Share

Bab 6 Alasan Bercerai: Dia Tidak Kompeten

Kayla tidak menyadari ada yang aneh dengan ucapan Theo. Karena masih kesal dengan sikap cuek Theo, dia pun mengendus dengan marah, "Ya."

Theo mengambil sup itu dan menghabisinya dalam sekali teguk. Namun, Theo agak kuat ketika meletakkan mangkuk hingga membunyikan suara, "bruk".

Kemudian, Theo mengangkat selimut dan berbaring. Sedangkan Kayla membelakanginya dan mematikan lampu di sisinya. Dia memejamkan mata dan bersiap untuk tidur.

Tahun ini, sesekali mereka akan tidur seranjang, tetapi jarak di antara mereka masih cukup untuk ditempati dua orang.

Namun, malam ini sedikit berbeda ....

Dia sudah tidur nyenyak. Tubuh Theo tiba-tiba mendekat padanya dan hampir memeluknya. Punggungnya menempel pada dada Theo dan dia dapat merasakan tekstur otot Theo yang terhalang oleh dua helai kain.

Napas Theo yang berat dan kasar terasa dekat di telinganya. Kini, suhu ruangan pun meningkat.

Sebelum Kayla bereaksi, sesuatu menghantam pinggulnya. Dia tercengang dan langsung menyadari ada yang aneh dengan Theo.

"Theo ...."

Tanpa sadar, suaranya gemetaran, sebagian besar karena ketakutan dan sebagian lain karena panik. Dia takut Theo akan tiba-tiba terangsang.

Ketika baru menikah, dia sangat menantikan momen seperti ini. Namun, sikap cuek Theo selama bertahun-tahun sudah membuatnya mati rasa. Sekarang, mereka akan segera bercerai, dia tidak boleh terjerat dalam situasi ini lagi.

Kesalahan seperti ini tidak boleh terulang.

"Hah?" Dia mendengar suara serak Theo dari atas kepalanya. Terkandung nada mendominasi yang kuat dalam suara Theo.

Detik berikutnya, Theo berbalik badan dan menimpa Kayla di bawah. Dia menatap mata Kayla dari atas.

Kayla menstabilkan emosinya, lalu mengulurkan tangannya untuk mendorong Theo. "Aku nggak mau."

"Bukannya kamu menggugatku karena nggak memuaskanmu? Tadi saat kamu menyuruhku minum sup, kupikir kamu sangat haus dan ingin bergoyang di atasku. Tapi, sekarang kamu malah bilang nggak mau. Kamu mempermainkanku?" Theo mendekati bibirnya. Terkandung gairah yang membara dalam suaranya, tetapi setiap kata yang dia ucapkan terkesan sangat menghina.

Sebodoh apa pun Kayla, dia paham bahwa sup itu bermasalah. Dia mencoba menjelaskan, "Aku nggak tahu."

"Kamu pikir aku percaya? Ini bukan pertama kalinya kamu melakukan hal seperti ini."

"Kamu ...."

Setiap kali membahas hal itu, Kayla sangat tidak berdaya. Theo selalu menyudutkan Kayla dengan mengungkit kejadian malam itu.

"Biar kukatakan untuk terakhir kali, itu karena ...."

Sebelum Kayla selesai berbicara, Theo sudah menciumnya dan membuatnya menarik semua kata-katanya.

Kayla tertegun. Dia meletakkan tangannya di dada dan berusaha sekuat tenaga untuk mendorong Theo, tetapi Theo malah memberinya ciuman yang lebih ganas dan kasar. Sama sekali tidak ada kelembutan, hanya ada pemaksaan.

Bibirnya pecah karena digigit oleh Theo dan dia merasakan sedikit bau darah. Dia sudah mulai pusing karena kekurangan oksigen. Setelah tangan panas Theo menyentuhnya, dia baru menyadari kancing kemejanya sudah terbuka.

Dia memalingkan wajah untuk menghentikan Theo. "Theo, lepaskan aku."

Tubuhnya meronta hebat dan berjuang kuat untuk melepaskan diri dari Theo ....

Namun, pada dasarnya, tenaga wanita lebih lemah dari pria. Dia menggunakan seluruh tenaganya untuk melawan Theo, tetapi salah satu lengan Theo cukup untuk menahannya.

Theo baru saja mencium bibirnya yang berdarah, dia tersenyum sinis sambil berkata, "Bukannya alasan kamu ingin bercerai karena aku mengalami disfungsi seksual sehingga nggak bisa memenuhi kebutuhan dasarmu? Sekarang, terbukti aku kompeten, alasan bercerai ditolak."

Theo bangkit dan posisinya setengah berlutut di atas kasur. Dia meraih dagu Kayla, lalu memiringkan wajah Kayla untuk memaksa Kayla menatapnya.

Karena pengaruh posisi, Kayla dapat melihat area itu ... dengan jelas.

Suara Theo masih dingin seperti biasanya, tetapi setiap perkataannya terdengar sangat menantang Kayla. "Lihat, sudah puas?"

Kayla tercengang.

Ekspresinya sangat masam. Ketika dia hendak melawan, ponsel Theo berdering. Theo mengulurkan tangannya untuk meraih ponsel yang terletak di samping kasur. Ketika melihat nama penelepon, Theo mengernyit.

Penelepon adalah manajernya Raline.

Dia menjentikkan jarinya, lalu panggilan pun tersambung. "Ada apa?"

Sembari berbicara, Theo hendak bangkit dari tubuh Kayla, tetapi Kayla yang terus mencoba untuk menghindarinya tiba-tiba mengulurkan tangan ....

Ketika jari-jari itu menyentuh tubuhnya, Theo langsung menegang. Dia menunduk, tatapannya sangat gelap, seolah-olah ingin melahap Kayla.

Terdengar suara lembut dari katupan gigi gerahamnya.

Orang di ujung lain telepon masih berbicara dan Kayla hanya samar-samar mendengar bahwa terjadi sesuatu pada Raline lagi. Intinya, penelepon ingin menyuruh Theo pergi melihat keadaan Raline.

Theo menatap wanita yang memeluknya dengan hati-hati, tetapi Kayla malah mengangkat dagunya dengan centil sambil menjawab pertanyaannya, "Bukan hanya memuaskan, tapi juga tahan lama. Aku sudah nggak tahan lagi, tolong pelan-pelan ...."

Suaranya cukup keras sehingga orang di ujung lain telepon dapat mendengar dengan jelas!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status