Lima menit kemudian, Menteri Xu Jianhong terbangun dengan kepala berdenyut dan pemandangan yang membuatnya ingin pingsan lagi.
Zeyan dan Zhiyu duduk santai di sofa berlapis sutra merah, masing-masing memegang cangkir teh porselen dengan sikap seolah mereka adalah tamu kehormatan dalam undangan resmi. Bukan penyebab utama mengapa seorang Menteri Perang tiba-tiba ambruk di halaman depan Manor Gao seperti karung beras."Menteri Xu, kami sangat cemas melihat Anda pingsan dengan begitu dramatis," ucap Zeyan sambil menyeruput teh dengan tenang. "Untung saja tidak ada yang melihat, kalau tidak besok seluruh ibu kota akan membicarakan kejatuhan heroik Anda."Menteri Xu mencoba duduk, masih pusing dan tak yakin apakah ini kenyataan atau mimpi buruk diplomatik yang sangat mewah. Lima pengawalnya berdiri di sekelilingnya dengan wajah cemas bercampur bingung."Kenapa kalian bisa ada di sini..." gumamnya sambil memegang kepala."Karena kebetulan tak mZhiyu tidak pernah menyukai kejutan yang datang dengan kipas merah tua dan senyum yang terlalu tenang untuk disebut polos. Ketika Li Qingyan muncul di kedai Baiyuanxuan dengan langkah riang yang mencurigakan, diikuti pelayan kecilnya dan dua pejabat yang tampak seperti sedang dalam misi berbeda, Zhiyu langsung menyadari bahwa hari yang sudah rumit ini baru saja bertambah kompleks.Sepupunya memang pandai muncul di waktu yang tepat untuk hal yang salah. Tak heran jika Pangeran Ketiga, Xiao Zeyan menjulukinya sebagai 'Nona Muda Pengacau Situasi Ibukota'."Biaomei," sapanya dengan nada datar yang sudah menjadi pertahanan alami."Zhiyu Gē!" Li Qingyan menyapa dengan antusiasme yang berlebihan, kipas di tangannya bergerak seperti sayap kupu-kupu yang baru menemukan kebun bunga. "Apa ada yang menarik di kedai ini?"Zhiyu menatap kedai yang masih dipenuhi pelanggan ketakutan dan pelayan yang bergerak seperti sedang menghindari petir. "Hanya teh yang layak diminum."Yuan Liqing yang mendengar
Langkah Li Qingyan terlihat terlalu riang untuk seorang gadis yang seharusnya sedang dalam perjalanan biasa. Kipas merah tua di tangannya berayun dengan ritme yang hampir seperti lagu kemenangan, sementara di belakangnya, Yuan Liqing mengikuti dengan semangat yang hampir menyamai antusiasme Li Qingyan sendiri.Berbeda dengan Yuan Liqing yang tampak bersemangat, Xu Jianghong berjalan dengan langkah yang semakin lambat, seperti seseorang yang sedang menunda eksekusi. Setiap langkah terasa berat, dan matanya sesekali melirik ke arah jalan lain, mencari kemungkinan untuk melarikan diri."Sebenarnya kita masih bisa ke Kuil Yansheng dulu," gumam Xu Jianghong dengan nada berharap, "investigasi itu penting...""Tenang saja, Menteri Xu," sahut Yuan Liqing dengan nada yang terlalu ceria, "bertemu dengan Tuan Muda Baili pasti akan memberikan wawasan baru untuk kasus kita."Xu Jianghong menghela napas panjang, menyadari bahwa perlawanannya sia-sia. Setiap kal
