Share

Bab 5 Mencambuknya dengan Ikat Pinggang

Di sepanjang jalan, keadaan di dalam mobil sangat hening. Suasana tegang ini membuat Paman Dafa tidak berani mengubah kecepatan mengemudi.

Setelah sampai di tempat parkir sebuah vila yang terletak di pinggiran kota, dia baru menghela napas panjang dan turun untuk membuka pintu mobil.

Kayla tidak sesombong Theo dan tidak suka "dilayani". Ketika dia hendak membuka pintu, Theo berkata dengan santai, "Aku suka cewek bodoh yang berdada besar?"

...

Kayla hampir tersedak. Kalau Theo tidak mengungkit hal itu, dia mungkin sudah lupa. Dia mengucapkan hal seperti itu hanya untuk memfitnah Theo, bagaimana mungkin dia tahu jenis wanita yang disukai Theo!

Dia menoleh dan mata Theo kebetulan mendarat di bawah tulang selangkanya. Baik disengaja ataupun tidak, terkandung maksud lain dari tatapan Theo.

Kayla dapat memahami maksud lain dari tatapan ini, yaitu merendahkan.

"Bukannya wajar kalau pria suka dada besar?"

Karena itu, setelah tiga tahun menikah, Theo bahkan tidak mempunyai sedikit pun hasrat padanya. Namun, badan Raline juga biasa saja.

Theo mengerutkan keningnya sambil berkata, "Aku nggak suka."

Kayla tersenyum masam. Terdapat kecentilan yang luar biasa dalam kecantikannya. Kalau dia tersenyum seperti itu pada pria biasa, mungkin jiwa pria tersebut sudah melayang, tetapi Theo hanya menatapnya dengan tenang dan datar.

Kayla berkata, "Suka atau nggak bukan urusanku. Tapi aku suka yang kompeten. Inilah salah satu alasan aku ingin bercerai denganmu."

Ekspresi Theo berubah muram dan suasana di dalam mobil menjadi sangat canggung.

Peredam suara mobil kurang bagus, jadi Paman Dafa yang berdiri di luar mobil dapat mendengar obrolan mereka berdua. Saat ini, keringat dingin bercucuran di dahinya. Melihat Theo akan segera marah, dia buru-buru memberanikan diri untuk membuka pintu mobil.

"Tuan Muda, Nyonya Kayla, kita sudah sampai di rumah."

Kayla turun terlebih dahulu dari mobil dan langsung melihat Evi sedang berjalan keluar dari vila sambil tersenyum cerah. Dia meraih tangan Kayla, lalu berjalan memasuki vila sambil berkata, "Kay, aku meminta Bibi Warni memasakkan sarang burung untukmu dan secara khusus menambahkan beberapa ramuan kecantikan."

Evi mengabaikan Theo yang masih duduk di dalam mobil.

Setelah masuk rumah, Evi bertanya dengan lembut, "Apa bocah nakal itu menindasmu?"

Dia sudah melihat berita kemarin dan khawatir Kayla akan sedih, jadi malam ini dia menyuruh mereka berdua pulang untuk menginap.

"Bu, aku dan dia ...."

Tepat ketika Kayla hendak mengatakan bahwa dia dan Theo akan bercerai, dia disela oleh Evi, "Kalau anak itu menindasmu, katakan saja padaku. Aku akan menyuruh ayahnya mencambuknya dengan ikat pinggang! Jangan mengalah padanya. Nanti, akan kukirimkan menu makanan yang dia sukai. Mulai besok, pesankan makanan-makanan itu selama sebulan untuknya. Aku juga sudah menelepon Axel dan memperingatkannya untuk nggak membantu Theo, kalau nggak, dia akan dipecat!"

Evi sama sekali tidak menyebut Raline karena takut Kayla akan sedih ketika mendengar nama itu.

Bibi Warni berjalan menghampiri mereka sambil membawa syal. "Nyonya, Anda sedang nggak enak badan, kenapa tidak memakai syal saat keluar? Nyonya Kayla, Anda harus menasihati Nyonya Evi, dia harus lebih peduli pada kesehatannya."

Dengan begitu, Kayla sama sekali tidak punya kesempatan untuk mengatakan kata "bercerai".

"Bu, Anda sakit apa? Sudah panggil dokter?"

Evi melambaikan tangannya sambil berkata, "Haih, penyakit biasa cukup istirahat saja. Tengah malam begini, nggak perlu panggil dokter datang ke tempat terpencil seperti ini."

Sekarang memang sudah cukup larut. Evi menemani Kayla minum sarang burung, lalu meletakkan liontin yang sudah selesai dibuat di tangan Kayla. Kemudian, mereka pun naik ke atas untuk tidur.

