirnya menatap ke arah wanita yang telah menatapnya - Ibunya David. Ia tak menyangka wanita itu akan memperlakukannya dengan kasar di tempat umum seperti ini. Andai saja Ibunya David tahu apa yang telah dilakukan anak kebanggaannya itu pada Sekar, apa beliau akan tetap melakukan ini padanya? Sepertinya tidak, harusnya beliau malu sendiri."Maaf Tante, saya tidak tahu apa yang telah dikatakan David pada Tante. Tapi saya tidak pernah berselingkuh dari David. Justru anak Tante yang berselingkuh dari saya."Sekar berusaha tetap tenang meski rasa perih di pipi dan
Rasa was-was yang Sekar rasakan berganti menjadi rasa bingung ketika Jagat membelokkan mobilnya ke area salah satu Mall di kota ini. Apa pria di sampingnya ini ingin berbelanja atau bagaimana?"Kita mau apa ke Mall, P-Mas?""Kita mau makan malam. Perut kamu bunyi minta diisi itu."Sekar kira Jagat tidak mendengar suara dari perutnya, tapi ternyata pria itu justru langsung mengajaknya makan. Sebagai penganut act of service tentu ia tak bisa mengelak bahwa hatinya tersentuh. Tanpa harus meminta, pria yang kini sedang memarkirkan mobilnya itu tahu apa yang sedang dibutuhkan si wanita.Namun logika Sekar tiba-tiba datang untuk menampar hati mungilnya, "Dia cuma peka, bukan perhatian. Dia cuma kasihan karena kamu kelaparan, bukan punya perasaan.""Ayo!!"Terlalu fokus dengan pikirannya, Sekar terkesiap ketika tiba-tiba pintu mobil di sebelahnya dibuka oleh Jagat. Apalagi ini? Kuatkan hatimu, Sekar.Sambil berjalan beriringan Jagat masuk ke dalam Mall, Jagat menanyakan makanan apa yang ingi
"Nanti kamu pulang bersama saya."Satu pesan dari Jagat muncul di layar ponsel milik Sekar. Wanita itu hanya melihatnya sekilas, belum ingin membalas.Ia harus segera merekap invoice dan menginputnya ke dalam komputer karena akan diminta besok oleh kepala divisi. Hari sudah sore, lima belas menit lagi sudah jam pulang. Ia harus cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya.Baru saja ia akan menekan tombol untuk menyimpan data, tiba-tiba kepala divisi menaruh satu tumpukan dokumen di mejanya."Sekar sorry banget, ini ada tambahan dokumen invoice dari tim sales dan tim operasional. Tolong kebut aja hari ini. Datanya harus siap besok soalnya. Kamu lembur nggak apa-apa, ya?"Sekar tak punya pilihan selain mengangguk. Bukan karena tidak berani menolak, tapi karena memang ini sudah jadi tugasnya. Jika tidak dikerjakan sekarang pun, besok akan tetap dikerjakan olehnya. Selain itu uang lemburan di perusahaan ini juga jelas, jadi dia mau-mau saja.Oh, ini juga bisa jadi alasan untuk menolak ajakan p
Sekar tak bisa lagi mengontrol debar jantung yang semakin menggila ketika tangan Jagat menyentuh sisi wajahnya. Apakah ini saatnya? Batinnya bertanya-tanya. Pikirannya terbayangbakan mimpi ciuman kemarin sore."Kamu kalau makan pelan-pelan saja. Pasti terburu-buru sampai ada nasi yang tertinggal di sudut bibir."Apa?!Seketika bayangan ciuman di mimpinya hilang begitu saja.Sekar langsung membuka matanya, ia dapati tangan Jagat yang sedang mengambil tisu di dekat dasbor mobil. Bisa ia lihat juga sebulir nasi yang menempel pada salah satu jari pria itu.Wajah Sekar langsung terasa panas. Bukan karena tersipu, tapi karena malu. Lagi-lagi ia mempermalukan diri sendiri di depan Jagat.Salahnya tadi yang tak melihat kembali penampilannya. Kebiasaan Sekar kalau sedang terburu-buru, ia tak memakai lipstik di apartemen. Pikirnya akan ia lakukan di kantor nanti. Tapi wanita itu lupa bahwa kali ini ia bukan terburu-buru oleh waktu, tapi oleh pria bernama Jagat."Terima kasih, Mas." Ucap Sekar