Yuan Liqing dan Xu Jianghong duduk di ruang arsip Yamen Mahkamah Agung, dikelilingi gulungan laporan lama yang baunya telah meresap ke dalam dinding kayu selama bertahun-tahun. Debu menari di udara setiap kali mereka membuka dokumen baru, menciptakan kabut tipis di bawah sinar matahari pagi yang menerobos jendela kecil.Hari itu, lembaran yang mereka buka kembali adalah penyelidikan pembunuhan di Penginapan Jingluo'an. Kasus tertutup, satu korban, tanpa saksi, tanpa jejak. Seperti banyak kasus lain yang berakhir dengan kata "tidak terselesaikan" dalam tinta merah."Xú Tingsheng, pelayan penginapan. Separuh jenazahnya ditemukan terbakar. Tidak ada saksi. Dan dia tinggal di Kuil Yansheng..." gumam Yuan Liqing sambil menyusuri catatan dengan jari yang sudah kotor tinta. Suaranya rendah, hampir seperti sedang berdoa.Xu Jianghong mengangguk pelan, matanya menelusuri detail dengan ekspresi yang penuh waspada. Setiap kata dalam
Kedai Baiyuanxuan terasa lebih tenang dari biasanya, meski ketenangan itu jelas bukan hasil dari reputasi kuliner mereka. Sejak ulasan pedas Baili Zhiyu tentang kue mereka beberapa waktu lalu, separuh pelanggan menghilang seperti debu tertiup angin. Yang tersisa hanyalah mereka yang datang demi satu hal, teh bunga tujuh rupa yang misterius itu.Hari itu, Zhiyu kembali. Ditemani Yuan Qing dan Ming'er dalam penyamaran yang terlalu mencolok untuk disebut sebagai penyamaran. Yuan Qing mengenakan pakaian pedagang kain biasa, namun cara berjalannya yang tegap dan mata yang waspada mengkhianati latar belakangnya sebagai mantan prajurit. Ming'er lebih parah lagi, mengenakan jubah pelayan kedai dengan pedang yang masih terselip di pinggang, seperti pelayan yang siap berperang kapan saja.Bahkan ayam yang berlalu-lalang di depan kedai pun tahu persis siapa mereka. Baili Zhiyu, Dewa Kematian Kuliner, telah datang lagi.Lu Chonghai, pemilik kedai, nyaris pin
Zhiyu meletakkan mangkuk berisi bubuk bunga teh di atas meja dengan gerakan yang diperhitungkan. Para tamu menyimak dengan waspada, seperti hakim yang menunggu pengakuan tersangka.Han Qingsheng menatap bubuk itu dengan pandangan yang tajam. "Jadi Tuan Muda Baili sendiri yang meracik teh ini?"Zhiyu mengangguk dan tersenyum tenang, tanpa menunjukkan emosi apapun. Namun, bagi mereka yang mengenalnya dengan baik, senyum seperti itu biasanya menandakan bahwa ia sudah menyiapkan beberapa kejutan yang tidak menyenangkan."Menteri Xu," kata Zhiyu sambil mengarahkan pandangannya pada pria yang sudah mulai terlihat gelisah, "apakah kau ingat bunga kering yang dibawa salah satu pengawal Yamen dari Manor Gao?"Xu Jianghong tertegun, seperti orang yang baru menyadari bahwa ia telah melangkah ke dalam jebakan yang sudah dipasang sejak lama. "Jangan Anda katakan ini adalah bunga-bunga itu."Zeyan
Beberapa hari kemudian, suasana Longcheng terasa damai seperti danau yang tidak bergelombang. Burung-burung berkicau dengan riang di pepohonan Manor Baili, angin sepoi-sepoi mengayun dedaunan dengan lembut, dan tidak ada suara teriakan atau langkah kaki yang tergesa-gesa dari pasukan Jinyiwei yang mengejar buronan.Namun, ketenangan yang terlalu sempurna biasanya mengundang badai yang lebih besar. Zhiyu, sebagai seseorang yang memahami irama kehidupan di Longcheng, tahu bahwa saatnya telah tiba untuk mengaduk-aduk air yang tenang.Di sore hari yang cerah, sebuah undangan teh dikirim ke kediaman dua menteri yang paling berpengaruh dalam urusan hukum dan keamanan Longwen. Undangan itu ditulis dengan kaligrafi yang indah, menggunakan tinta berkualitas tinggi, dan dimeterai dengan cap resmi keluarga Baili. Semua detail yang menunjukkan bahwa ini bukan sekadar ajakan minum teh biasa.Bagi Menteri Han Qingsheng, undangan itu bagaikan surat tantangan yang dibungk