Sebelum naik, dia mendelik Theo dengan galak sambil berkata, "Bocah nakal, kalau malam ini kamu nggak membujuk Kayla baikan denganmu, aku akan memukulmu sampai mati!"

Theo terdiam.

Sejak pulang, dia sama sekali tidak berbicara, tetapi sudah dimarahi?

Kamar Theo dan Kayla berada di lantai dua. Karena tahu mereka akan pulang, Bibi Warni sudah mengganti seprai.

Kayla pergi mengambil piama untuk mandi, tetapi ketika dia membuka lemari, dia menemukan bahwa piama katunnya sudah hilang dan digantikan oleh ... berbagai baju tidur sutra berleher rendah yang seksi. Bahkan ada dua kostum peran di antaranya.

Semua orang di vila tahu bahwa Evi ingin menggendong cucu dan sudah menyiapkan kamar bayi sejak mereka menikah. Dia bahkan sudah membeli berbagai macam mainan serta pakaian untuk anak laki-laki dan perempuan.

Pakaian-pakaian ini disiapkan agar mereka segera melahirkan cucu untuknya ....

Kayla agak mengasihaninya. Kalau dia tahu bahwa mereka tidak pernah berhubungan suami istri selama tiga tahun menikah, apakah dia akan emosi hingga mengusir Theo dari rumah?

Kayla berbalik dan mendapati Theo juga sedang melihat pakaian di lemari. Tatapannya sedingin biasanya.

Theo memandangnya sambil berkata, "Semua ini nggak cocok untukmu."

Kayla tertegun.

Dia memilih pakaian yang paling bisa menutupi badannya. Ketika dia hendak meraih pakaian itu, Theo melemparkan sebuah kemeja ke arahnya sambil berkata, "Pakai ini."

Kayla mengambilnya. Tubuh pria itu tinggi dan tegap, kemeja Theo dapat menutupi sampai lutut, memang lebih bagus daripada baju-baju tidur seksi ini. Dia tidak menolak dan langsung membawa kemeja itu pergi ke kamar mandi.

Menurut hukum, setengah dari seluruh properti milik Theo adalah miliknya. Dengan begitu, kemeja ini juga adalah miliknya.

Setelah mandi dan mengeringkan rambut, Kayla keluar dan melihat Theo sedang berdiri di balkon sambil merokok. Lapisan asap yang tipis pun menyelimuti wajah galak pria itu hingga tampak agak ramah.

Entah itu ilusi atau bukan, tetapi ketika mata Theo tertuju pada Kayla, pupilnya menjadi lebih gelap. Namun, hal itu berlalu dengan cepat.

Sembari mengisap rokok, pria itu berjalan masuk. Dia berjalan melewati Kayla tanpa berhenti sejenak pun.

Kayla sudah lama terbiasa dengan sikapnya ini sehingga tidak merasakan emosi apa pun.

Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu. Bibi Warni membawa semangkuk sup sambil berkata, "Nyonya Kayla, Nyonya Evi yang memasakkan ini untuk Tuan Muda. Pastikan dia meminum habis, jangan menyia-nyiakan tenaga Nyonya. Demi memasak sup ini, tangan Nyonya terluka .... Dia hanya berpura-pura keras, meskipun tadi dia nggak mengatakan apa pun, dia sangat peduli pada Tuan Muda. Dia khawatir nutrisi Tuan Muda nggak tercukupi dan menyuruhku mengantarkan ini."

"Oke."

Kayla dapat memahami perasaan Evi. Bagaimanapun, Theo adalah putra kandungnya, bagaimana mungkin dia tidak peduli pada Theo?

Theo sudah selesai mandi. Begitu keluar, dia langsung melihat sup yang ditaruh di atas meja.

Kayla berkata, "Ibu yang memasaknya, cepat minum."

Theo hanya melirik dan tidak mengatakan apa pun. Dia juga tidak berniat minum.

Melihat sikap Theo, Kayla teringat pada kata-kata Bibi Warni dan ... rasa sakit yang dia rasakan saat Theo tidak pernah memakan makanan darinya selama beberapa tahun ini. Seketika, dia menjadi agak kesal. "Theo, tangan Ibu terluka karena memasak sup ini. Apa kamu tega mengecewakannya?"

"Mengecewakannya ...." Sepertinya Theo tertarik pada kata ini.

Dia memandang Kayla dan sudut bibirnya tiba-tiba terangkat. Kemudian, dia bertanya dengan nada main-main, "Kamu benar-benar mau aku meminumnya?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status