Mia mendongak menatapnya sementara Danis menegur para karyawan wanita."Semua ini sedang makan dan butuh ketenangan. Kalian membuat Bu Mia terganggu hingga dia tidak bisa makan dengan tenang.Mia membelalak mendengar kata-kata Danis yang menegur para wanita itu demi dirinya."Ah, jangan khawatir, aku tidak terganggu. Silakan lanjutkan saja obrolan kalian," ujarnya kaku dan mencoba tersenyum pada para karyawan wanita itu.Para karyawan di meja itu menoleh menatap Mia penasaran seolah baru menyadari MIa duduk di samping mereka."Bukankah dia sekretaris baru Tuan Tristan?""Dia makan bersama kita? Aku tidak sadar."Mereka berbisik-bisik dan menatap Mia, tersenyum dengan ramah."Bu Mia, maafkan kami. Kami tidak tahu kamu makan di sini. Kami terlalu asyik mengobrol.""Jangan khawatir, lanjutkan saja obrolan kalian. Aku tidak terganggu kok." Mia berkata dengan ramah pada mereka."Bu Mia sangat ramah sekali, berbeda dengan Bu Syifa," ujar salah satu karyawan."Husst ...." salah rekannya mend
Melihat Tristan tidak akan berhenti, Mia menawarkan dengan malu-malu.“ba-bagaimana … bagaimana jika aku menghisapmu?”Tristan mendongak menatapnya, sudut bibirnya terangkat. “Baiklah.” Dia menarik keluar tangannya yang di bawah rok Mia dan menjauh sedikit untuk melepaskan tiga kancing kemejanya. Dia mencengkram pergelangan tangan Mia, lalu menariknya ke arah kamar mandi.Di dalam kamar Mia didorong berlutut di depan Tristan.Pria itu mencengkram rambutnya lembut sementara tangan satunya membuka kancing celananya lalu mengeluarkan batang kerasnya yang menegak di depan wajah Mia dan menekan ke bibirnya.“Sekarang … hisaplah.”..."Apa kalian sudah mendengar rumornya?"Di kantin cukup ramai di jam makan siang. Mia duduk bersama karyawan lain dan Danis. Sekelompok karyawan wanita duduk di sampingnya bergosip. "Rumor apa?""CEO kita memiliki wanita simpanan."Mia hampir tersedak nasinya mendengar ucapan karyawan wanita di sebelahnya."Kamu baik-baik saja?" Tanya Danis lalu menyerahkan
“Tuan Tristan, apa kamu yang kamu lakukan?” Desis Mia menahan dada Tristan yang menekannya dan meronta agar pria itu melepaskannya.Tristan menangkap pergelangan tangannya dan menekan ke dinding. Tatapannya tidak lepas dari wanita itu.“Apa kamu marah?”“Ya, siapa yang tidak nyaman jika kamu tiba-tiba seperti ini?” gumam Mia dengan suara pelan.“Bukan itu. Apa kamu marah karena aku tidak ingin kita menikah?”Mia mendongak menatapnya, matanya tidak berkedip. Setelah beberapa saat dia berkata dengan acuh tak acuh.“Aku tak berhak marah. Kita juga hanya partner sex, aku sangat sadar diri tidak pantas menikah denganmu atau menjadi bagian dari keluarga Adams.”Tristan terdiam sesaat lalu bergumam. “Aku tidak akan menikah. Aku tidak menyukai ikatan seumur hidup, karena itu aku tidak menikah dengan siapapun. Tidak ada wanita lain yang aku nikahi selama aku bersamamu.”“Aku tahu.” Tanggapan Mia masih acuh tak acuh.Tristan menatapnya dan meraih dagunya, membuatnya mendongak menatapnya.“Seper
"Kak Tristan, kamu berkata seolah kamu sudah bersama dengan wanita berkali-kali." Dean berkata dengan menggoda, meredakan ketegangan Tristan dengan Willy."Apa kamu diam berkencan dengan beberapa wanita di belakang kami?" Lanjut Sean."Apa aku perlu melaporkan kehidupan pribadiku pada kalian?" balas Tristan ketus.Sean dan Dean saling pandang dengan mulut terkatup."Mia, ada apa? Kenapa kamu hanya berdiri di situ?"Perhatian seluruh keluarga Adams teralihkan mendengar ucapan Lucian dan menoleh ke arah tangga.Mereka melihat Mia tampak berdiri mematung di undakan tangga.Tristan tertegun sesaat.Sejak kapan Mia di situ? Apa dia mendengar semua ucapannya? Dia menatap Mia tapi wanita itu membuang acuh tak acuh dan berjalan mendekat."Mia, kapan kamu di situ? Apa kamu ...." Willy melirik Tristan yang menatap Mia intens/"Apa kamu mendengar semua percakapan kami?""Uhm, aku tidak bermaksud menguping. Aku hanya datang karena Laura membutuhkan Lucian. Dia bilang kakinya sakit lagi."Lucian
Umumnya wanita lain akan menuntut atau menangis agar anak mereka diakui jika lahir dari seorang konglomerat atau keluarga kaya agar bisa mendapat tunjangan atau menjadi bagian dari keluarga tersebut.Tapi sepanjang percakapan Mia tak pernah meminta apapun dan hanya ingin identitas anak-anaknya ditutupi.Melihat tidak ada yang menanggapinya, Mia berdeham dan berdiri."Tolong pertimbangkan keinginanku. Aku hanya ingin menjalani kehidupan yang tenang dan aman dengan anak-anakku. Terima kasih. Aku akan pergi melihat si kembar," ujarnya sopan.Tanpa menatap Tristan, dia berbalik meninggalkan ruang tamu tersebut mencari anak-anaknya di lantai atas tempat Mia membawa Alana dan Alister.Setelah Mia pergi, suasana di ruang tamu tampak suram. Mereka menatap Tristan dengan tatapan menyalahkan."Nona Moore pasti marah dan sakit hati karena Tristan menolak menikahinya dan merasa dianggap sebagai wanita simpanan," ujar Dean sambil berdecak.Tristan menoleh menatapnya dingin."Aku tidak membuatnya m
“Pernikahan tidak diperlukan. Kami tidak berencana menikah,” ujar Tristan. “Mengapa harus menikah hanya karena memiliki anak?”“Ibu tahu kamu akan mengatakan itu,” Willy menggelengkan kepala mendengar jawaban Tristan yang kedua kalinya menolak menikah. “Tapi Tristan, kamu harus bertanggung jawab atas anak-anakmu dan Mia. Apa kamu membiarkan anak-anakmu tanpa status?”“Ibu, zaman sudah maju. Beberapa orang tinggal bersama dan membesarkan anak bersama meski tidak menikah.”“Apa itu bisa disamakan? Apa kamu lupa kamu adalah putra sulung dari keluarga Adams? Semua tentangmu akan dibicarakan dan menjadi perhatian semua orang.”“Ibumu benar Tristan. Kamu harus bertanggung jawab atas anak-anakmu dan tindakanmu sebagai CEO Adams Group. Ayah tidak ingin mendengar ejekan tentang anak-anak yang lahir di luar nikah,” ujar Allen tgas.“Kupikir kalian orang tidak peduli dengan pendapat orang lain. Mengapa tiba-tiba peduli?” Balas Trisgan muram.Perdebatan Tristan dan orangnya tampak panas. Baik Lau